▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Suara kicauan burung menemani sore Daniel kala itu. Dengan secangkir kopi dan sebuah koran terbaru, dia menikmati usianya yang tak lagi muda dengan santai. Tidak, dia hanya ingin berusaha mengalihkan pikirannya sejenak.
Langkah kaki terdengar mendekat, Aleda datang dengan ikut membawa secangkir teh. Diletakkannya teh itu disamping suaminya, lalu duduk di kursi. Taman yang terawat, menjadi pemandangan yang tak membosankan bagi mereka.
Karena disanalah, mereka melihat Danny bermain disaat usianya masih belasan tahun, berenang sampai lupa waktu, hingga memutuskan untuk menikah dengan Delmara.
Ya, disinilah mereka bisa mengenang sang anak.
"Pa, sebenarnya ada yang ingin Mama tanyakan sejak lama." Aleda bersuara, tapi tak membuat Daniel mengalihkan fokusnya dari koran.
Aleda menoleh kearah Daniel, "Sebenarnya, kenapa saat itu Papa bertanya tentang pernikahan pada Jun?"
Daniel terdiam, lalu melipat korannya dan menaruhnya diatas meja. "Apa Mama tidak bisa melihatnya?"
"Melihat apa?"
"Cinta. Padahal sebesar itu cinta Jun untuk Delmara, sampai bisa dilihat bahkan hanya dengan sekali tatap." Ia menatap lurus ke depan, lalu menghela napas.
"Tapi, Pa. Mama rasa itu tidak mungkin, Delmara sangat mencintai Danny."
Daniel tersenyum kearah sang Istri, "Tapi Dalen dan Dante tidak bisa terus hidup tanpa sosok Ayah, Delmara akan segera menyadarinya." Di tatapnya kedua telapak tangannya, lalu tiba-tiba mengepal kuat.
"Karena keserakahan ini, Papa sudah membuat Danny dan Delmara menikah secara paksa. Tapi untuk kali ini, Papa ingin Delmara memilih jalannya sendiri."
Aleda meraih tangan Daniel, lalu digenggam dengan lembut. Ia tahu, bagaimana perasaan Daniel kala itu. Disaat ia melihat sang anak ditemukan tidur dengan wanita asing.
Nama baik, kekuasaan, harga diri, mereka takut semua itu tercoreng karena kesalahan tak di sengaja.
"Mama harap, Delmara segera menyadari perasaan Jun untuknya."
"Semoga."
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Sudah beberapa hari ini, Delmara terlihat lebih sibuk dari sebelumnya. Berangkat pagi dengan terburu-buru, dan pulang larut malam. Urusan untuk antar jemput Dalen ia serahkan pada Johan, sedangkan mengurus Dante ia percayakan pada Kaila.
Akibat proyek baru di perusahaannya, dia menjadi sulit mengatur pola makan dan tidur. Sebagian waktu banyak ia habiskan di kantor, sampai rumah hanya untuk beristirahat.
Saat Dante dan Dalen melihat Mamanya yang seperti ini, mereka jadi cemas.
Karena seperti sekarang, Dante yang tak bisa tidur justru melihat Mamanya masih bekerja di ruang tengah. Dengan laptop yang menyala, Delmara masih terfokus pada layarnya.
Di tangan mungil Dante, ada buku cerita. Dia ingin Mamanya menceritakan dongeng ini padanya, tapi ia urungkan niatnya ketika melihat situasi.
Alhasil, Dante memilih masuk kedalam kamar Johan.
"Ah... Om Johan udah bobo," cicitnya, ketika ia melihat Johan tertidur dengan nyenyak. Langkahnya berputar menuju kamar Dalen, menggoyangkan tubuh sang Kakak untuk membangunkannya.
"Kak Dalen... "
Dalen mengerang kecil, perlahan membuka matanya dan melihat Dante yang berdiri sambil memeluk buku.
"Dante? Ini udah jam berapa?" Dalen menggosok matanya, lalu beranjak duduk.
"Masih gelap, Kak. Dante ndak bisa bobo."
Diliriknya buku di tangan Dante, lalu menggendong sang Adik agar duduk di sebelahnya.
"Sini, biar Kakak yang bacain dongeng buat kamu." Dante tersenyum senang, segera mencari posisi ternyaman untuk memejamkan matanya.
Dalen tersenyum tipis, ditahannya rasa kantuk agar Dante bisa tidur lebih cepat. Sebelum membacakan dongeng untuknya, Dalen sempat mengelus puncak kepala.
Betapa terkejutnya dia, ketika ia merasakan suhu panas pada tubuhnya.
"Pantes aja Dante nggak bisa tidur, ternyata lagi demam."
"Ayo tutup mata kamu, biar cepat tidur," titahnya.
Dante mengangguk, mulai memejamkan matanya sambil mendengar Kakaknya membacakan cerita. Sesekali Dalen melirik kearahnya, memastikan apakah sang Adik sudah tertidur atau tidak.
Tak butuh waktu lama untuk Dante terlelap, Dalen berpikir untuk memberitahu kondisi Dante pada Delmara. Perlahan, dia turun dari atas kasur dan pergi menuju kamar Delmara.
Tapi yang ia lihat justru Delmara yang tertidur di ruang tengah dengan laptop yang masih menyala.
"Mama?" gumamnya, ia menutup laptopnya dan kembali dengan membawa selimut untuk Delmara.
Dikecupnya pipi Delmara dengan pelan, "Selamat malam, Mama."
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬halooo udah lama aku gak up😭
kalian pada nungguin gak???nungguin dong🥺
maaf ya aku up nya gk teratur banget, kadang ide macet, kadang sibuk banget ( sibuk bareng cowo gepeng).
jangan lupa vote dan komen ya!
teubaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST PAPA • choi hyunsuk (sequel of Danny)
Fanfic"Untukku, dunia tanpa papa itu tidak ada artinya" 4 tahun pernikahan, keluarga Danny mulai khawatir Delmara tak bisa mendapat keturunan. Segala cara sudah mereka lakukan dan berbagai dokter kandungan sudah mereka kunjungi, tapi jawabannya masih sama...