Enam : Makan Siang

1.4K 200 12
                                    


Lift berhenti tepat di lantai departemen marketing. Haruto meluruskan jasnya sebelum melangkah keluar dari balik dua pintu besi itu, mengambil langkah panjang dengan penuh percaya diri. Tubuhnya dipenuhi antisipasi tinggi, tidak sabar untuk mengumumkan kesuksesannya pada sang rival.

Haruto sadar beberapa karyawan mulai berhenti dari kegiatan mereka untuk saling berbisik satu sama lain saat dirinya lewat, tapi anehnya hal itu justru menghiasi langkah-langkahnya.

Suasana hati Haruto sedang baik hari ini.

Berbanding terbalik dengan Jeongwoo, Sang pemimpin departemen marketing, yang moodnya langsung down melihat kedatangan Haruto dan terlihat segera bergegas keluar kantor untuk menghadang.

Haruto berhenti di depan meja yang sebelumnya sudah dia ketahui milik Junghwan kemudian melihat sekeliling. Tapi sayangnya orang yang dia cari tidak terlihat di mana pun, matanya justru menangkap sosok Jeongwoo sedang melangkah cepat ke arahnya sambil mengacungkan jari.

"Ngapain kamu disini?" Teriak Jeongwoo bahkan sebelum kakinya mencapai Haruto.

Haruto berdiri diam, tidak terintimidasi oleh Jeongwoo yang bisa dengan mudah menciutkan nyali lawannya dengan bahu lebar dan mata setajam serigala.

"Good morning, Park." Sapa Haruto santai sambil tersenyum remeh, sukses membuat Jeongwoo makin emosi.

"Nggak usah banyak basa-basi. Saya tanya, ngapain kamu kesini?" ucap Jeongwoo, suaranya meninggi, semakin menarik perhatian karyawan di ruangan tersebut.

Haruto terkekeh, "Melihat reaksi berlebihan kamu, sepertinya kamu sudah tahu tentang Saito."

Jeongwoo mendengus,"So you come all the way here to gloat?"

Senyum yang hampir terilhat seperti cemoohan muncul di balik bibir Haruto, "Sebetulnya, nggak. Saya kesini bukan mau menyombongkan diri," jawab Haruto sebelum sekali lagi melihat sekeliling kantor, para pekerja mengirim tatapan tidak suka padanya, menggambarkan seolah-olah mereka benar-benar membencinya. Tapi Haruto tidak terganggu sama sekali. Toh rasa tidak suka itu mutual, Haruto juga tidak peduli pada karyawan Jeongwoo. Dan itu jelas terlihat dari cara Haruto memandang rendah mereka. 

"Tapi karena kamu dan karyawan kamu sepertinya mau dengar so... very well. I'll do it." Haruto menarik napas sebelum melanjutkan, karena damn tentu saja Haruto ingin memamerkan keberhasilannya. "I got the Saito project karena saya lebih unggul dari pada kamu. No wait... biar saya perjelas, takutnya kamu nggak paham... I'm the best and you Park Jeongwoo were never a worthy opponent for me. Neither is your team to my team."

Rahang Jeongwoo mengeras, telapak tangannya mengepal menahan emosi yang justru membuat senyum Haruto semakin lebar, Haruto melangkah lebih dekat untuk memperbaiki kerah jas Jeongwoo, "I can see why you'd flatter yourself by saying we're rivals. but don't bring me to your low level."

Para pekerja di sekitar mereka menatap kaget, mungkin mengira sebentar lagi akan ada perkelahian. Sayangnya sebelum itu terjadi, Haruto mengambil langkah mundur untuk mengitari meja Junghwan.

"Ngomong-ngomong tentang low level, dimana So Junghwan?"

"Junghwan?" wajah mengeras Jeongwoo berubah bingung.

Haruto mengangguk, "Iya, So Junghwan. yang kemarin ngobrak-abrik kantor kamu. Anaknya lucu, cerewet, lumayan tinggi." Haruto meregangkan lehernya untuk mencari Junghwan sekali lagi, nadanya terdengar tak acuh saat menambahkan, "lumayan manis juga."

Mulut Jeongwoo terbuka dan tertutup ingin mengatakan sesuatu tapi rasa marah membuat otaknya tidak bisa berpikir.

Bunyi ding' pada lift kembali terdengar. Dan seringai mengembang di wajah Haruto. Berbeda dengan seringai sebelumnya yang terkesan mencemooh, kali ini seringai Haruto lebih terlihat seperti pemangsa yang siap menerkam.

SolaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang