DUA TUJUH

748 90 2
                                    

Benang yang kusut perlu diurai agar bisa lurus kembali seperti semula. Tapi kalau kusutnya sampai tahap membentuk simpul mati, baiknya diapakan? Potong saja hubungannya.

Ini adalah puncak dari segala kelelahan seorang Ford. Setelah tujuh hari diabaikan, dengan dua hari di dalamnya dia kerja seperti tidak ingat waktu, ini adalah kali pertama Ford berhenti menjadi sabar. 

Karena begitu dia mendapati Nanon yang lari tergopoh-gopoh balik ke kantor memanggilnya seraya menunjukkan foto seseorang dengan wajah yang sudah jauh dikatakan baik-baik saja, Ford tidak banyak alasan hanya menyambar handphone yang sempat dia abaikan lantas berlari menuju tangga darurat demi mempersingkat waktu dari lamanya menunggu lift yang tak kunjung terbuka namun Nanon berhasil menahan Ford, " Kita naik lift dan pergi bersama-sama menemui pacarmu." berujar yang segera diangguki oleh Ford.

Tidak butuh waktu lama demi mencapai lokasi tujuan. Ford begitu Nanon berhasil memarkirkan mobil buru-buru berlari keluar. Meninggalkan Nanon dengan kedua mata melotot dan mulut setengah menganga, tidak menyangka jika bawahan kesayangannya itu bisa sebegitu khawatir. "Yang seperti itu mengaku belum pacaran. Bohong besar sekali." berkomentar seraya mematikan mesin mobil dan ikut menyusul ke dalam.

Ketika Nanon tiba di ruangan tempat dua orang yang sempat baku hantam itu diamankan, keadaan terlihat sedikit mengejutkan karena Ford yang datang tiba-tiba menjerit, "KAK DUNK KAU APAKAN PAK MARK?!" seraya memukul kencang lengan kiri laki-laki yang sama babak belurnya seperti Mark.

"Ford yang benar saja?! Kau barusan memukulku? Kakak kandungmu?" yang dipukul memekik protes tidak terima. "Memang pengaruh playboy itu tidak baik. Cocok untuk dijambak sampai botak!" melanjutkan dengan pergerakan cepat menjambak rambut Mark tanpa ampun.

Ford yang berada di tengah-tengah keduanya tentu tidak terima ikut memukul-mukul tangan Dunk mencoba menghentikan tarikan dari sang kakak pada rambut pak bosnya. "JANGAN DITARIK SEPERTI ITU! AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!"

Nanon dari tempatnya mengamati berakhir menghela. Sedikitnya ikut was-was melihat keadaan yang bukannya semakin membaik, aksi baku hantam justru berlanjut ke sesi selanjutnya. Kedua matanya menangkap seseorang yang sama bingungnya berdiri di sisi lain dengan adik bayi dalam gendongan. Berakhir saling menatap dan meringis bersamaan. Berbagi perasaan miris karena keadaan.

Dengan apa lagi pergulatan ganas itu bisa dilerai?

"Papa huuuu...."

Sekali lagi Nanon dan orang tersebut saling tatap.

"Papa huhuhu! Yah!"

Nanon mendesah. Memegang cuping hidung yang terasa nyeri tiba-tiba. Pulang saja kalau begini jadinya.

Tidak ada meja bundar di antara kumpulan orang-orang di dalam ruangan tersebut. Namun yang jelas, sofa-sofa yang mereka duduki setidaknya mampu memberi ruang tersendiri untuk memperhatikan dengan seksama adik bayi yang aktif bergerak dengan Ford yang sibuk mengganti popok.

"Sudah bersih. Sekarang sudah tidak penuh seperti tadi... Adik bayi haus? Jangan menggigiti jempol seperti itu. Kotor kotor..."

Siapa yang tidak terenyuh melihatnya?

Mark bahkan tidak bisa berhenti tersenyum meski wajah dipenuhi lebam akibat pukulan dari Dunk dan masing-masing dari sudut bibir robek berdarah-darah. Alangkah indahnya jika setiap pagi kedua matanya menemukan pemandangan seperti ini. 

"Ford kalau aku mengajakmu menikah apakah kau akan keberatan? Sepertinya aku mulai gila." satu pernyataan yang segera disambar dengan geraman tidak suka Dunk.

"YA MEMANG GILA!" jeritan kesetanan dan satu pukulan lain didapatkan Mark di dekat rahang kirinya.

Ford yang sedianya tertegun nyaris menjatuhkan adik bayi dalam gendongan jadi gagal terkejut karena ulah sang kakak. Dia dengan sekuat tenaga kembali melepaskan sang atasan yang lagi-lagi dibabat habis oleh sang kakak.

Cup! Cup! Adik Bayi - MarkFordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang