════════════════
"Trick your head when hearing something horrible to be pleasant, feeling something hurtful to be remedy, seeing something awful to be beautiful, you should fake it until you make it for a champion."
════════════════
HILANGNYA keteguhan hati untuk mempercayai sang ia, yakni bukti bahwa sampai sini sajalah kekuatan tali kesabaran Joe. Bukan si insan yang berekspektasi terlalu tinggi hingga kecewa dengan sendirinya, lagipula Joe sudah berhenti berharap. Namun, Jeffrain lah yang tiba-tba seenaknya mengambil tindakan yang membuat dirinya sendiri makin dibenci.
"Pejamkanlah matamu dan pikirkan saja hal yang menyenangkan," saran Jeffrain sambil menengadahkan wajah si insan. Dengan ibu jarinya, sang ia mengusap bibir bawah Joe dan dengan perlahan memasukkannya ke dalam mulut wanita bersurai pendek itu. Cukup satu jari saja untuk membuka lisan mungil empunya si insan. Pria ini sedikit memainkan lidah Joe, lalu sedikit demi sedikit masuk semakin dalam.
Berkatnya Joe spontan terbatuk dan mengeluh, "Tidak mau, Kak." Tetapi, respon sang ia tak lain hanyalah mengusap puncak kepala Joe dan terus melanjutkan aksinya itu.
Joe sadar sepenuhnya bahwa Jeffrain telah menipunya mentah-mentah, maka sekarang dia terjebak di dalam situasi yang amat tidak menguntungkan. Sang ia lagi-lagi membohonginya. Pria itu tadi minta ditemani ke toilet karena ia merasa tidak sehat, tapi sesampainya di bilik toilet, Jeffrain mengunci pintu dan berkata, "Aku butuh bantuanmu sedikit."
Joe, yang didudukkan di atas dudukan toilet, menghadap langsung dengan genitalia milik sang ia. Seharusnya Joe cepat tanggap, misalnya menggedor pintu atau berteriak minta tolong, tapi tidak ada satupun dilakukannya, itu berarti Joe masih memberi Jeffrain kesempatan. Silakan maki saja dia, karena Joe sendiri juga tidak tahu ada apa dengan dirinya. Walaupun Joe yakin ada satu kata mutlak untuk menggambarkan posisinya saat ini. Bodoh.
"Pikirkan saja Vorr, kucing putihmu yang lucu itu, atau makanan kesukaanmu, atau pikirkan rasa permen, apapun yang kau suka Jordie," usul sang ia sembari satu tangan pria itu meraih tangan Joe untuk memegang batang rudalnya. Meskipun Jeffrain kali ini memperlakukannya dengan hati-hati dan terus mengatakan sugesti positif, serta mengalihkannya dari peristiwa masa lalu, usaha sang ia belum menunjukkan hasil.
Rasa air comberan dari masa lalu hadir samar-samar, entah karena Jeffrain saja yang belum cuci tangan atau memang tubuhnya secara otomatis bertingkah seperti kejadian di hari itu.
Seharusnya Jeffrain tidak berperilaku kelewatan, seharusnya sang ia menepati janji, bahkan Joe juga berjanji menyerahkan dirinya di manapun dan kapanpun untuk Jeffrain membutuhkannya, membiarkan pria itu hidup seenaknya, bahkan bisa dibilang Joe menghidupi sang ia yang menumpang tinggal di rumahnya. Syarat Joe hanya satu, untuk tidak memintanya melakukan seks oral lagi selama kenangan buruk di masa lalu belum terlupakan.
"Kak sebentar," cetus Joe yang mencoba melepaskan tangan Jeffrain dari dagunya.
Jeffrain mengedikkan kepala dan bertanya, "Kenapa?"
"Bagaimana kalau Kakak saja yang duduk di sini dan aku yang di lantai?" tawar Joe dengan suara yang sengaja dibuat manja. Ini adalah strateginya untuk lebih dekat dengan pintu. Si insan berlagak seolah-olah sedang terbawa suasana dan membuat Jeffrain merasa nyaman.
"Bukannya kau lebih tidak suka posisi itu?" Jeffrain balik bertanya sambil sekali lagi membelai lembut puncak kepala Joe.
"Aku yakin aku akan baik-baik saja." Pokoknya cara ini harus berhasil, setidaknya Joe akan lebih dekat dengan pintu, bila saja nanti dia ingin kabur di tengah-tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐀𝐆𝐄 || 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧
FanfictionA Jung Jaehyun's Original Fiction | On Going "𝐼'𝑙𝑙 𝑔𝑜 𝑎𝑛𝑦𝑤ℎ𝑒𝑟𝑒 𝑤𝑖𝑡ℎ 𝑦𝑜𝑢 ... ." "𝐴𝑛𝑦𝑤ℎ𝑒𝑟𝑒, 𝑏𝑢𝑡 ℎ𝑜𝑚𝑒 ." Joe, 21, 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣 memiliki lika-liku kehidupan yang rumit dan merepotkan sejak menjadi mahasis...