Ep. 3

1.1K 165 11
                                    

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

"Good morning, babe."

Delmara mengerjapkan matanya begitu ia melihat wajah Danny sebagai hal pertama yang ia lihat dipagi hari kali ini. Pria itu tersenyum manis, mengusap pipi istrinya sebagai ucapan selamat pagi. Berbeda dengan Delmara, wanita itu mengernyitkan dahinya bingung. Tidak biasanya Danny bangun lebih awal daripada dirinya.

"Tumben bangun lebih dulu." Ia beranjak duduk, meregangkan otot-otot tubuhnya.

"Lagi pengen lihat sesuatu yang jarang aku dapatin."

"Eum? Memang apa?"

Suaminya justru hanya melempar senyuman, seakan tak ingin menjawab dan memilih bergegas untuk mandi. Hari ini Delmara tak ada jadwal untuk ke kampus, jadi dia sudah memberi jadwal lain untuk hari ini. Sudah beberapa hari yang lalu dia menginginkan ini, yaitu ingin mengecek rahimnya.

Dia benar-benar takut jika dia memiliki kekurangan sebagai wanita.

Beberapa menit terdiam diatas kasur, sampai tak sadar jika Danny sudah selesai membersihkan badannya.

"Lagi mikirin apa? Hari ini nggak ke kampus?"

Delmara tersentak, dia menggeleng dan mengulas senyumnya. Haruskah dia bilang? Jika hari ini dia akan pergi ke dokter kandungan?

Tapi jika dia mengatakannya, Danny sudah pasti akan melarang dengan mengatakan jika semua baik-baik saja. Itu tidak akan mampu menutupi rasa takut Delmara akan hal ini.

Ingat, semua anggota keluarga berharap padanya.

"Aku nggak ke kampus, jadi hari ini mau ke rumah Eliza aja." Delmara beranjak dari kasurnya, lalu merapihkan tempat tidurnya itu.

Danny memeluknya dari belakang. "Sayang banget, padahal aku pengen berduaan sama kamu mumpung hari ini kamu free."

"Kak Danny ada rapat 'kan hari ini?"

"Iya, kalau nggak datang nanti Daddy marah besar." Danny melengkungkan bibirnya kebawah, seakan sedang merajuk. Delmara yang gemas hanya bisa mencubit bibirnya, lalu melepaskan pelukannya.

"Jangan dicubit dong, cium aja."

Delmara mengangkat bukunya yang berada diatas meja belajar. "Pake ini, ya?"

Danny memberenggut, lalu beralih mengeringkan rambutnya. Delmara yang melihat itu dengan sigap mengambil alih handuk, lalu mengeringkan rambut suaminya yang basah.

Ini adalah hal yang paling Danny sukai dipagi hari. Bisa merasakan bagaimana perhatian dan lembutnya Delmara memperlakukannya. Dia begitu perhatian dengan hal kecil pada setiap diri Danny.

"Sayang, kalau aku cat rambut lagi gimana?" tanya Danny tiba-tiba.

Pria ini, apa dia sudah lupa dengan posisinya sekarang? Apa dia melupakan jabatannya sebagai Direktur Utama?

"Kak, sekarang udah nggak urus store lagi. Masa direktur rambutnya kayak anak ayam."

"Loh, nggak apa-apa dong? Nanti aku jadi satu-satunya Direktur Utama paling fashionable."

Delmara memutar matanya malas, like father like son. Daniel juga sama saja seperti anaknya, itu membuat Delmara teringat dengan beberapa tahun lalu saat Daniel juga mengecat rambutnya dengan warna blonde. Sayangnya, Daniel diomeli habis-habisan oleh Aleda dan juga dikatai lupa umur.

"Nanti kalau ada rapat, Kak Danny disangka artis."

Danny terkikik geli melihat ekspresi asam Delmara. Lalu, dia menahan tangan istrinya yang sedang mengeringkan rambut itu. "Mau sampai kapan kamu panggil aku dengan sebutan Kakak?"

BEST PAPA • choi hyunsuk (sequel of Danny) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang