LIMA

1.3K 187 7
                                    

Untung adik bayi punya wajah yang manis.

Ketika Mark yang khidmat mengerjakan beberapa berkas persetujuan yang barusan dirinya terima dari Nanon, ibunya justru datang ke ruang kerjanya untuk membuat berbagai macam ekspresi aneh di sudut lain ruang kerjanya.

"Kau fokus saja pada pekerjaanmu, ibu tidak akan mengganggu." Ibu berkata.

Mark jadi sungguhan bertanya-tanya lantaran semasa hidupnya tidak pernah menemukan sang ibu bertingkah konyol. Seingat dia, ayah dan ibu itu sedikit kaku. Sering mengomel karena dia terus-terusan membuat ulah. Karena itu, Mark sedikit heran melihat tingkah ibu.

"Kalau ibu ingin bermain dengan Adik bayi kenapa tidak dibawa keluar saja. Aku jadi tidak fokus menyelesaikan pekerjaan." Mark berkomentar. Melirik sekilas sebelum kembali fokus pada layar laptopnya.

Ibu menoleh cepat ke arah Mark. Mengerutkan dahi lantas menimpali, "Justru itu. Kau butuh latihan. Sekarang kau seorang ayah. Jadi perlu melatih ketangkasan fokus. Bekerja sambil menjaga bayi, itu tidak mudah. Kau harus terbiasa."

Mark mendecih. Melarang diri dengan keras untuk berjalan mendekat ke arah ibu yang kini sudah melempar-lempar kecil adik bayi ke udara. Mark dengan sinis berkata, "Kukira Ibu tidak suka bayi."

Mark menangkap kikihan lucu adik bayi. Membuat perasaan sedikit melunak.

"Adik bayi, kau tidak mau digendong ayah?" Ibu bertanya seraya menggendong adik bayi dan berjalan mendekati meja kerja Mark.

"Ibu, jangan menggangguku. Aku sedang serius mempertahankan keuangan keluarga kita." Mark mewanti-wanti dengan fokus tidak beralih dari layar laptopnya.

Tapi siapa yang bisa mengerti keinginan bayi?

Karena saat itu juga, tangan adik bayi terulur ke depan. Seperti ingin menggapai Mark yang terlihat tidak mempedulikannya. Wajah adik bayi berubah. Bibirnya cemberut. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Eungg..."

Mark yang sebelumnya tidak ada niatan untuk mengalihkan pandangan dari layar laptop akhirnya gagal. Dia kemudian mengulurkan tangan. Mengambil alih adik bayi dari gendongan ibu. Mark berdiri dan bergerak menimang-nimang adik bayi.

Ibu dengan perasaan campur aduk tidak bisa menahan senyum. Meski sempat emosi karena anak semata wayangnya ini membuat ulah dengan membawa bayi ke rumah. Tapi dia perhatikan, anaknya terlihat cukup bertanggung jawab.

"Ibu penasaran dengan mamanya. Apakah pernah kau bawa pulang?" ibu bertanya.

"Tidak tahu. Tidak ingat." Mark membalas. Menggeleng seadanya. Peduli apa dengan ibu biologis bayi di gendongannya ini. Papa kandungnya saja main kabur tak bertanggung jawab. Mark sudah membuat satu tekad, kalau dirinya akan menjadi orang tua tunggal, berdiri sendiri bersama adik bayi, dan tidak akan mengungkit siapa pemilik asli adik bayi.

"Jadi dia anak dari pelacurmu?"

"Ibu."

Mark mengalihkan pandangannya dari adik bayi. Menatap datar pada ibu yang memasang tampang tidak bersalah ke arahnya.

"Kalau begitu siapa mama kandungnya?" Ibu bertanya.

"Ibu tidak perlu tahu. Aku tidak mau membahas dia lagi. Kami sudah berpisah. Tandanya tidak mungkin bersatu kembali." Mark bersungut.

Ya mana dirinya tahu, kan dirinya tadi tidak perhatikan baik-baik wajah si papa Adik bayi.

Tapi ibu memanglah ibu yang suka kepo. Kalau ayahnya itu kaku, ibunya itu punya dua sisi dalam kepribadiannya yang setengah kaku dan sok tahu dan sok ingin tahu.

"Tidak mungkin bersatu lagi dari mananya. Itu sih kalimat anak playboy. Mark Pakin dengar, sekarang kau sudah punya anak dengan pelacurmu itu. Kau sendiri yang bilang ingin bertanggung jawab tapi ditolak oleh mamanya, seharusnya lebih usaha. Sekarang adik bayi mungkin belum paham kenapa hanya ada satu orang tua dalam hidupnya, tapi nanti-nantinya, kau tidak memikirkan adik bayi akan iri dengan teman-temannya yang punya dua orangtua? Berpikir lebih dewasa, nak." Ibu berkomentar.

Mark mendengus, "Kalau begitu tinggal beritahu orang-orang sekitar, papanya sudah mati. Hanya tinggal aku yang hidup, lalu mau apa."

"Papa?!" Ibu memekik.

Mark berjengit bersamaan dengan adik bayi dalam gendongannya menangis keras karena teriakan ibu. Mark nyaris ingin mengumpat. "Kenapa teriak-teriak. Adik bayi jadi menangis tahu."

Ibu tidak peduli dengan pertanyaan Mark barusan. Dirinya kini memegangi kedua pundak Mark untuk tapat memerhatikan hanya padanya. "Jadi ini bayi surogasi?! Berarti ibu kenal orangnya. Ayo sekarang kita temui papa kandung adik bayi. Cepat siap-siap ke rumah mantan suamimu itu!"

Apa jadi orang tua itu sangat rumit?

Bersambung.

Cup! Cup! Adik Bayi - MarkFordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang