03.

138 5 0
                                    

════════════════

"When there is a smoke, there must be a fire behind it. When there is a flesh, there must be a bone within them. When there is an act of despise upon to you, there must be a hatred inside their heart."

════════════════


OCEH dan kelakar disemburkan oleh lisan sang pengajar di atas podium sana. Tangan kanannya memegang kapur dan diketuk-ketukkan kepada papan untuk menunjukkan satu rumus krusial dalam perhitungan perancangan alat industri kimia. Inilah kelas terakhir di penghujung semester ganjil sebelum minggu depan libur musim panas menghampiri.

Suara derik kapur terhadap papan sedikit mengusik pendengaran tatkala sang pengajar menuliskan rumus lain. Si asisten dosen terlihat suntuk setengah mampus dan duduk di bangkunya di samping podium. Begitu pula dengan para mahasiswa di ruang auditorium ini. Mereka tak sampai hati mendengarkan setiap kata yang diucapkan sang pengajar.

Sambil kacamata sang pengajar merosot turun, begitu pula dengan arah tulisannya yang kian menurun ke sudut ujung kanan papan. Membuat para mahasiswa yang duduk di deretan atas auditorium melongok ke bawah untuk melihat tulisan macam apa di papan sana.

Tetapi tidak dengan Joe. Betapa beruntungnya si insan ini, dia duduk tepat di deret ketiga dari bawah. Jarak pandang yang pas, tak terhalang podium ataupun terlalu jauh dengan papan.

Joe senang mencatat, meskipun dia tak seberapa paham tentang apa arti catatannya. Si insan hanya terus mencatat ocehan sang pengajar dan apapun yang pria paruh baya itu tulis di papan kapur sana. Sedikit berbangga diri, Joe sering membandingkan buku catatannya dengan catatan teman-teman sekelasnya; di antara mereka, catatan Joelah yang paling tebal.

Berbanding terbalik dengan Jeffrain, pria itu selalu tidur di kelas. Saat ini sang ia tertidur pulas di samping Joe dan menjadikan paha si insan menjadi bantal seadanya. Kendatipun demikian, entah bagaimana Jeffrain selalu lolos dari kecurigaan para dosen. Atau mungkin saja di luar kelas Jeffrain ditegur para dosen tanpa sepengetahuan Joe. Bisa saja 'kan?

Dan lebih hebatnya lagi, nilai Jeffrain tak pernah turun dari peringkat 10 besar di angkatannya. Padahal keseharian Jeffrain hampir sama dengan Joe. Kapan pria itu belajar? Dan hal ini kadang membuat Joe iri dengan kejeniusan Jeffrain. Lantaran sang ia tidak perlu terlalu giat belajar untuk mengejar nilai A plus. Mungkin juga, itu menjadi alasan kenapa para dosen membiarkannya.

Sesuai dengan rumor yang beredar, Institut Teknologi O'Craths ini terkenal dengan lulusan-lulusannya yang kredibel di berbagai bidang dan juga para pejabatnya yang korup. Jadi, para pengajar korup itu tak perlu benar-benar melakukan tugasnya sebagaimana pengajar 'kan? Apalagi untuk sekadar menegur seorang mahasiswa yang selalu tidur di kelas.

Embusan udara dari pendingin ruangan cukup membuat siapapun yang suka didongengi tertidur. Betul, siapapun tahu bapak-bapak paruh baya di podium sana adalah pendongeng andal. Hanya saja, Joe bukan tipe manusia seperti Jeffrain yang gampang tertidur di mana saja dan kapan saja.

Namun, di tengah koar-koar ocehan sang dosen, Joe merasakan tangan Jeffrain mengusap-usap betisnya. Lalu tangan itu bergerak lagi menuju area pangkal paha Joe. Sontak tangan kirinya menjambak ringan surai coklat kemerahan sang ia. Lantas pria itu mengaduh pelan dan terkekeh lirih.

Keusilan semacam ini berbahaya. Bila tak cepat ditegur, Jeffrain akan melakukan hal-hal kelewat batas.

Sedikit memalukan untuk diceritakan; tetapi pernah ada kejadian saat Jeffrain mengambil satu kelas mata kuliah umum yang sama dengan Joe di semester lalu.

𝐂𝐀𝐆𝐄   ||   𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang