Tiga: Kelab

1.7K 210 52
                                    

"Pecat ajalah, Bos!" Jeongwoo bersikeras. Emosinya masih berapi-api setelah Junghwan mengobrak-abrik kantornya tadi.

Hyunsuk menatap tajam dari tempatnya duduk di kursi Jeongwoo, mengambil alih kantor pria berbahu lebar tersebut dan membuat pemiliknya duduk di kursi seberang meja..., like a guest.

"Enak aja kamu ngomong. Kalau kamu nggak kebanyakan bual, jamet sana-sini, ngerayu semua karyawan perusahaan, masalah ini juga nggak akan terjadi." Hyunsuk mendesis sambil menggosok dahinya.

 "Tapi dia udah gila, Pak! Lihat ulah dia, berani-beraninya dia obrak-abrik kantor atasannya kayak gini!" kata Jeongwoo lagi, masih bertahan dengan keinginannya agar si Bos memecat Junghwan.

"The more reason as to why i cant fire him!"  balas Hyunsuk tak kalah kukuh, "siapa yang mau tanggung jawab kalau dia malah bikin kacau di luar, nulis yang tidak-tidak di web perusahaan? Bikin Thread macam-macam di media sosial? Atau lapor ke press? "

Jeongwoo membuang muka, frustasi. Dia tahu dirinya juga bersalah atas terjadinya keributan tadi, tapi dia juga tidak menyangka kalau Junghwan bisa mengetahui affairnya dengan Asahi dan berani mengamuk seperti itu.

"We can't afford any fuck-ups, Jeongwoo. Tim Haruto baru saja berhasil mendapat persetujuan kerja sama dengan Saito. Japan Launching sudah di jadwalkan pertengahan tahun ini," lanjut Hyunsuk.

"Tunggu," wajah Jeongwoo yang tadi terlihat frustasi berubah tersinggung, "Saito? maksudnya untuk projek Jepang yang saya tangani bulan lalu?"

Hyunsuk mengangguk mengiyakan, Jeongwoo bangkit dari duduknya dan mulai mondar-mandir dengan mulut menggerutu kesal, "You're letting that asshole take on Saito? Orang bodoh seperti dia seharusnya nggak dikasih tanggung jawab projek apapun apalagi projek sebesar Saito. Saito is my project!"

"Your project?" Hyunsuk mengangkat alisnya, "Haruto got us in to Saito with his family and Kanemoto relation. Which you failed. Now if you understand, please step down and leave the work for someone who is more capable." Hyunsuk berdiri dan membetulkan dasinya.

"Jangan berpikir untuk memecat So Junghwan. Ini juga kesalahan kamu, Park. dan kalau kejadian ini terulang lagi, nasib kamu yang akan dipertaruhkan." lanjut Hyunsuk lagi sebelum meninggalkan Jeongwoo di dalam ruanganya yang berantakan.
























Entah tujuan apa yang membawa Haruto masuk ke sebuah kelab malam hari ini. Mungkin untuk merayakan kesuksesan kerjasamanya dengan Saito atau mungkin cuma kebiasaan clubbingnya semata. Yang jelas saat ini Haruto menemukan dirinya menari gila-gilaan. Menggerakkan tubuhnya mengikuti suara musik yang menggelegar, tidak peduli perempuan atau laki-laki yang seakan menyodorkan tubuhnya pada Haruto, membiarkan tangannya meraba kemana-mana.

Haruto merasa sepertinya dia baru saja terjun ke lantai dansa semenit yang lalu tetapi tubuhnya mengingatkan bahwa sudah hampir satu jam dia menari karena sekarang tenggorokannya menginginkan sesuatu untuk diminum. Jadi, walaupun enggan Haruto akhirnya menarik diri dari kerumunan untuk berjalan secepatnya menuju ke bar.

"Air mineral sama beer." ucap Haruto sedikit terengah kepada bartender yang hanya mengangguk, tidak butuh waktu lama, satu botol air mineral dan segelas besar beer diletakkan di hadapannya. Haruto meneguk air mineralnya sekaligus, perlahan-lahan merasakan tubuhnya mulai mendingin dari dalam. Haruto mengambil gelas beernya, berencana kembali masuk ke dalam lantai dansa setelah menegak habis minumannya. Tapi baru saja ia menghabiskan setengah beernya sambil mengamati beberapa pengunjung lain yang mungkin lumayan menarik untuk dia ajak pulang nanti, matanya menangkap satu sosok familier menarik perhatiannya.

SolaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang