▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Eliza memutar matanya jengah, sudah berapa kali dia mendengar helaan napas dari wanita di hadapannya ini. Ekspresi yang tampak bingung, dengan tangan yang sibuk mengaduk mangkok sambal bakso.
Dia sedikit terkejut ketika beberapa waktu lalu sahabatnya itu meminta bertemu untuk menanyakan hal yang serius. Ketika dia datang, dia hanya disuruh melihat Delmara yang seperti ini.
Tak tahan lagi, Eliza berdecak sebal. "Jadi, kenapa lo begini? Dan apa tujuan lo panggil gue?"
"Eliza... Kok lo gitu? Gue nyita waktu lo yang berharga, ya?"
Oh ya Tuhan, ada apa dengan wanita ini?
Eliza gemas melihat Delmara yang kini membuat ekspresi memelas itu. "Iya, makanya cepat lo bilang. Jangan diem doang! Gue 'kan nggak tau apa yang bikin lo gini."
Delmara kembali menghela napas, "Kak Jun nyatain perasaannya ke gue."
"Oh? Akhirnya."
Alis Delmara mengerut, dia menatap bingung pada Eliza. Apa-apaan dengan responnya itu?
"Kok lo nggak kaget, sih?"
"Ngapain kaget? Semua orang juga tau kalau Kak Jun naksir berat sama lo. Yang bikin kaget tuh justru lo, kenapa lo baru sadar sekarang, sih?"
Semua orang mengetahui tentang perasaan Jun, kecuali dirinya. Delmara merasa bodoh dan jahat, ia membayangkan betapa berat Jun menahan perasaannya selama ini.
"Terus, perasaan lo sendiri gimana?" Delmara terdiam, lalu kembali menghela napasnya.
"Gue nggak ngerti, Liz. Gue nyaman sama Kak Jun, gue selalu ngerasa butuh dia, gue bahagia ada di samping dia, tapi di satu sisi gue masih ragu. Karena gue udah menikah, apa gue masih pantas buat simpan perasaan kayak gitu?"
Eliza terdiam, memikirkan ucapan Delmara yang ada benarnya. Jika dirinya berada di posisi Delmara, mungkin Eliza akan berpikir hal yang sama.
Delmara masih belum menyadari perasaannya, apakah sebatas nyaman karena Jun yang selalu ada atau lebih dari itu. Ditengah kegelisahan Delmara, seorang wanita asing tiba-tiba menghampirinya.
"Anda Delmara, kan?"
Wanita cantik dengan rambut panjangnya itu, senyum ramah dengan mata yang tampak berbentuk bulan sabit. Wanita tersebut terkekeh ketika melihat ekspresi kebingungan Delmara.
"Kita tidak pernah bertemu sebelumnya," wanita tersebut mengulurkan tangannya dengan sopan.
"Perkenalkan, nama saya Nadia. Ketika masih di Singapura, Jun sering membicarakan anda pada saya."
Delmara berdiri, menerima jabat tangan wanita bernama Nadia ini. "Kak Jun?"
Nadia mengangguk, "Saya sangat ingin bertemu dengan anda. Ternyata perkataan Jun benar, anda lebih cantik daripada di foto."
Eliza tak paham dengan situasi ini, ia hanya menatap kedua wanita itu bergantian. Siapa wanita ini? Dia datang dengan tiba-tiba dan menatap Delmara dengan kagum.
"Maaf, tapi apa hubungan anda dengan Kak Jun?" tanya Delmara.
Diam-diam Eliza tersenyum, sepertinya sahabatnya itu tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
"Saya adalah mantan kekasih Jun saat di Singapura."
Delmara terdiam mendengar itu. Hanya mendengar bahwa wanita cantik di hadapannya ini mantan kekasih Jun, sudah membuatnya tak tenang.
"Dulu, Jun selalu bercerita kalau ada seorang wanita yang tulus dia cintai meski sudah memiliki pendamping. Dia tidak bosan menceritakan anda pada saya, dan setiap hari selalu ada cerita baru tentang anda." Samar-samar, tampak kesedihan dalam tatapan mata Nadia.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST PAPA • choi hyunsuk (sequel of Danny)
Fanfic"Untukku, dunia tanpa papa itu tidak ada artinya" 4 tahun pernikahan, keluarga Danny mulai khawatir Delmara tak bisa mendapat keturunan. Segala cara sudah mereka lakukan dan berbagai dokter kandungan sudah mereka kunjungi, tapi jawabannya masih sama...