EMPAT BELAS

972 124 15
                                    

Ford tidak kepikiran mengenai makan siang yang diberikan padanya atas nama Kak Nanon oleh Pak bosnya secara langsung adalah bentuk pendekatan diam-diam karena rasa tertarik. Karena Ford menganggap pemberian makan siang itu hasil dari dedikasi terbaiknya dalam mengerjakan tugas. Sebuah reward penyemangat untuk karyawan yang berdedikasi. Tapi bohong!

Ford kepikiran.

Diam-diam.

Apalagi setelah cheating day bersama Prom waktu itu. Ford meski teler masih saja memikirkan Pak bos dan tingkahnya. Apa memang kebetulan saja, atau ada betulan lainnya yang Ford tidak ingin sebut karena dia takut—

"Terbawa perasaan ya?" Mark bertanya setiba dia di meja kursi taman tempat Ford dan adik bayi istirahat siang. Tangannya dengan cepat mengeluarkan kotak makan siang dari restoran langganannya dan dia ulurkan ke hadapan Ford satu. Kemudian dia kembali merogoh paperbag untuk mencari sendok, garpu, dan sumpit di dalam sana.

Ford yang tadinya melamun dengan tangan memegang mangkok berisi bubur bayi seketika terkesiap. Mengerjap kaget karena agaknya ucapan Mark sedikit menyinggung batin. 

"Tidak, Pak. Saya tidak suka bapak. Saya tidak membawa perasaan saya untuk siapapun." Ford kemudian menjawab tanpa jeda. Membuat Mark mengerutkan dahi sebentar sebelum terkikik pelan dengan tangan sibuk menuangkan kuah saos ke atas daging miliknya.

"Ford jangan tegang begitu. Aku hanya bercanda. Kau terlihat seperti memikirkan sesuatu. Makanya aku bertanya seperti itu. Kepikiran ucapan yang lain tadi ya?" Mark bersuara. Tangannya kini beralih membuka kotak makan siang yang dia belikan untuk Ford. Menyendok nasi dan daging lantas menyodorkan ke depan bibir Ford. "Ping Pong." lanjutnya.

"Saya bisa sendiri Pak." Ford berujar gugup. Tidak terbiasa dengan pak bosnya yang seperti ini. Wajahnya tiba-tiba memanas.

"Aku ingin membantu papa muda yang sedang sibuk menyuapi bayinya ini. Tolong jangan tolak kebaikanku. Ayo buka mulut, aaaa...."

Ford mengalah.

"Nice." Mark bersuara. Tersenyum senang ketika suapannya diterima Ford. Dia kemudian beralih mengambil sendoknya untuk ikut makan sesuap. Mengunyah dengan khidmat sementara pandangan tetap fokus pada Ford yang setia menyuapi dan membersihkan sekitaran mulut adik bayi yang belepotan dengan mulut masih sibuk mengunyah. Keduanya begitu lucu, Mark gemas sendirian.

Lain hal dengan Mark, Ford tidak bisa menghilangkan bayang-bayang kebingungan di kepalanya. Mengingat beberapa karyawan kantor secara bergantian menegurnya keras. Dan yang beberapa hari terakhir semakin menjadi-jadi akibat rumor baru yang disimpulkan dari seluruh warga kantor. 

"Strategi pintar dengan menggoda bos besar melalui bayi yang terlalu suci. Menggunakan Nanon untuk menyangkal adalah hal paling klasik. Dasarnya memang sudah berbisa. Tidak! Bisa dilihat dari masa lalunya lewat anak yang hanya punya satu orangtua. Sudah jelas, dia dulu pasti nakal!"

Ford minta ampun lumayan geram. 

Tapi kalau dipikir-pikir tingkah Pak bosnya ini juga mengundang banyak pertanyaan. Sementara dia juga bukannya menolak dengan tegas tapi tetap menerima saja selama tiga minggu penuh belakangan ini. Sebenarnya apa yang dia lakukan dengan bos besarnya itu?

Cup! Cup! Adik Bayi - MarkFordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang