16. ⚠️

117 1 0
                                    

════════════════

“The only way to stop the obsession is to wreck the source of the obsession itself or just embrace the obsession.

════════════════


HADIAH paling masuk akal untuk kesabaran adalah hasil akhir yang memuaskan. Tetapi, bila penantian berujung sial, hati mana yang akan kebal. Ketika kedua netra Jeffrain terbuka, di saat itulah perang akan dimulai.

Jeffrain mendapati si insan duduk tepat di hadapannya dengan kaki disilangkan dan dagunya yang dipangku tangan. Joe terlihat mendengkus lega seperti amat menantikan sang ia membuka mata. Sedangkan, setelah mengerjapkan mata beberapa kali, Jeffrain baru sadar bahwa dirinya masih berada pada posisi dan tempat yang sama seperti saat sebelum ia tak sadarkan diri tadi—duduk terikat di kursi. Yang berbeda hanyalah keberadaan Johan yang nihil di kamar motel ini.

Seketika kelima panca indra Jeffrain bangun sepenuhnya, semua rasa sakit, yang menjangkiti tubuhnya, kini kembali menyerbu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Jeffrain meringis kesakitan begitu teringat pada luka di belakang kepalanya.

"Kenapa? Sakit ya?" Lisan Joe berujar demikian bagaikan itu adalah hal biasa, padahal dialah penyebabnya.

Sang ia mengernyitkan dahi. "Jordie, apa maksud semua ini?" Jeffrain pikir kegilaan macam apa lagi yang harus dilaluinya. Setelah wanita itu tiba-tiba memukulnya hingga ia pingsan, pria bersurai coklat kemerahan ini yakin kalau Joe mampu melakukan lebih dari itu. Dan jika sudah seperti ini, tidak akan ada jalan pintas agar rencananya dapat tuntas.

Joe tertawa kecut menanggapi pertanyaan sang ia. "Harusnya aku yang tanya Kak Jeff, kenapa kau bisa berhutang sampai 200.000 Yloque?"

Jeffrain memejamkan mata sejenak sambil mengumpat dalam hati. Johan brengsek. Seharusnya rekannya itu tak perlu menyebutkan utangnya seperti itu dan dari cara Johan membahasakannya sangat mungkin bagi Joe untuk salah paham.

"Ayo jawab, kau main judi? Atau untuk uang pangkal semester? Uang sebanyak itu kau buat untuk apa?" cecar si insan sambil mengganti posisi tangannya menjadi bersilang di dada.

Jeffrain mengalihkan pandang kepada kain seprai kasur yang kusut dan tersingkap di ujung kanannya. Sejumlah uang yang disebutkan Johan, yakni bohong belaka. Karena utang yang dimiliki Jeffrain terhadap Johan merupakan utang budi dan sulit diukur secara material. Dan yang pasti utang itu sudah dilunasinya dengan cara Johan meniduri Joe. Sekarang, Jeffrain hanya perlu satu alasan masuk akal untuk menjawab tuduhan Joe.

"Kenapa diam Kak Jeff? Kau senang 'kan melihatku tadi? Aku tahu kau pasti berharap aku meminta tolong padamu 'kan? Semua itu terbaca di wajahmu." Anehnya suara Joe tak menunjukkan segelintir pun amarah. Nada bicaranya amat tenang. Sekalipun tidak pernah, Joe tak pernah beradu argumen dengan nada rendah.

"Tentu saja aku tidak suka, aku benci melihatmu disentuh pria lain selain aku. Tapi, kau lihat sendiri bagaimana dia menghajarku tadi, lalu kau sendiri yang membuatku terikat begini …," Jeffrain melihati isolasi hitam yang meliliti pergelangan tangan dan kakinya, lalu kedua netra coklat itu kembali memandang Joe, ia melanjutkan, "Jordie … bukannya aku yang harus protes? Maksudmu apa tadi menyuruh Johan—"

Jeffrain mengulum bibirnya rapat-rapat. Kalimat terakhirnya itu sengaja tak ia dilanjutkan, lantaran pria ini tak sampai hati mengatakan hal di luar nalarnya.

𝐂𝐀𝐆𝐄   ||   𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang