"Ma, sori..." gumam Junghwan melalui telepon, membuat lawan bicaranya menghela napas kecewa.
Junghwan terpaksa harus membatalkan janji bersama mama setelah diberi tahu bahwa ia harus tinggal lebih lama di kantor untuk mengurus beberapa hal terkait projek Saito. Junghwan sendiri juga kecewa, mama sudah datang jauh-jauh dari Iksan, ingin menghabiskan satu hari saja bersama sang anak dengan membuat reservasi di restoran baru dekat apartemennya, tapi malah berujung dibatalkan begitu saja.
Ini semua gara-gara Haruto. Atasannya itu betul-betul menyebalkan. Meski pun mereka sudah tidur bersama beberapa kali, tidak berarti atasannya itu mau memberinya sedikit saja kelonggaran. Di luar tempat tidur Haruto tetaplah Haruto sang kepala departement IA, yang selalu siap mengganggunya dengan setumpuk pekerjaan.
Belum genap sebulan Junghwan resmi bekerja di IA, tapi beban pekerjaannya bahkan lebih banyak dari beban kerja satu tahunnya di marketing. Setiap hari ada saja pekerjaan tambahan untuknya.
Hari senin kemarin, Haruto membanting buku super tebal di atas meja saat ia sedang mengetik sesuatu di laptopnya. Haruto mengorbankan HANYA SEPULUH DETIK dari waktunya memberi tahu Junghwan untuk membaca dan mengingat sebanyak mungkin tentang buku bertuliskan sejarah Jepang itu.
Junghwan tentu saja kesal bukan main, sampai sempat memutuskan bahwa dia tidak akan membuka buku itu sedikit pun, tapi tentu saja Haruto melanjutkan, dengan berkata bahwa dia akan mengujinya sebelum pulang.
Junghwan mengeram makin kesal ketika menyadari bahwa tugas ini akan memberikan dua hasil pada Haruto; satu, seberapa cepat Junghwan bisa belajar; dua, seberapa bagus ingatan yang Junghwan miliki.
Hari rabu pagi, Junghwan baru saja keluar dari pintu lift, dia bahkan belum sempat menaruh tasnya di meja, ketika tiba-tiba Haruto menempelkan telepon ke telinganya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Rasa kaget Junghwan bahkan belum hilang ketika dia mendengar seorang wanita tua berteriak dari saluran telepon. Junghwan berkedip bingung sekaligus takut pada Haruto yang hanya berdiri santai di depannya sambil menulis sesuatu di memopad-nya.
'Angry client, pastikan dia mengembalikan pembayaran paling sedikit 13 juta won.'
Junghwan menganga menatap tulisan pada memopad tersebut. Haruto hanya melirik sekilas kemudian pergi tanpa menjelaskan apapun padanya, meninggalkan Junghwan hanya dengan wanita ditelepon yang masih terus-terusan berteriak.
Entah bagaimana akhirnya Junghwan bisa keluar dari situasi itu dan masuk ke kantor Haruto siang harinya sambil membawa cek sebesar 13,2 juta won.
Junghwan tidak tahu apa yang dia harapkan saat dirinya dengan bangga meletakkan cek tersebut di atas meja sang atasan. Puk-puk di kepala? Pujian? or a fucking thank you? Apa pun itu selain anggukan kecil yang Haruto berikan padanya sebelum menyuruhnya kembali bekerja.
Haruto betul-betul membuatnya kesal. Selalu memberi pekerjaan konyol tiap hari, tapi tidak mau repot-repot mengapresiasi ketika Junghwan melakukannya dengan baik.
A single 'good job' is enough!
Junghwan berkali-kali mempertimbangkan untuk mengungkit hal tersebut di atas tempat tidur. Menanyakan tentang sikap menyebalkan Haruto di kantor pada si lembut Haruto yang sisi hangatnya selalu muncul saat mereka berdua telanjang, sisi yang selalu memastikan Junghwan puas dengan sentuhannya.
Tentu saja Junghwan tidak pernah melakukannya, dia selalu mendapati pikirannya teralihkan dengan apa pun yang Haruto lakukan pada tubuhnya.
Hari ini, Haruto bahkan tidak menemuinya sendiri. Dia menyuruh Jaehyuk untuk menyampaikan pesan padanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/331116366-288-k241380.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Solace
RomanceJunghwan mengalihkan rasa sakit hatinya dengan mencari pelipur lara Solace is to give comfort in grief , sorrow, misfortune, or trouble; alleviation of distress or discomfort *Deskripsi mungkin tidak sesuai dengan cerita, but deal with it* Warning...