Junghwan masih saja merutuki diri sendiri saat kakinya mulai memasuki area departemen IA. Hari ini adalah pertama kalinya bagi Junghwan masuk ke departemen barunya, dan berbeda dengan suasana departemen marketing yang lebih santai, departemen IA terlihat sangat serius dan kaku, bahkan ada meja resepsionis yang menghadangnya sebelum masuk ke IA, which is not so common.
Dengan enggan, Junghwan melangkah mendekat. Wanita di belakang meja resepsionis berdiri dan menunggunya sambil tersenyum. Hanya dengan sekilas mengamati saja, Junghwan bisa melihat bahwa wanita di hadapannya ini berperawakan layaknya seorang model, cantik, tinggi, dan rapi. Sebetulnya, kalau diingat-ingat lagi, hampir semua orang yang berpapasan dengan Junghwan di departemen ini terlihat seperti itu, seperti model.
"Selamat pagi," sapa sang resepsionis terdengar kelewat profesional.
"Selamat pagi... saya So Junghwan," gumam Junghwan lirih, sedikit terintimidasi oleh penampilan sempurna wanita di hadapannya. "Pak Choi Hyunsuk dan ...."
"Kami telah diberitahu. Selamat datang," potongnya jelas dan tegas, wajahnya juga datar tidak menampilkan emosi apa pun.
"Mari saya antar," lanjutnya, kemudian menuntun Junghwan menuju area utama departemen IA.
Semakin Junghwan masuk ke dalam, semakin terlihat perbedaan departemen barunya dengan yang dulu. Walaupun luas dan tata letak ruangan IA sama dengan ruangan marketing, tapi suasana di sini betul-betul terasa berbeda. Lebih tenang dan bersih. Bersih bukan karena tim OB lebih ber-effort membersihkan IA, tapi bersih karena meja-meja di sini ditata serapi mungkin, tidak ada kertas yang tidak pada tempatnya, tidak ada foto keluarga, lukisan, atau tanaman, bahkan satu sticky notes-pun yang tertempel.
Junghwan mengitarkan pandangannya, aura semua orang-orang disini terlalu mengintimidasi. Mereka seperti robot dan .... Haruto adalah pengendalinya.
Junghwan punya firasat kalau dia tidak akan betah bekerja di sini.
"Selamat pagi."
Junghwan terlonjak kaget, hampir saja menabrak kepala seorang laki-laki yang baru saja menyapanya karena terlalu sibuk mengamati sekitar.
"Saya Yoon Jaehyuk."
Junghwan mendongak untuk menantap laki-laki berambut hitam, lengkap dengan rahang tegas dan mata tajam. Walaupun tingginya hampir sama dengan Junghwan. To no surprise, he was yet another model.
"S-selamat pagi... saya Junghwan." lagi, Junghwan merutuki diri karena tergagap.
"Saya tahu." balas Jaehyuk, dengan nada dan ekspresi yang sama dengan wanita resepsionis tadi. "Pak Hyunsuk sudah mengontak kami sebelumnya, beliau mengatakan bahwa kamu datang hari ini. Saya akan antar kamu untuk melihat-lihat kantor."
Junghwan mengangguk pelan, ada sedikit rasa kecewa yang muncul saat mengetahui bahwa bukan Haruto yang menyambutnya.
Pakai logika mu, Junghwan! Haruto itu orang penting, seorang kepala departemen. Mana sempat orang seperti itu menemani hanya untuk melihat-lihat.
Mata Jaehyuk beralih sejenak pada sang resepsionis lalu mengangguk sekali, memberikan isyarat perintah untuk kembali pada tugasnya.
"Saya nggak yakin, Pak Hyunsuk mau saya memperlihatkan apa, tapi kita mulai dulu dari meja kerja dan break room." nada Jaehyuk masih tidak berubah.
Junghwan mengangguk sebelum kemudian berjalan di belakang, mengekori Jaehyuk. Seperti yang di katakan Jaehyuk tadi, tempat pertama ditunjukkan pada Junghwan adalah meja yang nanti akan dia tempati, Jaehyuk sedikit menjelaskan tentang apa saja yang biasanya orang-orang IA letakkan dan lakukan di meja mereka sebelum kemudian membawa Junghwan ke break room.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solace
RomanceJunghwan mengalihkan rasa sakit hatinya dengan mencari pelipur lara Solace is to give comfort in grief , sorrow, misfortune, or trouble; alleviation of distress or discomfort *Deskripsi mungkin tidak sesuai dengan cerita, but deal with it* Warning...