▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Jun meregangkan otot-ototnya setelah sejam lebih duduk di kursi kerja sambil menarikan jarinya diatas laptop. Ia menata kertas-kertasnya, lalu beralih menuju ruang fotocopy yang tak jauh dari ruangannya.
Ruangan itu sedang sepi, membuatnya lebih leluasa melakukan apa yang dia mau. Sembari bersiul santai, dia menunggu semua kertasnya selesai di cetak. Sedetik kemudian tatapannya berubah serius, lurus ke depan tapi fokusnya tertuju pada belakang tubuhnya.
"Apa yang anda lakukan?" tanyanya, tanpa menolehkan kepala.
Seakan Jun tahu keberadaannya, Sora terkekeh kecil dan melangkah mendekati pria itu. "Saya sedang menatap punggung calon pacar saya, ternyata anda gagah."
Dia tak menggubris beberapa saat, lebih memilih menata kertas-kertasnya. "Bukankah ini terlalu aneh? Kenapa anda segigih ini ingin mendapatkan saya?"
Tubuh Sora mendekat, hampir menempelkan dadanya pada punggung Jun.
"Memang kenapa kalau wanita yang mengejar pria yang ia cintai? Lagipula saya wanita yang pantang menyerah."
"Tentu, saya bisa lihat usaha anda. Terlebih lagi ada tujuan lain yang ingin anda capai melalui saya, bukan?" Jun berbalik badan, tubuh tegapnya seakan menjadi benteng untuk dirinya sendiri.
Seperti sebuah pembatas bagi Sora untuk tidak melakukan sesuatu seenaknya dengannya. Wanita itu melipat tangan di depan dada, tersenyum miring kearah Jun.
"Anda sangat buruk, Pak. Bagaimana anda bisa menilai seperti itu tentang perasaan saya?"
"Saya hanya menilai berdasarkan apa yang anda lakukan, dan tentang perasaan anda, saya tidak melihat sama sekali perasaan yang anda maksud."
Jun membawa semua berkasnya, lalu bergerak keluar ruangan. Tapi, suara Sora kembali terdengar.
"Saya penasaran, apakah ada seseorang yang bisa menaklukan pria sedingin anda?"
Menjengkelkan.
Ia tak habis pikir dengan Sora. Setelah pertemuan mereka malam itu, Sora menjadi lebih mendekatkan diri dengan Jun. Atau lebih tepatnya memaksakan diri.
Tentu saja apa yang Sora lakukan membuat Jun menjadi curiga. Dari bagaimana awal mereka bertemu dan di malam itu, memiliki banyak keanehan yang ia pikirkan.
Cara tatapnya, bicaranya, dan sikapnya.
Seperti Sora memperlakukan dia berbeda ketika ia menyadari siapa Jun sebenarnya.
Itu yang Jun pikirkan.
"Dasar Danny, darimana dia dapatin tuh cewek sih," gerutunya, menekan tombol lift menuju lantai atas.
Begitu pintu lift terbuka, dia segera melangkah menuju ruangan Danny. Diketoknya terlebih dahulu pintu itu, sampai sang empunya menyuruhnya masuk.
Ia tersentak melihat Delmara, Dalen, dan Johan diruangan itu. Terlebih lagi dia tiba-tiba merasakan ketegangan di sana.
"Ini berkas yang lo tunggu, udah gue kopi." Ia meletakkan berkasnya diatas meja.
"Makasih. Mumpung ada lo, mending lo duduk dulu disini."
Jun menaikkan sebelah alisnya. "Ada apa?"
Ia mendudukkan dirinya di kursi depan Danny, menatap mereka bergantian. Danny dan Johan terlihat serius, sedangkan Delmara sedang menemani Dalen bermain ponsel.
"Kita ketemu Andrew, Bang." Jun reflek menolehkan kepalanya kearah Johan.
"Ketemu dimana?"
"Taman bermain."
![](https://img.wattpad.com/cover/325067272-288-k997759.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST PAPA • choi hyunsuk (sequel of Danny)
Fanfiction"Untukku, dunia tanpa papa itu tidak ada artinya" 4 tahun pernikahan, keluarga Danny mulai khawatir Delmara tak bisa mendapat keturunan. Segala cara sudah mereka lakukan dan berbagai dokter kandungan sudah mereka kunjungi, tapi jawabannya masih sama...