TIGA

1.4K 212 4
                                    

"Aku harus mencari ke mana lagi?" Ford mengeluh. Berjongkok di bawah pohon setengah gundul. Diam-diam dia menangis.

Polisi mengatakan sedang menindaklanjuti pencarian bayi hilang. Tapi sudah tujuh hari lamanya dia ditinggal—eh! Meninggalkan adik bayi! Sudah tujuh hari lamanya! Tapi adik bayi tidak kunjung ditemukan.

Adik bayi hilang karena dirinya. Ford rasanya mau mati saja!

Mengejar pencuri adalah kebodohan yang paling disesali oleh seorang Ford Allan sekarang. Karena pencuri itu membuat pikirannya semrawut. Tidak sekalipun dia membenarkan kejadian hari itu. Dia kehilangan adik bayi karena ulah diri sendiri. Padahal adik bayi adalah tumpuan hidup satu-satunya setelah badai pertengkaran dengan orang tua dan kakaknya. Ford sudah tidak punya apa-apa lagi. Lalu kenapa dia dengan mudah menyerahkan adik bayi pada orang asing?

Ford benar-benar sudah keterlaluan tidak ada obat!

"Padahal hanya tas tidak berguna. Tapi adik bayi justru diserahkan pada orang lain. Ford Allan bodoh!" Ford berucap gusar kemudian mengacak rambut kasar. Mendudukkan diri ke atas tanah setengah lembab. Tepat saat itu, handphonennya bergetar. Membuatnya buru-buru merogoh saku celana. Menekan tombol terima, Ford memulai percakapan, "Halo?"

"Ford, bisakah kau datang ke kantor hari ini? aku tahu kau sedang mengambil jatah cutimu tapi ini benar-benar urgent dan aku tidak bisa percaya pada anggota lainnya selain dirimu. Kau tidak perlu bawa apa-apa. Cukup datang ke kantor sekarang juga, oke?"

Ford menangis makin keras.

🔹🔸🔹

Ford adalah bawahan yang tidak akan melawan permintaan atasan meskipun dirinya sedang dalam posisi tidak baik-baik saja.

Bermodal tampang sembab, kaos belel dan celana training serta sandal rumahan, Ford dengan tatapan masa bodoh memasuki gedung kantor. Menulikan pendengaran kemudian menyambangi meja satpam untuk minta diizinkan masuk ke dalam kantor karena dirinya hari ini tidak membawa kartu pengenal. Beruntung, satpam hari ini mengenali wajah Ford, sehingga setelah Ford meminta persetujuan, pak satpam sungguhan langsung menggiring Ford masuk ke kantor. Menemani Ford di dalam lift hingga pintu lift benar-benar terbuka.

"Terima kasih, pak." Ford berterima kasih. Tersenyum sekilas dengan tangan melambai lemah sebelum pintu lift kembali tertutup. Ford kemudian berjalan menuju meja kerjanya. Berniat menyemprotkan sedikit pengharum sebelum menemui Nanon, manajer yang tadi menelepon.

"Ford! Tuhan! Akhirnya ahli bayi datang juga!" Nanon yang baru saja keluar dari dalam ruangannya memekik kesetanan. Dia kemudian berjalan cepat mendekati Ford yang terlihat tidak peduli dengan kedatangannya dan masih menyemprotkan pengharum pada baju yang dia kenakan. Nanon lalu menarik lengan Ford yang segera mengaduh karena tidak siap ditarik.

"Kak, pelan-pelan." Ford berkata.

"Ford ini sangat urgent. Lebarkan langkahmu." Nanon berkomentar. Masih dengan tangan setia menarik lengan Ford. Berjalan untuk masuk ke dalam ruangannya.

"Nah, ini masalahku yang sebenarnya." Nanon berkata sesampainya di dalam ruangan. Sementara Ford yang berada di samping Nanon menjadi terdiam. Terpaku beberapa detik memperhatikan masalah yang dimaksud Nanon.

"Adik bayi..." Ford menggumam seraya melangkah mendekat.

"Bayi bos kita. Bisa gila aku gara-gara bayi kebanyakan tingkah ini. Dengar tangisannya? Tidak selesai-selesai. Padahal sudah aku keluarkan semua mainannya. Popoknya juga bersih!" Nanon berkomentar. Berkacak pinggang memperhatikan Ford yang kini menjerit heboh. Sedikit terkejut akan reaksi Ford yang dirasa berlebihan.

"Tolong awasi dia sampai ayahnya balik dari rapat. Kau boleh pakai ruanganku tapi pinjami aku meja kerjamu. Oke, deal! Selamat bermain dengan bayi banyak tingkah." Nanon berujar. Dia kemudian melangkah mendekati meja kerjanya untuk mengambil ipad serta berkas-berkas yang dibutuhkan.

"Adik bayi kau di sini? Maafkan papa, ya Adik bayi. Papa bersalah sudah meninggalkanmu dengan orang asing. Papa yang salah." Ford berkata. Meraih adik bayi untuk digendong. Dia kemudian mulai mengayun-ayunkan tubuh ke kanan dan kiri sembari bernyanyi.

Nanon berhenti untuk menonton Ford yang terlihat seperti bapak rumah tangga yang baru saja kembali dari membersihkan taman lalu harus mengurus anaknya yang tidak berhenti menangis karena mengompol di celana. Nanon menggelengkan kepala menatap takjub, "Memang aura orang yang sudah punya anak itu berbeda." dia berkomentar. Kemudian berjalan mendekati Ford yang sudah berhasil menenangkan adik bayi.

"Apa bayinya sudah tidak rewel?" Nanon berbisik.

Ford mengangguk kuat. Nanon menghela lega.

"Bagus." Nanon berujar. Mengacungkan jempol kemudian kembali berjalan untuk keluar dari ruang kerjanya.

"Kak Nanon terima kasih sudah memungut dan menjaga adik bayi!" Ford memekik. Membuat Nanon berbalik. Dia mengerutkan dahi kebingungan dengan maksud Ford barusan.

"Memungut adik bayi?" Nanon bertanya.

Siapa yang memungut adik bayi?

"Aku tidak memungut bayi orang. Mana mungkin aku memungut bayi orang. Tunggu! Aku memungut bayi? Yang ada bayinya justru frustasi dan minta dikembalikan ke dalam kotak—"

Nanon tidak melanjutkan kata-katanya. Pikirannya tiba-tiba dipenuhi satu pemikiran yang sedikit sulit untuk dipercaya. Dengan adik bayi yang tiba-tiba muncul dibawa oleh sahabatnya. Kemudian Ford yang mengambil cuti dengan alasan adik bayi.

Apa mungkin?

"Bayi ini anakmu??? Sebentar-sebentar. Jadi yang selama ini kau ucapkan tentang kau punya anak itu—bayi ini?? Maksudku, ini anakmu?! Sungguhan anakmu?!" Nanon bertanya. setengah menjerit, dia kembali berjalan mendekati Ford yang mengangguk menjawab pertanyaan.

Brak!

"Nanon, dimana adik bayi?"

"MARK PAKIN KEPARAT KAU SIALAN KE MARI CEPAT!!"

Hah?

Bersambung.

Cup! Cup! Adik Bayi - MarkFordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang