DUA TIGA

964 134 20
                                    

Nanon tidak pernah merasa sebingung ini selama mengenal Mark Pakin. Karena Mark Pakin yang dia kenal tidak pernah menunjukkan sikap-sikap aneh tidak profesional dan penuh dengan tidak percaya diri. Karena Mark itu walau kadang bertingkah ugal-ugalan tapi selalu ingat untuk menyelesaikan tugas dengan terorganisir, tepat waktu, dan sempurna.

"Aku sudah minta persetujuanmu untuk projek ini sejak tiga minggu yang lalu. Dan di rapat terakhir kau sudah acc, kenapa sekarang jadi seperti orang amnesia." Nanon mengomel usai menyodorkan map berisi proposal akhir dari projek terbaru divisinya. Mendecak tidak senang karena Mark yang kelihatan tidak ingat apa-apa, menatap kepadanya dengan tatapan kebingungan sementara dari ujung kepala hingga ujung kaki terlihat begitu acak-acakan, sangat tidak siap untuk bekerja padahal ini jam sepuluh pagi di hari rabu.

"Memang aku yang salah datang kemari." Nanon sekali lagi berkomentar. Melempar map ke sisi kasur Mark yang kosong diikuti dirinya yang kemudian asal menghempaskan tubuh di sana. Sengaja menindih kedua kaki Mark. Tidak peduli dengan jeritan kesakitan sang teman. Nanon menyeringai mengejek, "Coba saja aku suruh Ford yang ke sini. Pasti tidak akan pakai kaos belel dan training tua seperti ini. Minimal cuci wajah sih." melanjutkan komentar seraya menaik turunkan sebalah alis.

"Oh ya tapi seminggu ini dia minta pekerjaan di luar kantor terus. Aku sangat jarang bertatap muka langsung. Aku sampai lupa punya pegawai teladan seperti dia." Nanon masih dengan menindih kaki Mark kembali berkata.

"Ford tidak di kantor?" Mark setelah berdiam lama membaca email yang masuk dari ipad akhirnya teralihkan. Menatap ke arah Nanon yang terlihat memainkan jari-jari tangan dengan sebelah bibir tertarik, menyeringai tipis. "Nanon, kau beri Ford pekerjaan apa sampai dia kerja lapangan?" Mark kali ini tidak menahan diri memilih menendang tubuh Nanon yang menindih kedua kakinya.

"Aduh sakit, Mark! Kasar sekali, kau harusnya bersujud di kakiku karena aku sudah berbaik hati membawa pekerjaan ke rumahmu ini. Kau kira rumahmu dekat dengan kantor? Sialan, sangat jauh! Menghabiskan bensin." Nanon protes. Beringsut untuk duduk di tepi kasur menjauh dari tubuh Mark yang terlihat tidak ramah lingkungan. 

"Lagipula kalian ini sebenarnya kenapa sih? Apa memang sedang marahan? Atau bagaimana? Kenapa kompak tidak kerja di kantor. Aku kesepian tahu." Nanon sekali lagi mengomel. Membenahi bajunya yang sedikit tersingkap naik sementara kedua mata tidak lepas menatap pada Mark yang terlihat kembali fokus pada ipadnya, sengaja menghindar.

"Apa jangan-jangan gara-gara aku." Nanon sekali lagi bersuara. "Ford sejak kejadian salahpaham itu sering tidak terlihat di meja kerjanya tiap kali aku datang mencari. Sangat sulit menemukan Ford, tapi setiap aku tanya pada anak-anak lain mereka bilang Ford tidak kemana-mana. Ford selalu ada di mejanya. Sepertinya Ford dendam padaku. Bagaimana ini Mark?"

"Kau memang perkara utama." Mark menyahut sekilas.

"Sumpah?!" Nanon memekik menjadi gusar.

Mark mengangguk merespon.

"Mark jangan bercanda." Nanon berkata.

Mark mengangkat kepala untuk membalas tatapan Nanon seraya bertanya, "Apa aku terlihat bercanda?"

"Tidak sih." Nanon menggeleng sambil menjawab. "Tapi apa separah itu? Aku kira Ford tidak akan mendendam. Ya Tuhan, aku sekarang harus bagaimana? Mark temani aku minta maaf padanya."

"Aku sarankan untuk membawa bahan makanan atau perlengkapan untuk adik bayi jika ingin menarik perhatian Ford. Dia pasti akan memafkanmu dengan cepat. Apalagi notabennya dia tertarik padamu. Katamu kalau orang bucin itu bisa jadi bodoh. Nah, Ford mungkin akan seperti itu."

"Hah? Kenapa jadi aku?"

"Kau yang selalu Ford sebut setiap aku bersama dengannya."

"Hah?"

"Sudah cepat temui Ford, jangan ganggu aku terus atau aku akan makin cemburu. Kau sudah melihat keadaanku kan? Apa aku terlihat baik-baik saja? Jawabannya tidak! Karena aku sedang patah hati! Kalau kau mau menolak Ford tolong jangan dengan kalimat yang tidak baik-baik. Dia itu jelmaan malaikat. Hidupnya sudah sangat berat, jangan beri dia beban lagi. Jangan hilangkan senyum manisnya.  Aku tidak akan mau berteman denganmu lagi kalau kau menyakiti dia."

"Loh."

🔹🔸🔹

Semenjak memiliki adik bayi, Ford tidak pernah kepikiran untuk pergi main-main saat malam menjelang. Karena yang ada di dalam pikirannya, adik bayi sudah menunggu untuk makan malam bersama dilanjut minum susu dengan dongen pengantar tidur. Ford mana sempat berpikir egois untuk menyenangkan diri sendiri.

Tapi malam ini sepertinya agak berbeda. Karena malam ini sang kepala divisi, secara khusus, mengundang dia untuk pergi menikmati makan malam di salah satu hotel pertengahan kota, memohon sangat padanya bahkan memintanya untuk membawa adik bayi ikut serta. Sehingga Ford tidak ada tenaga lagi untuk menolak, berakhir mengiyakan. Dan begitulah malam Ford dimulai dengan tangan sibuk melembutkan nasi dalam kuah sup di mangkok kecil, yang secara khusus dia minta pada pelayan, sebelum mulai meniup dan menyuapkan sedikit demi sedikit pada adik bayi yang tiba-tiba rewel tidak mau makan. Membuat Ford tidak enak.

"Ini enak, Papa sudah tiupkan. Tidak panas, AAAAAA..." Ford membujuk adik bayi yang akhirnya menurut menyambut suapan nasi lembutnya. Berhasil juga.

Nanon dari tempatnya tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut tersenyum. Dadanya menghangat. Seolah-olah dialah yang berada di posisi Ford. Begitu domestik. Pantas saja. Pantas saja Pakin sampai segitunya.

"Kak Nanon lebih baik mulai makan sekarang. Jangan menungguku. Aku akan makan setelah memberi makan adik bayi. Aku tidak akan lama, 15 menit cukup untuk menghabiskan makan malam." Ford memecah keheningan dengan memberitakan pada Nanon yang kemudian gelagapan.

"Oh, ya. Tapi aku ingin kau menikmati makan malammu juga. Aku tidak keberatan untuk menyuapi adik bayi." Nanon berkata berniat beringsut untuk mendekat pada Ford dan adik bayi namun tertahan oleh balasan Ford, 

"Kak Nanon jangan repot-repot lagi. Aku sudah sangat merepotkan sekali. Kakak makan dulu, kalau sudah selesai baru bermain dengan adik bayi."

Nanon menghela sembari mengangguk.

"Kenapa kalian lucu sekali." seseorang yang lain ikut buka suara. Menarim perhatian Ford dan Nanon akibat kikihan tak terduga yang lambat laun terdengar makin kencang.

Nanon yang duduk berhimpitan dengan orang itu lantas menepuk pahanya kencang, "Jangan menertawakan kita seperti itu. Menyebalkan sekali. Aku ini sedang berniat untuk mengembalikan hubungan indahku dengan Ford tahu." berkata dengan kedua mata masih setia melirik tajam pada laki-laki di sampingnya.

"Apa kalian sepasang kekasih?" Ford yang diam-diam memperhatikan dua orang di hadapannya bertanya. Seperti perasaannya perlu untuk mengonfirmasi.

Membuat Nanon dan laki-laki di sampingnya beralih. Menganggukkan kepala bersamaan. Nanon lantas mulai berkata, "Ford, aku tidak bermaksud jahat, tapi aku ingin kau tahu jika aku tidak single. Ada hati seseorang yang perlu aku jaga."

Ford yang mendengar ucapan Nanon menggigit bibir bawah nampak gusar. "Apa Pak Mark tahu?" bertanya setelah terdiam beberapa saat.

"Dia tahu." Nanon membalas. Sedikit tidak enak ketika mendapati Ford mulai berkaca-kaca.

Mampus!

"F—Ford, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu terluka. Aku tidak tahu kalau kau tertarik padaku. Aku bahkan baru tahu tadi pagi dari Mark. Aku—"

Ford entah kenapa ingin menangis.

Bersambung.

Cup! Cup! Adik Bayi - MarkFordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang