Empat : Waking up

1.7K 215 19
                                    


"Ya tuhan... nggak mungkin, nggak mungkin, nggak mungkin, nggak bisa! ... Nggak boleh, sadar Junghwan sadar..." Junghwan mencerocos panik sambil mencengkeram kepalanya sekaligus menarik beberapa helai rambut dari sana.

Bagaimana mungkin dia bisa bangun tidur di atas tempat tidur seorang Watanabe Haruto... Oh no, bukan cuma di atas tempat tidur, bagaimana bisa dia bangun tidur sambil memeluk Watanabe Haruto?! Hah?!

"Saya nggak mungkin tidur sama orang ini!" lanjut Junghwan setengah berteriak, untungnya saat dia melompat keluar dari selimut, pakaiannya masih lengkap terpasang. Tapi tetap saja, this was bad, really bad. Bagaimana kalau sampai Jeongwoo tahu? Jeongwoo tidak akan pernah mau menerimanya kembali kalau sampai tahu tentang hal ini.

Gulungan selimut berwarna abu-abu bergerak saat seseorang di dalamnya bergerak bangun. Menatap kesal meskipun dengan mata yang masih belum sepenuhnya teruka.

"You're fucking terrific to wake up to." gumam Haruto tidak terkejut sama sekali dengan kehadiran Junghwan, suara masih terdengar berat dan serak. Mencoba bangkit untuk duduk menyandar pada headboard dengan mata berkedip lambat beberapa kali untuk menyesuaikan dengan cahaya pagi, rambutnya acak-acakan. Dan lain dengan Junghwan yang masih berpakaian lengkap, Haruto terlihat bertelanjang dada walaupun sedikit tertutup selimut abu-abu tebalnya.

Junghwan betul-betul ingin berteriak sambil menangis, karena sekarang otaknya menebak-nebak apakah dirinya yang melepas baju Haruto dan mengacak-acak rambutnya semalam?

"What's your problem?" tanya Haruto, mata menatap malas ke arah Junghwan yang masih saja kelihatan panik dan sekarang justru mondar-mandir di dekat tempat tidur.

"Saya tidur disini," Junghwan menghentikan langkahnya untuk menatap Haruto lalu teriak putus asa, "saya tidur sama kamu!"

Haruto memutar matanya, "ya udah, nggak usah sombong begitu."

Junghwan tidak menghiraukan komentar sarkas Haruto barusan dan kembali mondar-mandir, "ya Tuhan, Jeongwoo bakalan marah besar, dia pasti benci saya kalau sampai tahu."

Haruto mengangkat alis melihat betapa menyedihkanya Junghwan. Dia sepertinya tidak menyadari bahwa Jeongwoo sudah mencampakannya dan tidak peduli sama sekali kalau Junghwan tidur dengan orang lain. Because Jeongwoo's bed wasn't cold, that was for certain.

"Memangnya Jeongwoo bisa tahu dari mana kamu tidur disini?" kata Haruto sambil menyangga kepalanya dengan tangan kanan, betul-betul terdengar tidak peduli dengan kepanikan Junghwan.

"Kamu," Mata Junghwan mendelik takut, seakan menyadari sesuatu yang mengerikan, "Kamu nggak boleh bilang ke siapapun soal ini."

Haruto memutar matanya lagi, okay... sepertinya memutar mata akan menjadi kebiasaan baru Haruto jika dia terus-terusan berurusan dengan seorang So Junghwan.

Junghwan tidak hanya merusak paginya tapi juga merusak mood Haruto pagi ini. Tidak ada satu pun orang yang pernah meminta Haruto untuk tidak memberi tahu siapa pun bahwa mereka tidur bersama. Mereka bahkan akan menyombongkan diri jika berhasil tidur bersamanya.

"Wow." Haruto menghembuskan napas kasar, "kamu pikir saya mau bilang ke orang-orang kalau saya tidur sama kamu?" Haruto menyibak selimutnya dan berjalan mendekat pada Junghwan sampai dia berdiri hanya berjarak beberapa inci darinya.

"Don't worry, Junghwan, I won't tell a soul." bisik Haruto tepat di depan wajah Junghwan, "pintunya di sebelah sana."














Junghwan sedang menunggu di luar kantor Hyunsuk saat ini sambil merutuki diri sendiri. Dia menyesali keputusannya untuk mabuk, karena sekarang bau alcohol samar-samar masih bisa tercium dari rambutnya yang belum sempat dia cuci. Waktu paginya yang tersisa tidak banyak, karena harus pulang dari apartemen Haruto dulu jadi Junghwan tidak sempat bersiap-siap dengan benar. dia hanya mandi kilat dan ganti baju seadanya.

Suara sepatu hak tinggi bergema di sepanjang koridor. The ever so elegant Kim Yuna, sekretaris Choi Hyunsuk, mulai terlihat mendekat. Satu tangan bertumpu di atas yang lain di depan perutnya.

Yuna mengamati penampilan Junghwan sekilas dan walaupun masih kelihatan profesional, Junghwan bisa merasakan tatapan menilai Yuna padanya.

"Anda sudah bisa masuk untuk menemui Pak Hyunsuk sekarang." ucap Yuna.

Junghwan mengangguk kemudian berdiri. Mengambil napas dalam-dalam sebulum membuka pintu kantor Hyunsuk, mempersiapkan diri sekali lagi untuk mendengar keputusan terburuk dari bosnya.














Ditempat lain, Haruto mengetuk-ngetukan jari-jari panjangnya pada meja, tanda bahwa dirinya sedang berpikir keras. Berusaha memproses berita yang baru saja di sampaikan bosnya tentang satu karyawan bermasalah dengan nama So Junghwan padanya dengan kepala dingin.

Dia tidak di pecat.

So Junghwan tidak di pecat.

Tidak di pecat dan justru di pindah tugaskan untuk bekerja di bawah supervisinya.

This is ridiculous. Absolutely ridiculous.

Haruto mendecak kesal. Sebelumnya Hyunsuk sudah memberi Haruto kewenangan penuh untuk memilih siapapun untuk membantu mengerjakan projek Saitonya. Dan siapapun yang Haruto maksud disini tidak termasuk So Junghwan.

Setelah rentetan peristiwa yang dia lalui bersama Junghwan kemarin, Haruto tidak bisa mempercayai Junghwan bisa melakukan tugas dengan baik.

Pertama, Junghwan membuat keributan di kantor Jeongwoo hanya karena masalah percintaan. Kedua, Junghwan mendebatnya di club dan bahkan menantangnya untuk menunjukkan junior kebanggaanya, yang untungnya tidak sampai kejadian karena Junghwan keburu pingsan duluan dalam perjalanan dan membuat Haruto kesulitan membawanya pulang. Ketiga, Junghwan betul-betul merusak paginya hari ini.

Haruto tidak bisa mempercayai seseorang yang tidak merasa bangga setelah tidur dengannya. Dia yakin bahwa Junghwan akan sangat merepotkan dan mungkin malah akan membuat segalanya berantakan.

Haruto is a professional. Dia hanya mau yang terbaik dari yang terbaik, he wanted to handpick and nitpick whoever he wanted, and with most certaintly not include Junghwan.

Okay, on the bright side... Hyunsuk pasti sangat percaya padanya jika sampai mempercayakan karyawan seperti Junghwan padanya. Haruskah Haruto buktikan skill mumpuni kepemimpinannya pada sang bos? Mungkin kalau dirinya berhasil membuat orang seperti Junghwan menjadi berguna, dia akan mendapatkan nilai lebih dan mendapat promosi lebih cepat.

Tapi kualitas apa yang dimiliki Junghwan?

Haruto memutar otaknya, mencoba mengingat sesuatu pada Junghwan yang mungkin bisa dimanfaatkan. Malam sebelumnya Junghwan berani menyombongkan diri dengan mengklaim bahwa dirinya cerdas. Haruto penasaran ingin melihat seberapa pintar dia. Otak encer dan keterampilan bagus?  Oh, Haruto sangat ingin menguji semua itu.

Dan kalau sampai ternyata Junghwan tidak memenuhi ekspektasinya, maka Haruto sendiri yang akan memastikan agar Junghwan di pecat.




SolaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang