26

2K 158 7
                                    

Pemakaman ibu MengYao baru saja selesai di lakukan. Kini semua orang sedang berkumpul di rumah Wei wuxian yang berada di lantai teratas hotel.
Wei wuxian, Xue Yang dan MengYao memang memutuskan untuk tinggal bersama.

"Kakak Xian, apa yang harus kita lakukan." Xue Yang tampak sedih, melihat MengYao seakan kehilangan separuh jiwanya. Sejak tadi, MengYao hanya duduk diam di sofa sambil memeluk foto sang ibu.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan." Wei wuxian
"Kakak Yao sudah melakukan segalanya untuk kesembuhan bibi." Xue Yang
"Em, aku tau." Wei wuxian merangkul Xue Yang

"Minumlah, kau belum makan apa apa sejak tadi." Lan Xichen duduk di sebelah MengYao membawa segelas coklat hangat.
"Mengapa ibu menyembunyikan nya dari ku.." Libur MengYao
"Apakah aku tidak bisa di andalkan?" MengYao menatap Lan Xichen dengan mata sembab berair nya.

"Kau sudah melakukan yang terbaik." Lan Xichen
"Terbaik?" MengYao tertawa sedih
"Terbaik saat aku tidak tau kondisi sebenarnya dari ibu ku?" MengYao, Lan Xichen segera memeluk nya.

Lagi dan lagi, Mengyao menangis. Tidak ada yang bisa Lan Xichen lalukan selain memeluk dan mengecup kening nya.

"Surat dari bibi, apa kau sudah membaca nya?" Lan Xichen
"Aku.. Tidak sanggup membaca nya. Aku terlalu takut untuk membaca apa yang ibu tulis." MengYao
"Aku bersama mu." Lan Xichen, MengYao menatap Lan Xichen. Dan Lan Xichen mengangguk. MengYao pun mengeluarkan surat dari saku pakaian nya. Surat yang di berikan oleh perawat yang selama ini merawat ibunya. Perawat itu juga meminta maaf karna selama ini menutup nutupi kebenaran tentang kondisi ibu MengYao yang sebenarnya.

Untuk MengYao anak ku tersayang

MengYao, saat ini mungkin ibu sudah tidak ada bersama mu lagi. A Yao, aku sangat bahagia memiliki dirimu sebagai anak ku.
Maafkan ibu karna telah memberi mu banyak kesulitan.

Maafkan ibu karna kecerobohan ibu hidup mu menjadi sangat sulit. Semakin sulit saat ibu harus memiliki penyakit ini.
Kau berjuang keras, bekerja untuk pengobatan ibu.

Kau sudah melakukan banyak hal, tapi apa yang sudah ibu lalukan untuk mu selain kesulitan.

Jangan pernah mengalahkan diri atas apa yang terjadi kepada ibu. Ibu.. Sengaja menyembunyikan itu semua agar kau tidak terbebani, maafkan ibu nak.

Ibu sudah bertemu dengan nya, lelaki itu. Ia lelaki yang baik, ibu harap dia bisa menjaga mu dengan baik. Dan ibu yakin dia akan melakukan nya. Xichen, kau sudah berjanji kepada bibi untuk menjaga nya. Maka tepatlah janji mu.

Ibu menyayangi mu anak ku, MengYao.

Dari Ibu

MengYao memeluk surat tersebut. Wajahnya kembali basah dengan air mata.

"Aku.. Aku lebih sayang kepada mu ibu." MengYao

"Bagaimana kakak?" Wei wuxian bertanya saat Lan Xichen baru saja keluar dari kamar MengYao.
"Baru saja tertidur." Lan Xichen
"Kakak masih menolak makan?" Xue Yang
"Em, dia belum mau menyentuh makanan." Lan Xichen

"Beri dia semangat besok, sekarang biarkan dia menenangkan dirinya dulu." Nie Mingjue mengelus kepala Xue Yang
"emm.. Baik." Xue Yang mengangguk kecil. Pelupuk mata Xue Yang juga tampak memerah dan agak membengkak.

"Kakak Xian, kau harus makan. Kasihan bayinya jika aku tidak makan." Xue Yang
"Em, kau juga." Wei wuxian

Walau keduanya sama sama tidak bernafsu makan. Kedua nya tetap harus makan sesuatu, terlebih Wei wuxian kini yang tengah mengandung.

Kesempatan Kedua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang