Chapter •10

744 57 0
                                    


Happy reading!


Kini Byan sedang berdiri menatapi meja panjang yang diisi oleh Oma-opa, Ayah-mama, Kakek Gu, para kakaknya ditambah kakak iparnya pun turut hadir, juga ada paman, kakak dari ayahnya dan istrinya ikut ada disini. Jangan lupakan para inti Gravist dan kedua sahabatnya.

Tentunya dia disini setelah berhasil mendapat ijin yang dibumbui perdebatan dari Leon dan Anneth yang bersikeras ingin ikut dengannya. Untungnya bakat akting miliknya sangat membantu, sehingga Anneth dan Leon bersedia melepaskannya dengan alasan ingin menenangkan diri karena mengingat beberapa hal tentang keluarga itu. Baiklah, mari kembali fokus pada pertemuan ini!

"Malam semua" sapa Byan

Melihat tak ada tanggapan membuatnya sedikit kesal. "Ck, ini Ren"

Kata-kata itu membuat beberapa dari mereka segera berdiri menghampirinya dengan wajah tak percaya.

"Jangan bercanda" ucap Aresta marah saat mendengar gadis asing itu memperkenalkan diri sebagai adiknya

"Saya sedang tidak dalam suasana baik untuk omong kosong ini" ayahnya pun menyahuti dengan nada datar dan tatapan tajam

"Kalo aku bukan Mauren gimana bisa aku masuk ke sini. Sedangkan untuk masuk harus pake kode Gravist" ucap Byan.

Iya, Cafe itu milik kakek Gu. Dan karena hal khusus ini membuat mereka menutup Cafe untuk umum dengan para pengawal berjaga di sekitar Cafe membuat orang lain tak bisa mendekat sembarangan. Dan untuk bisa masuk kesini, dia harus memberikan kode rahasia sebagai anggota inti Gravist.

Byan menghela napasnya dan segera menghampiri Avisha. "Dah aku bilang jangan bawa yang lain dulu" ucap Byan menatap sebal pada Avisha

Avisha terkekeh melihat raut gadis asing didepannya yang terlihat sangat menggemaskan.

"Biar gak jelasin berkali-kali" jawab Avisha seraya membelai rambut Byan lembut

"Ayo duduk dulu" ajak Avisha menuntun Byan untuk duduk disampingnya, diikuti semua orang yang mulai duduk kembali di tempatnya masing-masing

"Jadi gimana? Jelasin gih" lanjut Avisha membuat semua orang menatap Byan

Melirik sekilas terlebih dahulu sebelum memulai ceritanya, "Jadi gini. Aku sebenarnya juga gak tau gimana ceritanya aku bisa sampai pindah ke tubuh nih orang..." perkataan Byan tentu mendapat respon buruk dari mereka

Dia menghela napas sebelum memulai ceritanya, "Huh. Aku ceritain dulu kejadiannya, abis itu mungkin kalian bakal paham. Malam itu pas aku ijin ke mama buat ke supermarket sama pak Rifky, aku ditembak tepat disini" ucap Byan seraya menunjuk dada sebelah kirinya

"Abis itu aku diangkat pak Rifky buat ke mobil. Sebelum aku gak sadar aku bisa liat Hoodie putih aku yang udah penuh darah, aku juga masih dengar papa dan kakak yang marah dan khawatir, serta mama dan nenek yang nangis pas ditelpon sama pak Rifky. Hehe, udah lama banget ya aku gak bikin masalah sampe kalian kek gitu" lanjut Byan tersenyum sendu melihat mama dan omanya yang sudah menangis

"Ren" panggil mamanya seraya menghampiri untuk memeluknya yang tentu dengan senang hati Byan terima

"Terus gimana bisa ada disini Ren?" Tanya Kavin penasaran

Byan menggeleng, "Pas aku bangun, aku udah ada di rumah sakit dengan kakak Amara yang asli. Oiya, kenalin dulu nama tubuh ini Amara Byanca Xerxes" ucap Byan membuat Ayah dan Opanya serta kakek Gu terkejut

"Xerxes Ren?" Tanya Ayahnya.

Iya, mereka semua sudah mempercayai bahwa Byan adalah Mauren saat mendengar cerita Mauren tadi. Lagipula ikatan batin keluarga tak mungkin salahkan? Apalagi menyangkut permata mereka ini.

"Iya keluarga Xerxes. Sayangnya bukan keluarga baik kek yang selama ini kita dengar dan lihat. Ayah tau, si Amara ini adalah anak bungsu mereka. Tapi selalu dihina dan di caci cuma gegara dia gak sepintar kakaknya yang lain. Dia juga bahkan dapat pukulan fisik dari papa dan kakaknya itu. Yang baik disana cuma Kak Anneth dan kak Leon aja. Mommynya walaupun gak menyakiti dan menghinanya, tapi tetap hanya membiarkan tindakkan mereka" jelas Amara dengan marah

Mereka yang mendengar itu semakin terkejut. Di publik, keluarga Xerxes terkenal akan kesuksesan dan kehebatannya. Keluarga yang terkenal sempurna dengan anak-anak yang sempurna pula. Lagipula yang mereka tau anak bungsu keluarga itu sekarang sedang menempuh pendidikan di luar negeri dan identitasnya sangat ditutup dari publik dengan alasan takut akan musuh mereka.

"damn it! Jadi mereka nyakitin kamu?" Tanya Sean khawatir akan keadaan adiknya yang sekarang menempati tubuh itu

"Gak, aku baru ketemu anak-anaknya aja. Belum ketemu orangtuanya" jawab Byan membuat mereka sedikit lega

"Umur kamu disini berapa?" Tanya Gibran nya membuka suara

"Hmm, 16 tahun opa"

Kakek Gu yang mendengarnya tersenyum, "Gimana kalo kamu keluar dari sana dan pindah sama kita? Kakek bakal urus soal hak asuh kamu. Kita cari bukti dan saksi tentang kekerasan yang mereka lakukan, pastinya rumah mereka memiliki orang yang tak sedikit bukan? Setelah itu, kita akan balas perbuatan mereka dengan setimpal" Usulan kakek Gu yang tentunya mendapat respons positif dari yang lainnya

Byan yang mendengar itu menggeleng, "jangan kakek. Masalah ini biar Ren yang urus, Ren udah lebih dari cukup buat balas mereka semua. Lagi pula Amara menitipkan pesan sebelum kematiannya untuk aku bisa membuat keluarganya melihat dan bangga padanya"

Ucapan Byan tentu saja mendapat tatapan protes dari mereka. Setelah mendengar bahwa keluarga itu bahkan begitu ringan tangan pada anaknya, bagaimana mungkin mereka membiarkan Mauren berada disana.

"Please, anggap aja sebagai bayaran buat tubuh yang diberikan ini. Setelah urusan aku selesai, aku pasti bakal ikut kalian" mohon Mauren ketika melihat keluarga dan sahabatnya ingin protes

"Oke, Opa kasih waktu sampai kamu lulus SMA" Putus Gibran membuat mereka terkejut

"Kamu kelas berapa Ren?" Tanya Sean cepat

"Kelas 1 SMA"

"Gak! Gak bisa! 3 tahun terlalu lama Opa" protes Sean yang diangguki seluruh keluarganya

"Iya Opa. Kita gak tau apa aja yang bisa mereka lakuin ke Ren" sahut Aruna

"Tenanglah! Aku sudah memiliki rencana. Kalian hanya tinggal mempermudahnya. Lagipula aku bilang memberi waktu hingga lulus SMA, jika Mauren menyelesaikannya sebelum itu, dia bisa kembali pada kita langsung" ucap Gibran yang disetujui Mauren

Setelah perdebatan mereka yang akhirnya menyetujui usulan sang kakek, kini mereka fokus pada acara melepas rindu. Berbicara tentang apa yang terjadi selama seminggu setelah Mauren dikabarkan meninggal, bagaimana kacaunya keluarga dan sahabatnya. Oiya mereka juga akan tinggal disini selama seminggu, sekalian merayakan ulangtahun Gravist dengan anggota yang berada di Indonesia.

Pusat Gravist memang di Geneva, negara asal Mauren. Tapi dikarenakan setiap tahunnya mereka pergi ke Indonesia untuk menemui kakek Gu, jadilah mereka juga membuat cabang Gravist disini, hehe.

Hello, I'm Byan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang