Haruto berjalan cepat keluar dari pintu kedatangan internasional, dia ingin ceppat-cepat sampai apartemenya. Sayang, keadaan tidak terlalu berpihak padanya, bandara terlalu sibuk sore ini. Padahal Haruto yang memang sengaja menolak akomodasi penjemputan yang disediakan kantor karena ingin segera pulang tanpa mampir kemana-mana dulu sekarang sedikit menyesal. Walaupun barang bawaannya tidak banyak, tapi melewati bandara yang sesak dengan menyeret koper dan tas di bahunya bukanlah hal yang nyaman.
Haruto mengambil napas dalam-dalam, tidak mau menghabiskan waktu lebih lama di bandara karena tujuannya adalah untuk segera bertemu dengan Junghwan yang diyakini sudah menunggunya lama.
Belum lama berjalan, Haruto menemukan seseorang memakai masker putih dengan cardigan hitam dan celana senada menarik perhatiannya. Ditengah-tengah bandara yang super sibuk, orang ini hanya berdiri sambil bersedekap, matanya menyipit hingga pinggirannya membentuk kerutan, Haruto yakin dibalik masker itu dia sedang tersenyum atau mungkin malah tertawa seakan-akan sudah melihat kedatangannya dari tadi.
Haruto sebetulnya ingin membanting kopernya untuk menenangkan jantungnya yang berdebar debar karena melihat sosok sang kekasih tiba-tiba ada di sini tanpa memberitahunya. Bukankah Junghwan sudah setuju untuk menunggunya di apartemennya saja?
"Hai," sapa Haruto dengan suara sedikit bergetar saat kakinya sampai di hadapan yang lebih muda. Dua bulan tidak bertatap muka secara langsung, mendengar suara satu sama lain hanya lewat saluran telepon, melihat wajahnya hanya lewat video call. Dan sekarang akhirnya bisa berdiri sedekat ini lagi... rasanya seperti mimpi.
"Hai," sapanya balik, suaranya terdengar lebih lembut dari yang dia ingat, matanya memancarkan binar-binar indah. Tapi kemudian dia melepas maskernya, menampilkan senyuman yang tak kalah indahnya.
Dan oh God! Teriak Haruto dalam hati.
Itu memang wajah kekasihnya, sedang tersenyum sambil membuka kedua lengannya, secara tidak langsung mengintruksikan Haruto untuk masuk kedalam pelukkannya.
Junghwan mungkin berpikir Haruto terlalu lambat, karena setelahnya Junghwanlah bergerak maju untuk memeluknya terlebih dahulu. Junghwan memejamkan matanya dan Haruto bisa melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah itu.
Haruto langsung melingkarkan kedua tangannya untuk membalas pelukan Junghwan, memperhatikan detak jantung Junghwan yang sekarang bisa dia rasakan menempel pada dadanya, mencoba membiasakan diri dengan kehangatan yang akhirnya bisa dia rasakan lagi dari tubuh itu.
Haruto menarik napas dalam-dalam ketika dia menyadari bahwa dia sedang mencari aroma bayi dan rumput segar yang baru di potong pada Junghwan, kemudian menciumi rambut dan sisi kepala Junghwan.
"Kenapa kamu disini?" tanya Haruto sambil kembali membenamkan wajahnya pada pundak sang kekasih.
Haruto mendengar Junghwan menarik napas sebelum menjawab, "saya kangen, pengen cepat-cepat ketemu."
Mendengar itu, Haruto melepas pelukannya untuk menatap Junghwan lekat. "Naik apa kesini?"
Perubahan topik yang begitu cepat membuat Junghwan sedikit tergagap saat menjawab, "ta-taksi."
Bukannya menanggapi, Haruto kelihatan celingukan sebelum menarik Junghwan keluar bandara, memasuki sebuah taksi yang sedang terpakir tanpa bertanya kalau taksi itu sudah di booking atau belum. Yang dikatakan Haruto saat melihat sopir taksi berlari mendekat adalah, "tunggu di luar sebentar, pak." dengan tatapan super tajam dan garang, membuat si sopir taksi menciut dan hanya bisa menunggu seperti yang diperintahkan.
Sebelum Junghwan bisa bereaksi, Haruto sudah menutup pintu dengan tidak santai dan menghadapnya.
"What?" tanya Junghwan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solace
RomansaJunghwan mengalihkan rasa sakit hatinya dengan mencari pelipur lara Solace is to give comfort in grief , sorrow, misfortune, or trouble; alleviation of distress or discomfort *Deskripsi mungkin tidak sesuai dengan cerita, but deal with it* Warning...