Enam belas: Cemburu

1.7K 201 55
                                    


"Junghwan."

Rasa terkejut bahkan tidak bisa menggambarkan perasaannya sekarang setelah menyadari asal suara yang baru saja memanggilnya. Park Jeongwoo.

Sudah lama sejak terakhir kali dia melihat sosok lelaki di hadapannya ini. Dan tidak pernah ia sedikit pun membayangkan bahwa Jeongwoo akan menyapanya terlebih dahulu, di lobi kantor pula, dimana hampir semua karyawan tahu sejarah mereka.

"Gimana kerja di IA? Betah?" tanya Jeongwoo berbasa-basi.

"Well..." ucap Junghwan ragu, "work is still work, betah nggak betah harus tetap dilakukan juga."

Jeongwoo tersenyum paham sebelum mengangguk setuju, "kalau kabar kamu gimana? Baik?"

"Baik," balas Junghwan asal kemudian melirik jam tangannya, ingin segera mengakhiri percakapannya dengan Jeongwoo. Selain itu dia juga tidak ingin telat dan berujung dimarahi oleh Haruto, "saya harus pergi sekarang..."

"Wait," potong Jeongwoo cepat, "saya ingin bicara dengan kamu, bisa?"

"Sekarang?"

Jeongwoo mengangguk, menatap dengan penuh harap.

Junghwan menghembuskan napas, mempertimbangkan apakah dia harus mengiyakan permintaan Jeongwoo atau terus menghindar saja. Namun melihat Jeongwoo pada dasarnya sudah memberanikan diri untuk bicara dulu dengannya secara langsung membuatnya tersadar bahwa mereka memang harus menyelesaikan semuanya.

"Oke, but this better be good, dan saya nggak bisa lama. Kamu tahu Haruto bisa marah-marah kalau saya sampai telat."

Jeongwoo tersenyum senang, tangannya terulur naik untuk mengusap rambut Junghwan sebagai tanda terima kasih.

"Saya mau minta maaf." ucap Jeongwoo sedikit was-was, "Saya minta maaf atas semua kesalahan yang saya lakukan ke kamu, terutama karena saya mengkhianati kamu dan membuat kamu sakit."

Selama beberapa detik Junghwan hanya bisa menatap Jeongwoo, mencoba mencerna kata-katanya.

"Kamu sosok kekasih yang sempurna Junghwan, terlalu sempurna bahkan. kamu perhatian, caring, nurut, dan cinta kamu dalam. Tapi nggak tahu kenapa saya malah tertekan dengan hal itu. Saya nggak siap untuk menerima komitmen sedalam itu, sampai akhirnya saya malah melampiaskannya dengan tindakan yang salah." Jeongwoo mengambil tangan kanan Junghwan dan mengusapnya pelan.

"Kamu nggak salah. Nggak ada yang salah sama kamu atau cara kamu mencintai. Ini semuanya salah saya, seharusnya saya membicarakannya dengan kamu bukannya malah menyakiti kamu. Jadi... saya minta maaf." lanjutnya.

Junghwan masih diam, memproses semua perkataan laki-laki berbahu lebar itu. Entah dari mana perasaan lega  menyelimuti hatinya mendengar permintaan maaf dari Jeongwoo.

"Kamu nggak perlu maafin saya kalau memang belum bisa, it''s okay, tapi please jangan sedih berlarut-larut, you need to be happy and you deserves so much better."

Jeongwoo menatap Junghwan ketika mengatakan ini, menunggu Junghwan menarik napas, seakan mempersiapkan diri meluapkan perasaan yang sudah dia tahan selama ini.

Selama beberapa menit Junghwan masih diam tidak membalas, tapi kemudian tak disangka-sangka Junghwan justru tersenyum. Junghwan tidak pernah melihat Jeongwoo seputus asa ini meminta maaf.

"Kamu sama Asahi... kalian baik-baik saja, kan?"

Jeongwoo yang sedari tadi merasa was-was menunggu respon Junghwan, kini tersenyum melihat senyum lembut tanpa dendam di wajah pemuda itu, "he is a little too short, but we're good."

SolaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang