Tujuh : Perintah

1.4K 195 27
                                    


"Watanabe Haruto?" Jeongwoo mendengus kesal.

Junghwan menunduk untuk menghindari tatapan intimidasi dari mantan kekasihnya. Tatapan Jeongwoo membuatnya merasa tak berdaya.

"Seriusly, Junghwan? Kenapa harus dia?"

Alis Jeongwoo terangkat kesal, marah dan menusuk. Junghwan benci tatapan itu, seolah-olah meneriakan bahwa Junghwanlah satu-satunya yang bersalah disini. Tapi kalau boleh sedikit saja jujur, sebagian dari diri Junghwan juga senang bisa balas menyakiti Jeongwoo walau pun itu bukan kehendaknya.

"Memangnya Haruto kenapa?" jawab Junghwan pelan.

Mata sipit Jeongwoo membelalak, "Kenapa? Kamu tanya kenapa?" Jeongwoo menyibak rambutnya asal sambil mengeram frustasi, "Kenapa kamu jadi munafik begini sih? Aku kira kamu benci sama dia, tapi sekarang... sekarang kamu malah lunch bareng buat ngomongin proyek yang dia curi dari aku. itu proyek aku, Junghwan!" Jeongwoo hampir meraung marah dan Junghwan mengernyit pahit, menyadari bahwa marahnya Jeongwoo bukan karena masih punya rasa posesif padanya tapi lebih karena harga diri Jeongwoo sendiri yang hancur setelah proyeknya diambil oleh Haruto.

Ternyata beberapa jam terakhir ini Junghwan cuma ke-geer-an sendiri, dia kira Jeongwoo cemburu padanya, tapi ternyata semua kekesalan Jeongwoo hanya karena proyek Saito bodoh itu.

Terlanjur sakit hati, Junghwan berbalik, bermaksud untuk pergi.

Sayangnya sebelum Junghwan  bisa berjalan jauh, Jeongwoo melangkah mendekat, tangannya meraih bahu Junghwan, cengkraman Jeongwoo tidak cukup kuat untuk membuatnya berbalik tapi cukup untuk menghentikan langkahnya.

"Don't go to him," ucap Jeongwoo berbisik di telinga Junghwan, membiarkan Junghwan untuk merasakan lagi kehangatan tubuh Jeongwoo dari jarak sedekat ini. "for whatever reasons, don't go to him." lanjutnya sebelum kemudian melangkah pergi, lagi-lagi meninggalkan Junghwan terlebih dahulu.

Junghwan berdiri diam, matanya bergetar menahan tangis sementara jantungnya berdebar, Hatinya yang tadi dipenuhi kekesalan sekarang kembali berharap. Apa Jeongwoo menginginkannya untuk tidak pergi, untuk tidak meninggalkannya?

Baru saja Junghwan berbalik untuk menghentikan Jeongwoo. Namun sayangnya Junghwan terlambat dan baru sadar ketika lorong panjang tempat Jeongwoo membawanya untuk bicara empat mata tadi setelah selesai makan siang bersama Haruto, sekarang kosong. Junghwan mungkin dari tadi sudah berdiri di sana sendirian seperti orang bodoh.













"Besok, Pak?" gumam Junghwan, menatap takut pada lawan bicaranya.

Seakan-akan deretan kejadian hari ini tidak cukup menyiksa Junghwan. CEO perusahaannya, Choi Hyunsuk, harus ikut-ikutan memanggil untuk bicara juga.

"Iya, besok. Mau kapan lagi..." balas Hyunsuk, "Saya baru saja ketemu sama Haruto, dan kita sepakat lebih cepat kamu memulai pekerjaan, lebih baik. Also, it will be good for you to meet IA people too, kenalan... supaya kamu gampang minta bantuan kalau ada yang sulit." lanjut Hyunsuk sedikit menjelaskan.

"Tapi... bukannya saya masih punya waktu beberapa hari lagi untuk membereskan pekerjaan saya di tim marketing dan..." ucap Junghwan ragu-ragu.

Alis Hyunsuk terangkat dengan tatapan heran, sepertinya dia mengira bahwa Junghwan akan menuruti perintahnya tanpa keberatan apapun. Karena biasanya... normalnya... tidak akan ada karyawan yang akan mengutarakan keberatan atau protes apa pun setelah melakukan kesalahan dan diberi kesempatan kedua oleh atasannya.

SolaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang