Ep. 51

353 63 18
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Langit malam yang cerah, sayup-sayup Delmara bisa mendengar suara jangkrik. Ada banyak hal yang ingin ia katakan pada Jun, terkait perasaan mereka. Meski dia tidak tahu apa yang akan ia lakukan salah atau tidak. Tapi untuk kali ini, dia ingin mengikuti kata hatinya.

Dia ingin bahagia kembali.

Ditengah lamunannya, sebuah jaket menutupi bahu polosnya. Begitu ia memutar badan, yang didapatinya adalah pria yang sudah ia tunggu sejak tadi.

Hanya dengan menatap matanya, jantung Delmara berdegup kencang. Entah karena dia gugup, atau karena efek keberadaan Jun yang sudah mengakar di hatinya.

"Kenapa diluar? Ini udah malam, Del." Jun merapihkan sejenak jaketnya agar bisa menutupi bahu Delmara.

"Apa anak-anak udah tidur?" tanyanya, setelah berhasil mengumpulkan keberanian untuk mengucapkan sesuatu.

Jun hanya tersenyum, "Iya, lo nggak usah khawatir."

Delmara memalingkan pandangannya, merasa tak bisa menatap Jun. Padahal dia sudah menolaknya, tapi tatapan Jun padanya tidak berubah.

Delmara baru menyadari, dia sungguh egois jika membuat Jun menunggu lebih lama dalam kebingungan.

"Katanya mau bicarakan sesuatu, ada apa?" Jun sedikit menundukkan tubuhnya untuk melihat wajah Delmara.

Wanita itu bingung, ada banyak pertanyaan di kepalanya. Tapi satu-satunya yang bisa ia tanyakan, "Kemana aja selama ini?"

Tentu, pertanyaan itu membuat Jun sedikit kaget. "Maaf, akhir-akhir ini kerjaan gue numpuk. Apa anak-anak nyusahin lo?"

Ah, tidak.

Jun salah paham. Netra Delmara bergetar, dia ingin mengatakan bahwa yang dipikirkan Jun adalah kesalahan. Tapi, lidahnya mendadak kelu. Bagaimana cara menjelaskan padanya, bahwa dia merindukannya?

"Bukan anak-anak," cicit Delmara.

"Hm? Kenapa, Del?"

Delmara mengangkat kepalanya dengan tegak. "Bukan tentang anak-anak, tapi gue, Kak! Lo kemana aja selama ini? Lo ngehindarin gue? Kenapa lo nggak ada kabar? Apa lo mau balik ke Singapura lagi?" Tanpa sadar, Delmara menaikkan intonasinya dengan nafas yang sedikit memburu.

Dia tidak sadar, Pria dihadapannya sampai menganga mendengar ucapan Delmara. "Del, tarik nafas dulu. Biar gue jelasin, oke?"

Sesuai permintaan Jun, Delmara menarik nafas dengan teratur, meski wajahnya merah padam.

"Gue emang sengaja ngehindarin lo, demi hati gue. Maaf kalau gue brengsek, seenaknya pergi setelah bilang suka sama lo. Tapi gue juga sadar, Del. Mau seberapa keras usaha, gue bahkan gak bisa ada di celah hati lo." Tatapan Jun menjadi sayu, dia tersenyum tapi dengan artian yang berbeda.

Cinta yang tak bisa diucapkan, rasanya seperti sebuah balon. Tapi bukannya meletus, rasa itu justru semakin membesar sampai tak tahu harus membuat lubang dimana untuk mengecilkannya.

Delmara bisa melihatnya dengan jelas, rasa putus asa yang Jun rasakan. Cinta yang setara dengan Danny, atau mungkin lebih besar.

Tapi Jun tidak tahu, bahwa dia juga menempati posisi penting baik dalam hati Delmara ataupun di hidupnya.

Sial, harusnya hanya ada Danny saja.

Sejak kapan Jun menempati posisi terpenting?

Jika diingat, pria ini selalu ada di sisinya bahkan ketika Danny masih ada. Jun dengan cintanya yang setinggi langit, dengan kesabaran yang sedalam lautan. Delmara hampir menangis mengingat itu, dia tidak akan tahan jika berada di posisi Jun.

"Apa gue boleh egois, Kak?" Tangan Delmara terangkat, menyentuh pipi Jun dengan lembut.

Kakinya sedikit berjinjit, mengecup pelan bibir Jun sebelum ia lepaskan. Berganti dengan senyum hangat Delmara, seakan menghilangkan beban di hati Jun.

"Tolong jangan berhenti cinta sama gue. Entah sejak kapan, lo udah jadi bagian terpenting dari hidup gue dan anak-anak, Kak. Mungkin perasaan gue belum sebesar perasaan lo, tapi gue bisa bilang dengan kesadaran penuh kalau gue jatuh cinta sama lo."

Jun termangu, dia saja masih belum tersadarkan dari ciuman yang tiba-tiba. Kini, dia harus mencerna perkataan Delmara yang tidak sesuai dengan perkiraannya.

Bagi Jun, satu kata yang terucap dari Delmara itu memiliki daya tarik yang lebih besar dari gravitasi. Yang bisa membuatnya berhenti memikirkan hal lain, yang bahkan membuat kehadiran kata-kata pemanis lainnya menjadi tak berarti.

"Jadi, Kak Jun. Kalau nanti lo ada niatan mau ngelamar gue, tolong lakukan dengan lebih romantis, ya." Delmara mengakhirinya dengan kekehan manis, yang sanggup membuat wajah Jun memerah sempurna.

Pria itu melemas, dia berlutut diatas rumput taman. Jun masih tidak menyangka, sekaligus merasa lega. "Apa ini serius? Lo cinta gue? Apa gue semenyedihkan itu sampai lo kasihan sama gue, Del?"

Delmara menggeleng, "Perasaan ini ada karena kehadiran lo, Kak. Gue yang selalu butuh lo, lama kelamaan jadi bergantung. Perasaan ini hadir karena semua waktu yang kita habisin bersama."

Ditangkupnya pipi Jun, lalu mengelusnya dengan pelan. Sedangkan pria itu masih menatap Delmara dengan mata yang berkaca-kaca. Mungkin, akhirnya Jun merasa lega setelah ia bisa beristirahat dari perjalanan panjangnya.

Mengingat semua usaha yang ia lakukan, berkali-kali dia merasa ragu dan ingin mundur, pada akhirnya dia sampai pada tujuan. Delmara adalah tujuan yang tidak pernah berubah.

"Dari awal cinta dan hidup gue cuma buat lo, Delmara Allison Adirajasa. Jadi, lo harus kasih semua sisa waktu lo buat gue. Karena gue nggak akan pernah lepasin apa yang udah jadi milik gue."

Begitulah, malam itu berakhir dengan kecupan manis di punggung tangan Delmara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitulah, malam itu berakhir dengan kecupan manis di punggung tangan Delmara. Mengabaikan dua orang laki-laki berbeda usia yang tengah memperhatikan dari jauh.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

udah lama banget yaaa aku gak up🥲.
aku sampe di teror komen, maaf banget guyss. 😭

aku itu tipe penulis yg sukaaaa banget kena writer block. dan sekalinya nulis aku harus bener bener masuk kedalam cerita, karena aku harap perasaanku waktu nulis cerita ini sampe ke kalian. (maaf kalo ternyata gak tersalurkan, aku udh berusaha sebaik mungkin🙂)

dan sebenarnya aku up part ini karna kebetulan perasaan aku lagi bagus, dan aku pikir cocok buat suasana mereka berdua. aku abis baca manhwa dan main characternya punya nasib gk beda jauh ama jun, jadi aku ngerasa "ah, gak kebayang gimana jadi mereka berdua"

dan..... tada..... jadilah aku nulis part ini dengan lancar😍😍😍.

jangan lupa vote dan komen ya!!! aku akan kembali lagi secepat mungkin, jadi tunggu aja!!

(sebenernya aku sempet lupa nama lengkap delmara karna gk pernah disebut secara lengkap😭. mana sempet kaget ama nama lengkap dia, padahal aku yg bikin)

BEST PAPA • choi hyunsuk (sequel of Danny) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang