════════════════
“It's annoying to hate someone you used to love. They taught you how to love, not how to hate. Either you can't hate them as much as you want, or you can't love them the way it used to be.”
════════════════
SEPANJANG perjalanan Joe hanya bisa mengumpat dalam hati. Lewat kaca jendela si insan mengamati pemandangan luar yang melintas sekelebat datang dan pergi, kendaraan berlalu-lalang, lampu-lampu jalan yang mulai dinyalakan, dan ditemani kebisingan mesin menderu redam dari dalam bus ini.Sore hari yang sibuk seperti biasanya. Ketika waktu menunjukkan jam pulang kerja, pada tiap halte bus ini berhenti, tiada surut gelombang para penumpang yang menaikinya. Mungkin sekelompok turun, tetapi bus ini tetap penuh desakan. Maka si insan mengeratkan pegangan pada handel kursi penumpang.
Jelimet pikirannya karena terus terbayang pesan singkat yang dikirim Jeffrain lima belas menit lalu. Kalimat 'Tolong aku' begitu meresahkan. Bila melihat kejadian yang sudah-sudah sepanjang hidup Joe bersama Jeffrain, kemungkinan besar pria itu usai membuat masalah dan meminta Joe menjadi tamengnya.
Karena diburu waktu yang ketat, pesan singkat sang ia berindikasi gawat, Joe menyegerakan diri untuk pergi menemui Jeffrain keparat.
Di sinilah Joe rela berdesak-desakan dengan hilir mudik para penumpang bus. Masa bodoh dengan teka-teki yang diberikan pria itu, "… halte bis kota terdekat dengan Zeroes …," katanya di telepon. Tinggal turun saja di halte pertama setiba bus ini sampai di distrik Thier. Jalan ke halte lainnya bukanlah masalah, Joe sengaja melama-lamakan. Lagipula Jeffrain bukan perkara yang darurat.
Entahlah, pasti sang ia saat ini sedang sangat emosional atau frustrasi hebat hingga meminta pertolongan Joe. Ini adalah kebiasaan buruk pria itu, jadi si insan sudah amat hafal. Yah, ini sama buruknya dengan penyakit gila Joe yang kambuh waktu dini hari. Walaupun jujur adalah tabu, tapi kalau si insan boleh jujur, dia sangat muak dengan semua ini.
Si insan membenci hidupnya, semua orang berusaha menjatuhkannya, tempat mengadu satu-satunya hanya bisa mencaci-maki; tidak ada satupun bunga mekar di tanahnya dan langit selalu menurunkan badai petir. Sang ia menginginkan semua hal menjadi sempurna, selalu memperlakukannya bagai budak pemuas nafsu dengan embel-embel 'Inilah kasih sayang', pria itu selalu menentang segala curahan hatinya; membuat langit di atasnya terus hujan dan membuat tanah yang dipijaknya menjadi gambut dan gersang.
Dengan atau tanpa Jeffrain, hidup Joe sudah hancur. Karena tidak ada lagi tujuan hidup selain dari bertahan hidup. Namun, entah bagaimana pria itu seperti mendukung keinginan Joe yang terpendam untuk balas dendam. Walau lisan sang ia berkata tidak, jangan, berhenti; itu terdengar sebaliknya bagi Joe.
Otak Joe selalu menerjemahkan larangan Jeffrain sebagai perintah. Mengundang masalah baru, padahal masalah yang sudah-sudah terus bertumpuk bagai pilar.
Dia sendiri tahu, bahwa menyingkirkan Jeffrain dari hidupnya adalah satu langkah mendekati hidup normal. Melupakan semua kebencian, menerima takdir, dan hidup dalam kedamaian. Tapi, nanti siapa yang akan menyelamatkan Joe, ketika mimpi buruk menghampiri dan kesintingan merasukinya? Lalu, siapa yang akan menolong Jeffrain, bila pria itu membuat masalah dan siapa yang menemaninya dalam keputusasaan?
Ketergantungan dan rasa tanggung jawab sudah mendarah daging. Entah bila ini adalah tipu muslihat Jeffrain atau memang keinginan pribadi Joe; walaupun hubungan ini memuakkan dan kadang menyakitkan, si insan sudah nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐀𝐆𝐄 || 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧
FanfictionA Jung Jaehyun's Original Fiction | On Going "𝐼'𝑙𝑙 𝑔𝑜 𝑎𝑛𝑦𝑤ℎ𝑒𝑟𝑒 𝑤𝑖𝑡ℎ 𝑦𝑜𝑢 ... ." "𝐴𝑛𝑦𝑤ℎ𝑒𝑟𝑒, 𝑏𝑢𝑡 ℎ𝑜𝑚𝑒 ." Joe, 21, 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣 memiliki lika-liku kehidupan yang rumit dan merepotkan sejak menjadi mahasis...