Junghwan menghabiskan waktunya di kantor dengan menghindari Haruto setelah kejadian Haruto menciumnya di lobi kemarin. Bukannya apa-apa, tapi hal itu lagi-lagi membuatnya jadi bahan gunjingan orang-orang kantor. Topiknya tidak jauh-jauh dari dirinya yang kembali jatuh pada pesona atasannya.
Sayangnya semakin Junghwan berusaha menghindar, semakin Haruto bertekad mendekatinya. Dan hal itu tidak membantu Junghwan sama sekali untuk meredakan rumor-rumor miring tentang dirinya.
Haruto selalu ada di mana pun Junghwan berada, seakan menguntitnya. Dia ada di break room ketika Junghwan ingin membuat kopi, di ruang printer ketika Junghwan harus menge-print atau meng-copy sesuatu, dan sigap di parkiran untuk menawarkan tumpangan ketika Junghwan hendak pulang. Haruto juga punya kebiasaan baru untuk selalu mampir ke mejanya hanya untuk bicara tidak penting. Seakan itu belum cukup, Haruto sekarang senang sekali berdiri terlalu dekat dengannya ketika mereka ada di ruangan yang sama, sampai Junghwan bisa mencium aroma maskulin tubuhnya. Haruto kemudian akan mulai menyentuhnya, meskipun hanya di bahu, punggung, atau lengan.
Pertama kali Haruto menyentuh, Junghwan ingin mengomel, tapi melihat ekspresi wajah Haruto yang kelihatan innocent, Junghwan pikir itu hanyalah ketidaksengajaan saja. Kemudian ketika Haruto terus melakukannya setelah itu, masih dengan wajah innocent, lama-lama Junghwan serasa gila.
Suatu hari, ketika Junghwan sedang menunduk untuk mengambil tasnya, siap untuk pulang. Tiba-tiba Haruto menyentuh kulit lehernya membuat Junghwan mendesis kemudian berdiri tegak dan pada saat bersamaan mengambil langkah mundur menjauhi Haruto.
"Would you stop doing that!"
"Doing what?" tanya Haruto dengan tampang tidak bersalah andalannya. Untung keadaan kantor sudah sepi sekarang, hampir semua karyawan sudah pulang, jadi Junghwan tidak perlu menyembunyikan lirikan jengkelnya.
"Touching me," desis Junghwan lagi.
Haruto mengangkat bahu, mencoba kelihatan tidak peduli." Saya cuma mau memastikan kamu nggak jatuh. Kamu kenapa nunduk banget ngambil tasnya."
Junghwan menyipitkan mata nya dan berkata," Just....berhenti menyentuh saya, oke?"
Junghwan memutar tubuhnya, bergegas menuju lift. Dia perlu melarikan diri dari Haruto. Untung saja besok weekend, jadi dia tidak perlu bertemu dengan atasannya ini, tapi kata-kata Haruto menghentikannya masuk ke dalam lift.
"Or what?"
"What?"
"Apa yang akan kamu lakukan kalau saya nggak berhenti menyentuh kamu?"
Junghwan tidak percaya Haruto baru saja menanyakan hal ini kepadanya dan secara tidak langsung mengonfirmasi bahwa selama ini dia sadar akan apa yang dia lakukan dan sengaja melakukannya.
Sepertinya dia betul-betul lupa dengan satu kata 'oke'-nya waktu itu
"Apa kamu akan marah? Lapor polisi?" ejek Haruto
Mata Junghwan melebar mendengar pertanyaan yang diucapkan dengan nada mengejek itu. Merasa kesal, Junghwan membalas, "Kalau itu memang diperlukan untuk membuat kamu berhenti, saya akan melakukannya."
"Yeah, right..." ucap Haruto sambil mendengus, "kira-kira alasan apa yang harus saya berikan ketika ditanya kenapa saya bisa dengan bebasnya menyentuh kamu?"
Junghwan mengerutkan keningnya, dan Haruto melanjutkan. "Apa saya harus bilang kita sudah melakukan lebih dari bersentuhan?"
"Ugh, you're so annoying." ucap Junghwan.
![](https://img.wattpad.com/cover/331116366-288-k241380.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Solace
RomanceJunghwan mengalihkan rasa sakit hatinya dengan mencari pelipur lara Solace is to give comfort in grief , sorrow, misfortune, or trouble; alleviation of distress or discomfort *Deskripsi mungkin tidak sesuai dengan cerita, but deal with it* Warning...