▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
"Babe, dalam dua hari ini aku nggak akan pulang ke rumah."
"Eh?! Kenapa?! "
Danny memutar kemudi mobilnya menuju kearah kanan, menyunggingkan senyum membayangkan bagaimana alis Delmara bertaut saat ini.
"Aku harus cek lapangan buat pembangunan mall. Letaknya di kota sebelah, jadi aku harus nginap di hotel."
Telinganya mendengar samar-samar gerutuan dari seberang sana. Membuatnya terkekeh gemas, orang yang duduk disebelah Danny juga tersenyum. Seseorang yang menjadi saksi bagaimana gilanya Danny jika berkaitan dengan Delmara, yaitu Javas.
"Tenang, Sayang. Javas selalu ada di samping aku, jadi kamu nggak akan mikir hal yang nggak perlu." Danny menoleh kearah Javas sejenak, lalu tersenyum.
"Yaudah, deh. Hati-hati ya!!"
"Iya, kamu jangan terlalu maksain diri buat skripsi. Kalau aku dapat laporan dari Johan kalau kamu begadang lagi, awas aja!"
"Iya, iya! Bye bye!"
Danny tersenyum. "Bye!"
Ia mematikan ponselnya, dan kembali fokus menyetir. Sekretaris disebelahnya nampak tak nyaman sejak tadi karena membiarkan Bosnya menyetir sendiri.
"Pak, biarkan saya yang menyetir."
Danny menoleh sekilas. "Santai saja, saya tidak akan memotong gaji kamu hanya karena ini."
Ah, bukan itu!
Javas menggaruk pipinya yang tidak gatal. Ini sebenarnya yang sekretaris siapa? Kenapa Javas justru membiarkan Bosnya yang menyetir, sedangkan dirinya duduk nyaman di kursi penumpang.
"Harusnya saya yang—"
"Javas, saya akan benar-benar memotong gaji kamu jika terus mengeluh." Ancaman Danny membuat pria itu terdiam seribu bahasa.
Memilih bungkam daripada Bosnya semakin kesal. Danny tersenyum girang, bersenandung kecil melihat pemandangan pantai yang mereka lewati. Sudah lama dia tidak menyetir sendiri, akibat Javas yang selalu mengambil alih kemudi.
Jadi untuk hari ini, biarkan dia sendiri yang menyetir sampai tujuan.
Sejam lamanya mengemudi, akhirnya mereka sampai di tujuan. Sebuah tanah yang sudah dipenuhi alat konstruksi milik perusahaannya. Mall tersebut terletak sedikit jauh dari pusat kota, bahkan hampir mendekati perkampungan. Danny bisa melihat perkampungan yang tak jauh berada di wilayah itu.
Para warga yang sesekali melihat takjub dengan mesin-mesin berukuran besar berada disana.
"Selamat siang, Pak." Seorang pria dengan helm pengaman menghampirinya.
"Siang, bagaimana persiapannya?"
"Semua sudah siap, Pak. Para pekerja juga akan langsung memulai pembangunannya."
Danny mengangguk mengerti. "Pastikan para pekerja tidak mengalami kecelakaan, kalaupun ada segera beritahu Javas agar segera diurus."
"Saya mengerti, Pak. Kalau begitu, saya permisi."
Ditemani Javas, ia berkeliling melihat persiapan pembangunan. Banyak pekerja yang menyapanya dengan penuh hormat.
"Pak, kita cuma mau lihat doang kok!"
"Apa-apaan, sih! Jangan disini, bahaya! Pergi sana!"
Mendengar kericuhan, Danny reflek menoleh untuk melihat keadaan. Matanya menangkap salah satu pekerja memarahi anak kecil yang sepertinya penasaran. Ia bergerak mendekati mereka, agar tidak semakin ricuh.
![](https://img.wattpad.com/cover/325067272-288-k997759.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST PAPA • choi hyunsuk (sequel of Danny)
Fanfiction"Untukku, dunia tanpa papa itu tidak ada artinya" 4 tahun pernikahan, keluarga Danny mulai khawatir Delmara tak bisa mendapat keturunan. Segala cara sudah mereka lakukan dan berbagai dokter kandungan sudah mereka kunjungi, tapi jawabannya masih sama...