DUA DUA

780 134 9
                                    

Mungkin perasaan Nanon mengenai Ford yang terasa berbeda bukan hanya perasaannya saja. 

Karena Mark diam-diam juga merasa Ford tidak seperti Ford yang sebelumnya. Atau dirinya saja yang merasa-rasa. Awalnya Mark biasa saja. Tapi makin dilewati, harinya makin tidak biasa.

Karena semenjak hari dimana Mix datang ke kantor, Ford rasanya seperti hilang di telan dunia. Tidak ada di saat dia datang, tidak ada di saat dia curi-curi mengintip keluar, tidak ada juga di saat dia pulang kerja. Ford seperti hilang dari pandangan. 

Mark jujur agak frustasi. 

Sampai ketika di satu siang, saat dia menemukan laki-laki mungil berpakaian serba hitam jalan melintas dibuntuti teman  baiknya, Mark tidak ada pikiran lain selain balik masuk ke dalam lift demi meluncur turun ke lantai dasar dan menunggu di balik pintu tangga darurat. Bersandar seolah-olah tidak sedang menunggu seseorang padahal dalam hati sudah tidak sabar. 

Dan buah dari penantian singkatnya, 

Mark kini sibuk mengangkat-angkat adik bayi seolah menerbangkan tubuh si bocah yang tak berhenti terkikik kesenangan. "Satu, dua, tiga, terbang! Syunggg!" berujar sembari membawa tubuh adik bayi ikut berlari mengelilingi taman. Meninggalkan Ford yang kewalahan membuka kotak makan siang yang dibawa Pak bos untuk keduanya makan sementara tangan lain mencoba mencari benda untuk menjaga karpet yang terus-terusan tertiup angin . Ford di secara berkala melirik mengecek keadaan. Tersenyum sekilas ketika Mark sudah berjalan balik.

"Boleh minta bukakan botol minum?" Mark meminta di tengah langkahnya. Ford tanpa banyak bicara kemudian meraih botol air mineral, membuka segel, dan menyodorkan botol ke arah Mark sebelum tersadar dan kembali menutup botol.

"Biar saya yang gendong adik bayi, Pak. Maaf merepotkan." berkata dengan tangan mencoba mengambil alih adik bayi.

"Tidak tidak, kau akan kerepotan kalau memegang adik bayi. Biar aku dulu yang menjaganya ya. Kau habiskan makan siang." Mark menolak dengan memegang tubuh adik bayi lebih kuat. Membuat Ford melepas keinginannya barusan. "Sekarang bantu aku minum, bisa?" Mark sekali lagi meminta. Ford mengalah kembali membuka botol dan membantu Mark.

"Ford kau kepanasan? Wajahmu kelewat memerah. Sepertinya cuaca sedang buruk. Maaf mengajak kalian main di luar. Ayo kita pindah." Mark mengernyit, siap berpindah tempat.

"Hah? T—tidak perlu, Pak. Ini tidak terlalu panas. Mungkin bapak salah lihat." Ford buru-buru menyangkal. Menahan lengan Mark sehingga keduanya kembali terdiam, saling pandang.

Perut Mark seperti ada yang bergerak-gerak menggeliat.

"O—oke. Tidak pindah. M—mari makan siang." Mark memecah suasana dengan menarik keputusan kemudian melepas sepatu dan duduk di atas karpet yang sudah digelar sebelumnya. 

Keduanya berakhir duduk dengan Ford yang dipaksa untuk menghabiskan satu kotak makan siang berisi sandwich tuna. Sesekali tangannya menyuapi Mark dan adik bayi bergantian.

Mark tidak berniat menyembunyikan senyum kesenangan. Dalam sekejap dadanya seperti dimasuki udara segar. Dengan kepala yang terasa ringan. Dan tubuh yang meremang seperti melayang-layang. 

"Aku rindu makan siang dengan keluarga kecil ini." Mark selesai menelan makanannya berujar. Tidak menyangka Ford akan tersedak. Terbatuk-batuk. Mark dengan cekatan membantu memukul punggung Ford pelan, "Apa aku salah bicara?" bertanya.

Ford menggeleng sebagai jawaban. "Tidak, Pak. Bapak tidak salah apa-apa. Hanya saja, terlalu tiba-tiba dan mengagetkan." memberi penjelasan seraya mendeham membersihkan tenggorokannya sekali lagi. "Sangat memalukan." Ford mencicit memukul pelan dahinya. 

Mark yang mendengar cicitan Ford terkikik pelan, "Apanya yang memalukan? Ini minum dulu." berkata. 

Tidak melewatkan kesempatan, dengan lihai membukakan botol minum lantas memberikan pada Ford yang menerima tanpa banyak protes.

"Apa pergi bertiga denganku membuatmu merasa malu?" Mark kembali bertanya. 

Ford menggeleng menelan sisa air di mulut sebelum menjawab, "Tidak, Pak."

"Iya, kan?" Mark tersenyum. Menginisiasi untuk merapikan poni Ford yang tertiup angin. Membuat Ford sekali lagi memerah karena tindakan tiba-tiba sang atasan. "Jangan malu ketika bersamaku. Karena aku sangat senang saat pergi dengamu seperti ini. Rasanya seperti tidak ada beban." dia melanjutkan.

"Lagipula kalau dilihat-lihat bukankah kita sudah cukup serasi untuk jadi orangtua adik bayi? Oh, atau aku terlihat terlalu tua? Apa kau tidak suka dengan orang yang terlihat tua sepertiku? Tapi aku serius masih dua puluhan. Dua puluhan akhir. Apa kau suka yang seumuran? Maaf aku tidak berpikir sampai ke sana." Mark kembali berkata. Menatap ke arah Ford yang membeku di tempat. Diam-diam perasaannya jadi tidak nyaman.

Sedikit nyeri di dada kiri.

"Ford? Apa aku tidak masuk kriteria?"

"Tapi apa bapak tidak merasa aneh dengan saya yang bukan siapa-siapa? Maksud saya, bukankah lebih cocok jika bapak mengatakan itu pada Kak Nanon? Maksudku—tidak tidak. Maaf, Pak. Saya tidak bermaksud menyinggung perasaan bapak. Saya hanya ingin membantu bapak. Saya ingin bapak juga merasakan bahagia dengan orang yang bapak sayang. Saya sarankan bagaimana jika bapak terus terang pada Kak Nanon. Katakan jika bapak suka pada Kak Nanon. Maafkan saya yang lancang."

Keduanya terdiam saling tatap.


Bersambung.

Rasanya kek kangen banget sama MARKFORD kenapa ya?

Cup! Cup! Adik Bayi - MarkFordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang