Chapter •17

607 49 0
                                    


Happy reading!



Byan menatap cermin sekali lagi, meneliti kemeja putihnya yang dipadukan dengan blazer warna biru serta rok di atas lutut berwarna biru pula. Itu adalah seragam sekolahnya untuk hari Senin ini. Tangannya bergerak merapikan dasinya yang terlihat sedikit miring. Merasa cukup, Byan mengambil ranselnya dan bergegas turun menuju ruang makan.

Setelah sampai di ruang makan, dapat Byan lihat ada Anneth, Leo dan Gio yang sudah duduk di kursi mereka masing-masing. Dengan Anneth dan Leo yang berbicara berdua dan Gio yang fokus pada ponselnya, mengabaikan kedua orang didepannya.

Melihat Gio, Byan jadi mengingat keputusannya untuk mendekati pemuda itu. Yah, tidak perlu sampai menyayangi dirinya seperti Anneth. Sekedar mengakui keberadaannya saja sudah cukup menurutnya. Baiklah, langkah pertama dimulai hari ini. Sepertinya akan memakan waktu untuk meluluhkan kakak laki-laki pertama Amara ini.

"Pagi kak" sapa Byan sambil mencium pipi Gio, Anneth dan Leo.

"Pagi By" sapa Anneth kembali, sedang Leo hanya mengangguk sekilas untuk menjawabnya.

Gio yang mendapat hal seperti itu tersentak kaget. Segera ia mengalihkan perhatiannya dari benda pipih itu pada Byan yang sekarang sedang duduk santai di samping Anneth dan mulai bercanda dengan kakaknya itu.

Gio ingat, sedari dulu, walaupun Byan memaksakan diri untuk mencari perhatian keluarga ini. Anak itu tetap tidak berani mengganggunya. Byan hanya akan menyapanya sekilas dan jika tak ditanggapinya, adiknya itu hanya akan diam dan berlalu.

Dan sekarang, bagaimana bisa gadis itu berbicara santai pada Anneth dan Leo setelah menciumnya? Tapi tak ayal Gio juga merasa senang melihat tingkah adik bungsunya itu sekarang. Gio tersenyum tanpa sadar kala mendengar ejekan Anneth pada Byan.

"Hee~, kak Gio kalo senyum gantengnya berkali lipat" ucap Byan bertopang dagu seraya menatap kearah Gio

Anneth dan Leo yang mendengar itu segera menatap Gio, benar saja mereka menangkap sekilas senyum pemuda itu sebelum berganti kembali dengan wajah datarnya.

"Salah lihat" ucap Gio salah tingkah dan kembali memperhatikan ponselnya.

Byan dan Anneth tertawa, "kak Gio kenapa sih? Kek anak gadis yang malu malu pas dipuji gitu" goda Byan membuat telinga Gio tampak memerah

Anneth yang melihat adik pertamanya bereaksi seperti itu terbahak, Leo bahkan sampai harus berpura-pura batuk untuk menahan tawanya. Maklum saja, selama ini pemuda itu jarang berekspresi bahkan terlalu abai akan sekitarnya. Jadi saat melihat sisi pemuda itu seperti ini, bagaimana bisa mereka biasa saja.

"Byan!" Tegur Gio menatap Byan tajam

"Iya kakak?" Sahut Byan dengan tatapan polosnya

Melihat kelakuan adiknya itu membuat Gio menghela napasnya. "Ngeselin" gumamnya

"Sabar Gio Sabar" ucap Anneth masih dengan tawa kecilnya

"Ck, kak Mora juga stop ketawanya. Gak ada yang lucu" sinis Gio pada kakak pertamanya itu

"Jangan ngambek kak" sahut Byan terkekeh membuat Gio menatap berbalik menatapnya

Tak lama gema langkah kaki membuat mereka terdiam, kembali ke aktifitas masing-masing. Jeffrey, Liana, Alvin dan Arsen memasuki ruangan bersama.

Merusak suasana, pikir Byan.

"Pagi" sapa Jeffrey

"Pagi pa" balas mereka bersamaan

Setelah sang kepala keluarga duduk, mereka segera memulai aktivitas sarapan dengan tenang. Tak ada lagi candaan seperti beberapa saat yang lalu.

Setelah sarapan selesai, para ART mulai mengemasi piring kotor dari meja makan. Byan melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 06.45, masih terlalu awal memang untuk berangkat sekolah mengingat mereka masuk jam 8 nanti. Tapi Byan tak tahan dengan keadaan seperti ini, sungguh!

"Hmm, aku mau berangkat dulu" ucap Byan bersiap bangkit dari duduknya

"Sebentar. Ada yang ingin papa bicarakan" ucapan Jeffrey membuat Byan kembali duduk dan menatap papanya itu bingung.

"Gimana sekolah kalian?" Tanya Jeffrey menatap Arden, Alvin dan Byan bergantian

"Biasa aja pa. Cuma mungkin bulan depan aku bakal sibuk buat olimpiade" jawab Arsen

"Aku juga bakal mewakili sekolah buat pertandingan basket sih. Jadi mungkin buat beberapa Minggu kedepan aku bakal sibuk sama latihan dan pertandingan. Tapi tenang aja, aku gak mengesampingkan pelajaran kok" sahut Alvin

"Hmm, bagaimana kamu Byan?"

"Biasa aja" jawab Byan singkat

"Hm, belajar yang rajin. Setidaknya jika tak bisa seperti kakak-kakakmu, cukup jangan buat malu keluarga ini saja" ucap Jeffrey yang dibalas anggukan acuh oleh Byan

Baru kali ini dia dibandingkan seperti ini, dan dirinya berada pada sisi jeleknya. Ah, dia tak terbiasa. Seperti ada sesuatu yang menggelitik di hatinya saat ini. Rasanya ingin tertawa tapi tak tau untuk apa. Aneh sekali.

"Yaudah, karena takut terlambat dan semakin membuat malu keluarga ini. Ada baiknya saya permisi berangkat ke sekolah dulu"

"Pergi dulu kak" pamit Byan pada Anneth, Leo dan Gio tanpa memperdulikan empat orang lainnya.

"Hati-hati" ucap Anneth yang diangguki Byan.

"Aku berangkat" pamit Gio segera meninggalkan ruangan itu.

Gio segera berlari kearah Byan yang masih berjalan santai menuju pintu utama Mansion.

"By!" Panggil Gio dengan suara keras, hal itu membuat para pelayan dan bodyguard menoleh kearahnya

Byan menoleh kearah Gio, menatap bingung kakak laki-laki pertamanya ini.

"Hm? Kenapa?"

"Ayo, kakak antar" Byan tertegun, menatap Gio tak percaya.

"Heh, kesambet apaan Lo?" Tanya Byan menatap Gio horor.

Hey, bagaimana mungkin seorang Gio mengajak dirinya berangkat bersama? Iya sih Byan berencana untuk dekat dengan pemuda itu, tapi ini bahkan belum ada satu jam dari rencana pertamanya tadi. Apakah sudah berhasil secepat ini?

Gio menjentik dahi Byan pelan, "bahasa mu"

"Udah, ayo" ajak Gio menarik Byan keluar menuju mobilnya

•••••

Hello, I'm Byan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang