Kalau kata Prom, Ford itu sedikit keras kepala banyak memaafkan orang mungkin memang benar adanya.
Ketika kemarin pagi Ford selesai sarapan dan berniat pergi menitipkan adik bayi di day care, Ford bersungguh-sungguh tidak berniat untuk membuat keributan. Hanya saja waktu yang kurang tepat ditambah kesialan yang sedang menggodanya tiba-tiba membuat dia hilang kendali.
"Jangan kerja terlalu keras. Tubuhmu juga butuh istirahat." Prom memberi wejangan pada Ford yang sedang membenahi posisi adik bayi di gendongan. Kemudian melangkah bersama menuju pintu keluar-masuk café, keduanya berhenti ketika Ford berhasil membuka pintu secara maksimal. Dia mengambil alih tas perlengkapan adik bayi di pegangan Prom.
"Friend, terima kasih. Tolong sampaikan salam rinduku pada Kak Dunk, oke? Aku masih belum bisa bertemu dengannya untuk sekarang. Besok kalau Adik bayi sudah sedikit lebih besar, aku akan membawanya ikut serta." Ford berpesan kemudian melambaikan tangan tanda dirinya benar-benar akan pergi saat itu juga.
Prom tersenyum seraya mengangguk-anggukan kepala. Mengerti jika seseorang dengan ikatan darah mutlak jelas tidak mungkin tidak saling rindu. Ia kemudian memeluk Ford lebih dulu, memerintah, "Sudah sana berangkat. Jangan telat, nanti bisa-bisa kerja sampai larut malam." Prom menimpali.
"Yep!" Ford melepaskan pelukannya pada Prom. Sungguhan melambaikan tangan ke arah Prom dan berjalan meninggalkan café bersama adik bayi. Tangannya dengan cekatan menepuk lembut punggung adik bayi. Bersenandung lagu-lagu menggembirakan. Dan baru beberapa meter dari café Prom, hal sial terjadi.
Ford melotot di tempat.
Kesulitan mencerna keadaan dengan baik dan benar. Terpaku di detik selanjutnya. Kemudian tersadar, dia menjadi panik. Ford segera berlari kencang. Mengabaikan adik bayi yang meraung di dekapannya.
"Bajingan berhenti!!" Ford menjerit kesetanan.
Tidak peduli sekitar. Masa bodoh dengan orang-orang yang melirik ke arahnya dengan tatapan tidak menyenangkan. Ford berhenti sejenak untuk mengatur napasnya yang ngos-ngosan.
Oh, dirinya menyesal tidak pandai dalam olahraga.
Ford kehilangan jejak si pencuri jadinya. Mau tidak mau harus memutar otak cepat-cepat. Tas kebutuhan adik bayi dirampas pencuri jahat. Ford tidak mau kehilangan tas itu.
Maka ketika sepasang matanya menangkap gambaran seorang pemuda keluar dari toko bunga dengan senyum lebar memainkan buket di tangan, Ford bergerak mendekat. Menepuk lengan si pemuda itu pelan sehingga pemuda itu berpaling untuk melihat padanya.
"Permisi, aku titip adik bayi padamu sebentar. Tolong, ya. Aku harus mengejar maling. Kau cukup bertahan di sini. Jangan kemana-mana dulu, oke? Nanti aku balik ke sini lagi." Ford memburu.
Pemuda yang menjadi korban minta tolong Ford terlihat syok bukan main. Mendapati kenyataan jika laki-laki yang tadi berbicara begitu cepat itu sudah berlari menjauh. Pemuda itu tidak bisa memproses kenyataan yang sedang dirinya alami sekarang berakhir dengan berkali-kali melihat ke arah bayi di gendongannya dan melihat sekitar.
"Kalau adik bayi menangis, nyanyikan twinkle-twinkle little star sambil diayun-ayun. Pasti akan tertawa cekikikan." Pemuda itu kembali dibuat kaget karena Ford yang sudah berdiri di hadapannya berbicara cepat kemudian lari lagi.
Sadar setelah berdiam. Dengan kedua mata membola si pemuda lantas ikut berlari mengejar Ford yang lebih dulu menghilang. Tapi sepertinya alam sedang tidak berpihak padanya, karena belum jauh dirinya berlari, si adik bayi justru menangis.
Sangat merepotkan.
Membuat si pemuda berhenti mengejar Ford dan mulai mengayun-ayunkan tubuhnya. "Tadi disuruh menyanyikan lagu apa ya?" dirinya mulai mengerutkan dahi mencoba mengingat-ingat ucapan pemilik bayi di gendongannya sekarang. Kenapa dirinya jadi direpotkan begini?
Ia menggelengkan kepalanya. Semakin pusing saja menyadari tangisan adik bayi semakin keras. Ia menghela sembari melirik ke arah sekitar.
"Eh?" si pemuda berhenti mengayun adik bayi.
Kepalanya terasa sedikit ringan ketika pandangan menemukan bangku panjang kosong. Tanpa banyak pertimbangan, ia kemudian berjalan mendekati bangku dan meletakkan adik bayi di sana.
Masalah terpecahkan.
Menepuk pelan perut adik bayi, "Maaf ya Adik bayi. Tapi uncle ini sedang sibuk mengejar cinta yang bisa kandas kalau tidak diperjuangkan detik ini juga. Jadi jangan nakal dan tunggu papamu balik lagi, oke? Uncle yakin, papamu akan lewat sini." si pemuda dengan perasaan setengah tidak enak mulai melangkah cepat-cepat meninggalkan adik bayi yang masih menangis keras. Tidak mencoba membalikkan kepala untuk mengecek bagaimana si adik bayi di sana. Masa bodoh. Bukan tanggung jawabnya untuk mengasuh anak-anak. Biarkan saja.
Wait! Tapi kenapa suara si bayi masih terdengar sampai sekarang? Apa telinganya terinduksi waham kejar tangisan?
"Hei nak! kenapa kau meninggalkan bayimu di sana."
Tidak.
Seorang ibu-ibu paruh baya mencolek pundak si pemuda yang barusan melonjak kaget. Dengan kecepatan sepersekian detik laki-laki itu kemudian membalikkan badan. Dirinya nyaris tidak bernapas saat melihat adik bayi menangis di hadapannya.
"Ini anakmu. Jangan ditinggalkan seperti itu. Berani berbuat berani bertanggung jawab." wanita paruh baya itu menasehatinya.
Seperti tertangkap basah. Tidak bisa mengelak. Ia dengan setengah hati lantas mengambil kembali tubuh adik bayi. Membungkuk meminta maaf pada wanita paruh baya itu.
"Maaf, bi. Tadi saya berniat mengambil barang yang tidak sengaja jatuh di sekitar sana. Jadi saya tinggalkan Adik bayi sebentar." ia berkilah.
Dasar cari alasan.
Si pemuda berakhir kembali berdiri di sisi mobilnya yang terparkir di dekat toko bunga tadi. Sesekali membenarkan gendongannya pada adik bayi. "AㅡAdik bayi, jangan menangis. Cup cup cup." ayunan si pemuda tidak menyelesaikan permasalahan karena adik bayi justru makin keras menangis. Membuat orang-orang yang berjalan di sekitaran memperhatikan sambil berbisik-bisik.
Oh, ya mau bagaimana? Dia kan belum pernah punya anak, mana tahu caranya menenangkan bayi menangis.
Maka si pemuda mulai lagi menimang-nimang adik bayi. Berharap adik bayi berhenti membuat keributan yang membuatnya malu sekarang.
"A—Adik bayi, kau suka lagu chinzilla?"
Apa bisa berhasil?
Bersambung.
¹) Jadi, yakin masih mau dilanjut?
²) Kalian suka cerita yang mulus-mulus apa perlu dikasih konflik-konflik membangun?
Tapi aku gak pinter bikin konflik, hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cup! Cup! Adik Bayi - MarkFord
Short StoryApa salahnya jadi orang tua tunggal! ➖ Dimulai : 20230306 ➖ Berakhir : 20240212 Boy x Boy ©pipieeww_