21. canggung

1.4K 116 12
                                    

Jeno duduk di single sofa, ia menatap Jaemin yang masih melamun.

"Apa yang kau pikirkan?" Mendengar suara Jeno Jaemin terkejut, ia menoleh ke arah sampingnya dan kaget karena sudah ada Jeno.

Jeno menatap sekilas Jaemin lalu ia mengambil handphone nya yang ia letakkan di atas meja.

"Tidak ada" ucap jaemin pelan dan agak canggung.

Ia melirik Jeno yang sedang memainkan ponselnya, nampaknya sedikit sibuk mungkin soal pekerjaannya pikir Jaemin.

Sebenernya ada hal yang ingin ia tanyakan kepada Jeno, tapi ia agak takut untuk menanyakan nya Jaemin menghela nafasnya. Helaan nafas itu terdengar oleh Jeno dan ia melirik Jaemin dan kembali bertanya.

"Kau kenapa? Jika ada sesuatu yang ingin kau katakan, katakan saja"

"Aku, apa aku sudah boleh pulang?"

"Kenapa?"

"Aku khawatir,bagaimana dengan toko ku? karyawan ku? Aku takut mereka mencemaskanku, apalagi Ji-Sung. Dia pasti mencari-cari ku" ucap jaemin memberanikan diri untuk menjelaskannya kepada Jeno

"Kau tidak perlu khawatir, toko mu sudah di urus oleh serketarisku. Ia sudah menjelaskannya dengan baik kepada karyawan mu kau tidak perlu khawatir lagi"

mendengar jawab Jeno nampaknya tidak memuaskan Jaemin, Jeno menghela nafas sedikit melihat Jaemin seperti itu.

"Sebentar lagi, sebentar lagi kau boleh pulang. Kalau sudah waktunya akan ku beri tau"

"Oh, baiklah"

Hening, tidak ada percakapan lagi. Jaemin sebenarnya ingin bertanya lebih lanjut lagi tapi ia mengurungkan niatnya, sementara Jeno nampak ia masih sibuk dengan ponselnya.

Waktu berlalu, detik, menit waktu terus berjalan hingga sudah sejak lamanya mereka dalam kondisi yang hening itu, hanya terdengar suara dari televisi yang menampakkan sebuah film. Jaemin pun nampaknya sudah bosan dan tidak tertarik lagi dengan itu, tapi ia terus menatap televisi itu.

Jeno melihat jam di ponselnya, dan sebentar lagi sudah waktunya untuk beristirahat. Jeno menolehkan kepalanya menatap Jaemin yang tengah menatap layar televisi.

"Jae, Jaemin"

"Hm? Apa?" Jawab Jaemin, suaranya nampak sedikit parau. Sepertinya ia sudah mulai mengantuk.

"Ada yang ingin ku tanyakan padamu"

"? Apa, tanyakan saja?"

"... Apa, apa kau masih marah dengan ku?"

Jaemin menatap Jeno tepat di matanya, marah Dengan nya? Tentu saja, tapi rasa itu ia coba untuk memendamnya. Sebisa mungkin ia menghilangkan itu, rasa sakit yang sudah Jeno berikan itu sangat sulit baginya untuk di lupakan. Tapi ia tak suka rasa permusuhan, karena sebab itu ia mencoba untuk memendam rasa sakit itu walau sebenarnya ia juga takut dan tidak mau berada dekat dengan Jeno.

Mulut Jaemin terbuka perlahan, sedikit bergetar.

"Tidak... Aku tidak marah dengan mu" batin Jaemin.

Jeno menatap Jaemin, ia tau kalau Jaemin bohong padanya. Semua itu terlihat jelas di mata Jaemin.

"Baiklah"

Jeno mendekat ke arah Jaemin, ia duduk di sebelah Jaemin dengan tenang. Ia menatap dengan intens wajah cantik itu, yang di tatap hanya bisa menatap balik wajah tampan yang menatapnya itu. Mereka saling pandang, Jeno mengelus helaian rambut yang menutupi wajah Jaemin. Lalu ia mendekatkan wajahnya dan... Cup, kecupan lembut di kening Jaemin. Tidak ada respon dari Jaemin, beberapa saat Jeno mencium kening Jaemin dan ia melepaskan ciuman itu.

Jeno mengambil remote tv lalu mematikan tv yang masih menyala itu, tanpa meminta izin dan berfikir panjang Jeno menggendong Jaemin dan secara refleks Jaemin melingkarkan lengannya di pundak Jeno. Ia tak protes dan membiarkan Jeno melakukan apa yang ia inginkan padanya.

Jeno menggendong Jaemin menuju ranjangnya, dengan perlahan ia membaringkan tubuh Jaemin di sana dan memberinya selimut yang hangat. Jeno mengelus kepala Jaemin dan Jaemin yang merasakan elusan itu merasa nyaman secara perlahan. Matanya tertutup bahwa ia menyukai elusan itu, Jeno memperhatikan Jaemin buku matanya yang lentik dan panjang itu sangat pas dengan Jaemin. Ia terpesona dengan wajah Jaemin yang terasa tenang.

Secara perlahan Jeno menyudahi elusan itu, ia hendak berbalik menuju ruang kerjanya. Ia juga akan beristirahat di sana. Baru saja Jeno berbalik ia berhenti, ia menunduk dan mendapati sebuah tangan yang mencekal kecil bajunya. Jaemin memegang baju Jeno, Jeno lalu berbalik kembali kepada Jaemin.

Ia jongkok di samping ranjang Jaemin.

"Kenapa?"

"...kau, bisakah jangan pergi?"

"Tidurlah dengan ku, terus elus aku sampai aku tertidur" ucap jaemin.

Jeno yang mendengar itu menatap Jaemin sebentar lalu ia pun berdiri, ia mengelilingi kasur dan berbaring di sisi lainnya tepat di samping Jaemin.

Jeno segera membaringkan tubuhnya di samping Jaemin, ia menarik perlahan tubuh Jaemin agar merapat padanya. Tanpa penolakan Jaemin membiarkan itu, walau agak takut ia tetap mendekat ke arah Jeno. Walau ia merasa takut denga Jeno tapi terkadang ia merasa nyaman berada di dekatnya, rasanya Jeno seperti memberikan perlindungan kepadanya.

Jeno mengelus dengan pelan kepala Jaemin, seperti yang Jaemin inginkan. Dengan perlahan mata Jaemin tertutup dan siap untuk menuju alam mimpi.

Jeno juga memejamkan matanya, ia mencium pucuk kepala jaemin. Shampo yang ia  rasanyakan dari Jaemin rasanya enak dan ia menyukainya.

Secara perlahan juga Jeno memejamkan matanya untuk menyusul Jaemin ke alam mimpi.



TBC.

Anjaaaay, gua up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Anjaaaay, gua up. lagi stress ini. Hadeuh hadeuh, gimana dah yak. Gua mau masuk kuliah tapi gua daftar lewat jalur mandiri👊 gua Takut kalo gua kagak loloss:')


Btw kucing gua lucu yak:|

Mate - NoMin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang