NOL

4.2K 242 3
                                    

Langit sudah kelewat gelap. Awan yang tidak biasanya menggumpal pun memenuhi atap rumah kecilnya. Ford memprediksi sebentar lagi pasti turun hujan. Dia tidak bodoh hanya untuk melihat sekilas suasana. Karena itu, dengan cepat kedua tangannya menarik setiap jemuran. Kemudian dia terbirit-birit memasuki rumah untuk melempar cucian tadi ke atas sofa reot di ruang tamu. Dan benar saja, tepat setelah itu hujan turun begitu deras. Ford menghembuskan napas lega mengetahui dia tidak terlambat menyelamatkan baju-bajunya.

Ford kemudian meraih acak baju untuk dilipat. Sesekali melirik ke arah pintu kamar yang sengaja dibuka. Ford kelewat was-was jika terjadi sesuatu pada adik bayi. Hingga seperempat jam kemudian, ketika Ford mengangkat tumpukan pakaian yang sudah dilipat rapi, tangisan adik bayi terdengar nyaring bersahutan dengan derasnya suara hujan.

Ford menaruh kembali tumpukan baju dalam pelukannya kemudian cepat memasuki kamar. Menghampiri  adik bayi yang tengkurap di atas kasur dengan wajah basah air mata. Ford lantas membawanya keluar kamar menuju ruang tamu. Sembari menimang-nimang, dia berkata, "Adik bayi kenapa menangis?" Tangannya dengan lembut mengusap lelehan air mata adik bayi. Menepuk-nepuk punggungnya pelan hingga tangisan bayinya lambat laun mereda digantikan dengan dengungan khas. Adik byai memainkan air liurnya. Membentuk gelembung kecil di antara kedua bilah bibir, Ford tersenyum memperhatikan.

"Adik bayi jangan menangis, itu namanya suara hujan. Bukan apa-apa." Ford menjelaskan. Menggoyang-goyang tubuh sehingga adik bayi tertawa dalam dekapan Ford. Tangan adik bayi terangkat ke udara tanda dia senang. Kemudian mendarat tepat di seberang leher Ford. Adik bayi menyender di bahu Ford.

"Baby bobo, oh baby bobo." Ford kembali bersenandung. Menimang-nimang dengan satu tangan mengusap-usap punggung adik bayi dengan penuh kelembutan.

"Kalau tidak bobo digigit nyamuk." Ford menyentil puncak hidung adik bayi. Adik bayi memejam seketika. Ford tersenyum puas. Kemudian melangkah kembali memasuki kamar. Pelan-pelan dia meletakkan adik bayi di atas kasur. Disusul dirinya yang berbaring di samping adik bayi.

"Baby bobo oh baby bobo." Ford melanjutkan. Tangannya menepuk pelan perut adik bayi.

Adik bayi menggeliat. Kedua tangannya bergerak menggapai ke udara. Mencari pegangan yang tak kunjung di temukan. Lagi-lagi satu rengekkan yang berarti kekesalan adik bayi hadir membuat Ford kembali duduk. Meraih adik bayi untuk didekap dan ditimang, pelan dan menenangkan, Ford melanjutkan nyanyiannya, "Kalau tidak bobo digigit nyamuk."

Adik bayi tidur juga.

Bersambung.

Cup! Cup! Adik Bayi - MarkFordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang