════════════════
“Sometimes, knowing everything is not the best thing. You better getting fooled but live happily, rather than omniscience but live in misery.”
════════════════
SALING menghargai keberadaan satu sama lain, saling berbagi kehangatan satu sama lain, dan juga saling bermain-main dengan yang namanya cinta. Padahal bukan dari ketiga hal itu. Mereka sama sekali jauh dari berharga, hangat, dan penuh cinta.Si insan kini terengah-engah seusai hasrat birahinya dipuaskan. Dia hampir mengeluarkan suara desah, kalau saja sang ia tak meliriknya sebentar; sebelum pria itu membenamkan wajahnya kembali di antara kedua paha Joe untuk menggilai relung hangat di sana.
Cukup mudah diartikan apa maksud lirikan sang ia, jangan bersuara.
Sungguhnya Joe ingin memejamkan kedua manik mata, tetapi pemandangan di bawahnya ini terlalu indah untuk dilewatkan.
Melihat urat-urat di punggung tangan, dan itu menjalar ke lengan sang ia. Tangan kiri sang ia mencengkeram lutut kiri Joe; sementara, tangan kanan pria itu menyingkap rok selututnya agar sang ia dapat terus menggilai relung hangat.
Sedetik tadi Joe terpana melihat penampakan kedua netra dengan bulu matanya yang panjang, maka pada detik berikutnya Joe merasa gemas dengan surai coklat kemerahan empunya sang ia di bawahnya ini.
Kalung yang melingkari leher tegas sang ia, bandulnya diputar ke belakang, nama Joe tertulis rapi di bandul itu. Sebagaimana Joe juga mempunyai kalung yang serupa, nama sang ia terpatri pada bandulnya. Bagian kerah kaus putih pria itu entah akan melar atau hampir robek, karena Joe terlalu banyak meremas dan menariknya dari tadi.
Kurungan tirai biru ini bagai menciptakan ruang privasi pada seonggok kasur dengan dipan berdecit. Untungnya Jeffrain dengan sigap menyibak semua tirai, agar aksi mereka dapat dilakukan secara tertutup. Dan untungnya lagi, tirai yang menyekat tiap-tiap kasur di ruang kesehatan ini cukup tebal. Maka siluet keduanya takkan terbias keluar sekalipun diterangi cahaya senja lewat jendela besar di kanan mereka, kecuali bila ada kilat cahaya petir yang menyambar.
Dari posisi duduk Joe di tepian kasur, membuat si insan merasa bak ratu. Si insan telah puas memandangi keindahan sang ia, Joe akhirnya memejamkan kedua manik mata.
Kemudian, lisan sang ia berpindah naik ke area perut si insan, sambil tangan pria itu memegangi pinggul Joe. Satu-dua sengat kecup dilabuhkan di sana. Usainya, wajah sang ia pun mendongak, harap-harap cemas mainan kesayangannya itu merasakan kepuasan atau tidak.
Maka jawaban yang diinginkan Jeffrain, yaitu si insan terlihat puas.
Pipi si insan merona merah berkat aliran darah yang berdesir cepat ke seluruh tubuh, pula degup jantung yang tak kira-kira kencangnya. Jeffrain menyaksikan semua itu pada si insan. Namun, mau bagaimanapun Jeffrain mengerahkan segala cara untuk memberi si insan kebahagiaan; Joe tak pernah secara gamblang berkata, bahwa dia menyukainya atau tidak.
Seketika pandangan mereka bersirobok, sungguh keduanya tak saling tahu isi hati masing-masing. Karena jujur satu sama lain adalah hal tabu bagi mereka.
Sementara si insan bergelut dengan pikirannya sendiri sembari menatap kedua netra coklat empunya Jeffrain. Sebenernya apa yang disembunyikan di balik mata itu?
Kenapa Joe selalu diberi kebahagiaan sebegini besar?
Apa yang sudah Joe perbuat untuk mendapatkan kebahagiaan sebanyak ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐀𝐆𝐄 || 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧
FanfictionA Jung Jaehyun's Original Fiction | On Going "𝐼'𝑙𝑙 𝑔𝑜 𝑎𝑛𝑦𝑤ℎ𝑒𝑟𝑒 𝑤𝑖𝑡ℎ 𝑦𝑜𝑢 ... ." "𝐴𝑛𝑦𝑤ℎ𝑒𝑟𝑒, 𝑏𝑢𝑡 ℎ𝑜𝑚𝑒 ." Joe, 21, 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣 memiliki lika-liku kehidupan yang rumit dan merepotkan sejak menjadi mahasis...