"Jadi, bagaimana menurutmu?" Tanya Zabuza menatap pria didepannya yang tengah menyesap kopi hitam miliknya.
"Kita harus bergerak lebih dulu, jika tidak, maka kita akan tamat," sambung Zabuza.
"Kau benar," ucapnya seraya meletakkan cangkir kopi miliknya diatas meja kerjanya.
"Kita tidak bisa terus berada disini," sambungnya lagi.
"Lalu, apa rencanamu?" Tanya Zabuza.
"Pagi ini kita akan berangkat ke Tsukigakure, aku sudah memesan tiket untuk kita berdua, namun sebelum itu, aku ingin kau menyingkirkan semua tikus yang pernah dibawa Tatsuya kemari,"
"Semuanya?"
"Ya, semuanya, dan pastikan tidak ada yang tersisa, jika kau melepaskan satu saja, maka kau akan menerima akibatnya," ucapnya yang membuat Zabuza terkekeh.
"Dan kau tahu harus membuang mereka kemana, bukan?" Tanyanya.
"Ya, aku sudah tahu, tapi sebenarnya ini terlalu tragis, maksudku, kau meminta mereka menggali sebuah lubang besar yang tanpa mereka sadari, jika lubang itu adalah untuk pemakaman mereka sendiri," jawab Zabuza menggelengkan kepalanya.
"Kau benar-benar bajingan, kau tahu itu?" Ucap Zabuza lagi yang membuat pria didepannya terkekeh.
"Aku sudah mengatakannya, bukan? Mereka hanya pion bagiku,"
"Ya, aku tahu itu, lalu bagaimana dengan Tatsuya? Kau tidak akan membawanya?" Tanya Zabuza yang membuat pria itu menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi.
"Ah, ya, dia," ucapnya menganggukkan kepala.
"Aku akui sebenarnya dia cukup banyak membantuku, tapi, aku tidak lagi membutuhkannya," ucapnya lagi.
"Begitu, jadi aku harus menyingkirkannya juga?"
"Ya, sudah aku katakan, bukan? Jangan sampai ada yang tersisa," ucapnya yang membuat Zabuza meyeringai.
"Dan, semuanya harus selesai sebelum matahari terbit," ucapnya lagi.
"Aku mengerti," ucap Zabuza.
...
"Aku tidak tahu jika disini ada ramen yang rasanya sangat luar biasa, bahkan hampir sama seperti yang dijual oleh Paman Teuchi," ucap Lee yang terus berjalan dengan menepuk-nepuk perutnya yang terasa kenyang.
"Aku berani bertaruh, jika Naruto tahu, maka dia akan lebih memilih tinggal disana daripada bersama kita," ucap Kiba yang membuat Lee tertawa, sedangkan Obito hanya menggelengkan kepalanya tersenyum.
Setelah mendapatkan apa yang mereka cari di perpustakaan. Obito mengajak kedua temannya untuk mengisi perut di sebuah kedai ramen yang memang berada tidak jauh dari perpustakaan. Setelah selesai dengan urusan perut, mereka memutuskan untuk pulang menuju rumah tinggal sementara.
Suasana malam ini terlihat sangat bagus, dengan bintang yang bertaburan di langit, juga sinar rembulan yang menemani langkah kaki mereka, dan tidak lupa dengan suara-suara hewan malam yang sedari tadi sudah saling bersautan. Benar-benar malam yang indah.
Namun entah kenapa, orang-orang sepertinya menghindari keluar dimalam yang indah ini. Terbukti, dari mulai Obito, Lee, dan Kiba keluar dari tempat mereka makan, belum ada satu orang pun yang mereka temui. Jalan yang mereka lalui benar-benar sepi, bahkan kendaraan pun tidak ada yang melintas.
Obito melihat jam tangan hitamnya yang saat itu masih menunjukkan pada angka delapan. Dan menurutnya, itu masih terlalu dini untuk orang-orang tidur, bukan?
Hal yang menurutnya masuk akal adalah, mungkin karena cuaca diluar saat ini terasa sangat dingin. Jadi orang-orang lebih memilih untuk berdiam diri di rumah dengan pemanas ruangan mereka yang menyala, daripada harus pergi keluar dan bertemu dengan hawa dingin yang terasa menusuk hingga ke tulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Can Hear Your Steps 2
HorrorPenyelidikan kembali berlanjut dengan nuansa horror yang lebih kental, juga romansa yang cukup membuat kalin senyum-senyum. Lets go....