12.

71 1 0
                                    

═══════════════

Hatred is the smell on your bed sheet whom you can't smell it, but everyone else. Same goes with love, love is the acts of you radiates those bliss, everyone can tell that you're in love, but yourself.”

════════════════


YANG namanya asap kebencian baunya busuk dan tercium jelas, sekalipun ditutupi rapat-rapat. Bagi orang macam Joe, daripada peka terhadap energi positif, seperti: suka, kagum, bahkan cinta; malah radar Joe cukup tajam untuk hal-hal negatif seperti: iri-dengki, inferior, dendam, sampai kebencian.

Konteksnya, baru saja kemarin Joe ditawari untuk mutasi ke Kelab Noel de Rou, yang dikelola pemilik yang sama dengan kedai kopi ini. Namun, rasanya hari ini pembahasan itu seperti tidak pernah ada. Padahal Joe sempat dicibir ini-itu karena menolak tawaran 'baik' tersebut. Dan finalnya diberi waktu berpikir seminggu.

Entah kenapa seharian ini dirinya merasa sangat sial. Mulai dari Thomas, manajernya, mengkritik Joe habis-habisan. Yang lelet, yang bolak-balik keliru mengantarkan pesanan, yang kurang tanggap. Apa saja yang bisa dikritik Thomas, dilontarkan oleh mulut pria berperut buncit itu. Sedangkan, Kabagnya, dipanggil Nyonya Noi, menggoda atau lebih ke menghina Joe tentang wajahnya yang tanpa riasan. Cuma hari ini saja, Joe datang tanpa riasan; yang dikata mirip mayat hidup, anak suram, mirip gelandangan. Bahkan, Keyra, seniornya yang ramah, pura-pura tidak melihat perlakuan semena-mena itu.

Dari awal Joe bekerja di kedai ini, Thomas ataupun Nyonya Noi sudah menunjukkan ketidaksukaan mereka begitu tahu si insan menyandang marga Hurdqe. Yah, meskipun begitu, mereka masih menjaga sikap di depan staf-staf kedai yang lain. Karena hanya ketiga orang inilah, termasuk Keyra yang mengetahui identitas Joe.

Dan keadaan sampah bertambah buruk, begitu pemuda berkacamata kotak, alias Aldan, itu mengumumkan ke seluruh orang di kedai kemarin, bahwa Joe adalah Jordyana Hurdqe. Maka, Thomas dan Nyonya Noi langsung memperlihatkan ketidaksukaan mereka dengan jelas. Sementara Keyra yang awalnya lumayan ramah, menjadi bersikap dingin dan acuh.

Omomg-omong tentang Aldan, bisa dibilang semua kesialan ini berawal dari pemuda itu 'kan?

Hal sial di atas kesialan yang lain, ialah Jeffrain. Pria bersurai coklat itu menghilang tanpa sepatah kata pamit atau apalah. Yah, walaupun tidak separah kapan lalu—tidak ada kabar sama sekali dan nomornya diblokir. Jeffrain kembali menghilang tanpa jejak.

Pagi ini Joe sempat menanyakan lewat chat, ke mana pria itu pergi saat Joe sedang di kamar mandi. Jawaban Jeffrain cukup klise, 'aku ada urusan, nanti aku kembali lagi' dan itu tidak menjelaskan apapun. Tetapi, setidaknya pria itu menepati janjinya dan sedikit mendengarkan Joe untuk tidak mengabaikan pesannya.

Dibawa kekesalan hati, Joe jadi terlalu keras mengosokkan kain lap pada jendela kedai. Pantulan cahaya mentari di kaca jendela yang silau, itu mulai tenggelam di sisi barat kota, tampaknya tak mengganggu pengelihatan Joe. Di pantulan kaca terlihat wajah berkerut-kerut empunya Joe, alis ditekuk dalam, sorot mata berapi-api, di mana kantung hitam di bawah mata si insan menambah roman horor dan amarah di wajahnya.

"Kamu ternyata gampang marah ya."

Joe lantas menoleh cepat ke arah sumber suara dari arah belakang punggungnya.

"Oi Soy, bagaimana kabarmu lah?"

Maka sosok tengil berkacamata kotak dan tersenyum jahil hadir di belakangnya.

Si insan lantas menoleh balik menghadap jendela, logatnya, penampilannya, wajahnya, jelas sekali bahwa dialah si Aldan-Aldan konyol itu. Seolah-olah, hari ini Joe tidak bisa lebih sial lagi kalau belum bertemu dengan si Aldan konyol.

𝐂𝐀𝐆𝐄   ||   𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang