Mix masih setia menunggu Mark cerita lebih terbuka mengenai permasalahan hidupnya. Dia bahkan dengan sukarela menutup praktekan sejak beberapa jam yang lalu demi mendapatkan informasi terbaru mengenai sosok yang kini masuk di dalam hati sanubari seorang Mark Pakin.
Pokoknya pantang menyerah sebelum dapat.
"Jadi nama papa adik bayi tadi siapa?" Mix mencoba memancing ulang dengan menanyakan nama gebetan baru temannya itu.
"Ford. Ford Allan." Mark secepat kilat menjawab. Meletakkan buru-buru gelas tehnya, kemudian kembali menatap pada Mix untuk berkata, "Dia baru 23 tahun. Tinggal sendirian di rumah pemukiman yang ya begitulah, aku rasanya ingin menyewakan dia minimal studio apartemen dengan satu kamar tidur, ruang tamu, dapur, kamar mandi, dan balkon. Lalu dia bekerja sangat keras demi adik bayi. Dia bekerja dengan pikiran dan tenaga. Sangat mengesankan. Seluruh pekerjaannya masuk akal, jenius, tidak ada yang nice try. Sepertinya dia penyabet predikat lulusan terbaik dulu saat masa-masa sekolah. Benar-benar terorganisir, tepat waktu, rinci, tertata, sempurna. Dan kau tahu apa yang benar-benar membuatku tidak bisa berhenti memikirkannya? Dia adalah anak muda yang sangat bertanggung jawab dengan apa yang sudah dia lakukan. Lihat adik bayi! Otakku bahkan sempat beku saat mendengar dia tidak makan siang demi beli popok adik bayi. Gila, respect."
Mark tersenyum lebar. Terlihat begitu bangga setelah berhasil menceritakan hal-hal menarik dari Ford Allan, bawahan yang akhir-akhir ini selalu diam-diam dia traktir makan siang.
Mix yang memperhatikan hanya bisa menggelengkan kepala. Lelah dengan kebingungan tidak berdasar temannya. Anak sekolah dasar saja bisa mengambil kesimpulan dengan segera jika kasusnya hanya hal sepele seperti ini.
"Seperti kau sudah mencari tahu dia hingga ke akar-akarnya. Mengalahkan pengetahuan internalmu pada Nanon." Mix berkomentar. Memicing ke arah Mark yang terlihat tidak senang dengan opininya barusan.
"Aku hanya kecolongan sekali jangan membuatku terdengar tidak tertarik pada Nanon seperti itu." Mark protes seraya menepuk pelan lengan Mix yang merespon dengan jeritan kencang tidak terima.
"Tapi kau tidak terlihat sedang patah hati." Mix berkata. Beringsut untuk mengambil biskuit di atas meja sebelum melanjutkan, "Dua tahun yang lalu seingatku ada yang menangis meraung-raung karena ditinggal pacaran oleh sahabatnya inisial 'N'. Enam bulan kemudian oleh orang yang sama, dia menggentayangi klinikku selama sebulan penuh mengemis validasi jika sahabatnya yang berinisial 'N' itu bercanda kalau sedang menjalin hubungan dengan seseorang berdarah blasteran. Yang paling iconic, setahun yang lalu. Orang yang sama, dengan tingkah yang tidak bisa diprediksi. Mengurung diri di dalam villa sendirian dan membuat seluruh orang dan kerabat terdekat panik bukan main sampai menyewa menit iklan di saluran TV nasional hanya karena anak laki-laki pemegang tahta terkuat di dalam kantor hilang tanpa aba-aba dengan penyebab tidak jelas sehingga semua orang berspekulasi dia diculik dan disandra karena ada yang ingin memeras harta keluarga padahal ketika diusut, ternyata alasannya bukan makin, sangat klasik! Ya apalagi kalau bukan karena sahabatnya itu lagi-lagi menemukan tambatan hati."
Mark melongo di tempat.
"Kenapa diam saja? Tidak merasa?" Mix membuka suara. Sengaja bertanya sarkas untuk menarik perhatian Mark yang kini terlihat hilang dari dunia.
"Woi Pakin! Kau masih di dunia?" Mix bertanya seraya menggoyang tubuh Mark.
"Aku tidak pindah tempat." Mark menjawab kemudian mengganti posisi menyamping untuk lebih menghadap pada Mix. "Memang yang sekarang ini aku tidak kelihatan patah hati?"
Mix menggeleng.
Mark mendecak. "Aku ini serius patah hati! Aku bahkan berani sumpah, kepalaku rasanya seperti akan meledak seharian saat tahu berita Nanon punya pacar lagi. Mix, kalau kau mau, kau boleh belah dadaku. Lihat sendiri bagaimana jantungku bekerja, jadi lebih letih lesu tidak seperti sebelum-sebelumnya! Aku ini patah hati sungguhan." berujar seraya mengusap wajah kasar.
Mix mengernyit. Susah! Benar-benar susah!
"Oke, aku percaya kau patah hati karena Nanon. Nah, sekarang bagaimana kalau kita main tanya jawab sekilas." Mix berkata.
"Aku sedang tidak mood." Mark membalas.
"Kau mau merasa enakan atau tidak?" Mix meninggikan suara.
"Seperti ahli psikolog saja. Ingat kau ini dokter hewan." Mark mengejek.
"Katakan pada seseorang yang seumur hidupnya pasti mencariku setiap ada kemelut masalah hati dan pikiran." Mix menyindir blak-blakan hingga Mark mendecak tidak senang. Mix berhasil membalik posisi.
"Sekarang fokus." Mix memerintah. "Antara Nanon dan Ford, yang mana yang mendekati tipemu?"
"Aku tidak menentukan calonku lewat tipe."
"Jawab saja." Mix memaksa.
Mark mengurut dahinya pelan. "Kalau tipe yang dimaksud tipe ideal, secara general Ford lebih disukai orangtua."
Kan.
"Antara Nanon dan Ford, yang mana yang menurutmu akan menjadi seorang penyayang."
"Nanon dengan sahabatnya saja sayang, pasti dengan pacarnya mungkin akan lebih sayang. Tapi kalau mau bukti yang nyata, aku saksi melihat Ford menyayangi adik bayi tipikal family man. Seperti dia rela untuk bekerja demi memberikan kebahagiaan pada keluarga kecilnya. Bahkan usianya masih sangat muda. Dia sungguhan penyayang."
"Lalu antara Nanon dan Ford, mana yang akan kau sayang?"
"Nanon jelas akan aku sayang. Kenapa kau tanya pertanyaan tidak penting."
"Oke. Case closed. Kau sayang Nanon. Kau cinta Nanon. Kau hanya mau dengan Nanon. Sekarang berhenti memikirkan Ford dan anaknya. Mereka bisa hidup bahagia tanpamu. Jangan membelikan makan siang, jangan terlalu peduli. Jangan melakukan hal yang bisa membuat orang-orang berpikir kau sangat bias dalam memperlakukan karyawan kantor. Ford tidak butuh belas kasihanmu."
"Tahu darimana aku melakukan itu karena atas dasae mengasihani Ford?!"
"Dari tingkahmu lah! Memang kalau tidak mengasihani lalu apa? Pacar juga bukan. Suka juga tidak."
"Aku bosnya, tentu aku wajib juga bertanggung jawab."
"Yang wajib bertanggung jawab ya ayah dan ibu kandungnya. Hanya bos saja mana bisa."
"Aku ayah adik bayi."
"Melantur."
"Tanyakan pada Ford!"
"Yakin?" Mix menekan. Menaikkan alis sebelah kemudian memicing ke arah Mark yang terlihat setengah menganga tidak bisa menjawab.
"Mark?" Mix memanggil.
Mark menggeleng.
Terlihat menyerah.
Kepalanya dia tundukkan.
Oke.
Mix menyeringai.
Usahanya tidak kaleng-kaleng. Bukan main, dia mendapatkan kunci dari segala kunci kegundahan teman keras kepalanya ini.
"Aku tidak ada rasa padanya. Aku bersumpah."
Katakan pada kumpulan dosamu, Pakin.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cup! Cup! Adik Bayi - MarkFord
Short StoryApa salahnya jadi orang tua tunggal! ➖ Dimulai : 20230306 ➖ Berakhir : 20240212 Boy x Boy ©pipieeww_