════════════════
"Don't get used to hurt others, in the name of self-defense. They can't read your mind nor know where's your wound placed. Even if you're wounded for real, don't hurt people who're not involved in causing the wound."
════════════════
PONSEL Jellypop berwarna biru terus dimainkan oleh seorang gadis yang duduk di dekat jendela. Hanya ada permainan Sudoku di ponselnya, sedangkan gadis itu tidak tahu sama sekali cara memainkannya. Jadi ia sembarang memasukkan angka dan kalah berkali-kali.Di mana Jeffrain duduk berseberangan dengan gadis itu, Louis, nama yang diperkenalkan oleh sang gadis setelah ia membantu Jeffrain kemarin sore. Dari tadi malam sampai detik ini, Louis tak membiarkan sang ia sendirian.
Gadis itu tak banyak bicara, malah sibuk memainkan ponsel lipatnya, tetapi manik mata bulat empunya Louis mengawasi Jeffrain terang-terangan. Setiap Jeffrain bertanya 'ada apa', gadis itu hanya menggeleng. Louis seperti tersadar kalau ia telah menatap terlalu lama, lalu kembali memandang layar ponsel.
Sang ia menerka, apakah Louis mengkhawatirkannya? Namun, mereka 'kan baru pertama kali bertemu dan juga apa yang perlu dikhawatirkan? Lagipula, sang ia juga sudah merasa baikan, Jeffrain bukan anak kecil yang tak bisa luput dari pengawasan.
"Kau bisa pergi," usir Jeffrain tanpa basa-basi.
Bibir mungil gadis itu langsung manyun, ia menutup ponsel lipatnya, kemudian berdiri dan berjalan menghampiri Jeffrain.
"Kakak lupa ya, Kakak 'kan yang mengungsi di kamarku, masa Kakak malah mau mengusirku dari kamarku sendiri sih?" keluh Louis sambil berkacak pinggang.
Jeffrain menggaruk tengkuk, karena apa yang dikatakan gadis itu ada benarnya. "Ya sudah, aku saja yang pergi," ralat Jeffrain. Sang ia buru-buru turun dari kasur dan menyibak selimut berwarna merah jambu.
"Eits-Kakak mau kemana?" Tetapi Louis tak kalah cepat mencegat pergerakan sang ia. Baginya saat ini, Jeffrain merupakan seorang pasien.
"Aku harus pergi menemui Jordie, dia pasti mencariku," balas Jeffrain. Kemarin sekali, sang ia membuat masalah dengan Joe, jadi kalau Jeffrain tak segera meminta maaf, maka akan semakin susah meluluhkan hati si insan.
Louis terdiam mendapati jawaban Jeffrain, ia memicingkan mata seraya mendekatkan wajahnya ke arah Jeffrain. Manik matanya menelusuri kedua netra kecoklatan Jeffrain, mencari-cari ihwal penting yang sepertinya tidak diketahui oleh sang ia.
"Apa yang akan Kakak lakukan dengannya?" tanya Louis dengan nada penuh curiga.
Jeffrain jadi salah tingkah dan enggan untuk langsung menjawab pertanyaan Louis. "Yah, itu bukan urusanmu," tampik sang ia.
"Tentu saja jadi urusanku, 'kan bahaya kalau Kakak jadi seperti kemarin lagi, memangnya apa yang Kakak lakukan sampai jadi seperti itu?" Louis malah mengomel sambil menunjuk-nunjuk ke arah muka Jeffrain.
Sang ia menyingkirkan tangan Louis dari hadapannya, lalu berdiri serta berjalan ke arah pintu. "Pokoknya aku akan lebih berhati-hati, Jordie memang agak emosional, tapi mudah kok untuk menyenangkan hatinya," jelas pria bersurai coklat kemerahan itu.
"Tapi Kak, anu itu." Louis tetap tidak terima, ia membalikkan badan dan mengejar Jeffrain ke arah pintu. "Apa sebenarnya Kakak tahu apa yang Kakak alami kemarin? Aku tidak bohong kalau bilang itu bahaya. Lebih baik Kakak di sini saja sampai besok pagi," bujuk Louis. Sang gadis, yang bersurai cepol bakpao di kanan-kiri sisi kepalanya, bersikeras menahan Jeffrain berjalan selangkah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐀𝐆𝐄 || 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧
FanfictionA Jung Jaehyun's Original Fiction | On Going "𝐼'𝑙𝑙 𝑔𝑜 𝑎𝑛𝑦𝑤ℎ𝑒𝑟𝑒 𝑤𝑖𝑡ℎ 𝑦𝑜𝑢 ... ." "𝐴𝑛𝑦𝑤ℎ𝑒𝑟𝑒, 𝑏𝑢𝑡 ℎ𝑜𝑚𝑒 ." Joe, 21, 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣 memiliki lika-liku kehidupan yang rumit dan merepotkan sejak menjadi mahasis...