═══════════════
"Decreased the fuel of gaslight, while telling her the light as bright as it was brand new. Keep doing so, because no money in pocket to afford any fuel of gaslight. Then she completely lost her mind; when she ensured the light of gaslight is still dime, whilst this house is pitch black already."
════════════════
MENJAGA rahasia kadang suatu kemustahilan bagi beberapa orang. Sebuah rahasia menjadi spesial karena tersegel di dalam benak mereka yang menjaganya. Apa arti rahasia bila sudah diketahui semua orang? Itu berubah menjadi sekelumit informasi semata. Apa yang menghentikan lisan untuk tidak mengucapkan rahasia? Kepercayaan atau rasa takut?Bagi Jeffrain rasa takut, ialah penghalang utama dalam menjaga rahasia. Ketakutan menggerakkan pikiran dan tubuhnya untuk berbohong demi menjaga rahasia. Terus mengacuhkan hal paling penting atau dengan hebatnya membohongi diri sendiri, itulah keahlian Jeffrain.
Di hadapannya kini, si insan rapuh terduduk lemas tak sadarkan diri dan terikat tali di atas kursi kayu. Itu adalah mahakarya dari kebohongan yang terus dipupuknya selama ini.
"Pokoknya kalau dia sudah bangun, aku tidak mau tahu anak itu harus membayar semua hutangmu," ujar seorang pria berbadan tegap yang mengenakan jaket kulit berwarna hitam. Tingginya hampir dua meter. Di mana rambutnya disisir rapi dan klimis. Ada tato ular merah di leher kanannya. Imej lintah darat yang amat stereotipe terpotret pada diri rekannya ini.
"Lakukan saja sesuai rencana, dia pasti akan melakukan apapun yang kau mau," kilah sang ia dengan ketus.
"Haah ... apa anak itu harus disiram air biar cepat bangun? Aku sudah bosan dan lelah Jeff."
Jeffrain melirik tajam ke arah kiri atas. Ia agak heran mendengar keluhan rekannya, padahal waktu baru berlalu lima menit sedari pria itu membopong si insan ke dalam kamar motel ini. Tapi mau bagaimana lagi? Dengan cara inilah Jeffrain dapat membayar utang dan menjaga rahasianya. Rencana sempurna yang dalam sekali dayung melampaui dua-tiga bencana di depan mata.
Jeffrain menegaskan, "Sabarlah sedikit lagi Johan, kau persiapkan saja dirimu, aku sudah siap pasang badan kok." Sambil Jeffrain mengerutkan alis dan menatap nanar kepada si insan di depannya. Kedua netra coklat sang ia nyalang, penuh determinasi dan percaya diri, bahwa kebohongan kali ini akan berhasil.
Johan, rekan sang ia, mendengkus kesal usai Jeffrain berkata demikian. "Sabar apanya, bilang saja kau takut kuhajar 'kan? Lalu apa kau benar-benar yakin dia sehebat yang kau bilang? Badannya memang bagus sih untuk ukuran bangsawan melarat," sergah pria bertato ular merah itu, yang ikut-ikut Jeffrain memandang intens tubuh si insan.
"Sudah ikuti saja rencananya. Kau tidak perlu menahan diri nanti, baik padaku ataupun padanya. Jordie-ku itu hebat, aku yakin kau akan puas," balas sang ia.
"Kau yakin anak itu langsung percaya begitu melihatmu babak belur di tanganku?"
"Tentu saja, dia itu paling tidak tahan kalau melihat darah. Lakukan saja sesuai rencana." Jeffrain menyahut pertanyaan Johan dengan nada setengah niat. Jauh sebelum pria berkulit pucat ini menelepon si insan beberapa menit lalu, sementara Johan pergi menjemput wanita itu; Jeffrain telah menorehkan luka-luka kecil di wajahnya sendiri. Demi rencana hebatnya untuk membohongi si insan, Jeffrain harus berlaku totalitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐀𝐆𝐄 || 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧
FanfictionA Jung Jaehyun's Original Fiction | On Going "𝐼'𝑙𝑙 𝑔𝑜 𝑎𝑛𝑦𝑤ℎ𝑒𝑟𝑒 𝑤𝑖𝑡ℎ 𝑦𝑜𝑢 ... ." "𝐴𝑛𝑦𝑤ℎ𝑒𝑟𝑒, 𝑏𝑢𝑡 ℎ𝑜𝑚𝑒 ." Joe, 21, 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣 memiliki lika-liku kehidupan yang rumit dan merepotkan sejak menjadi mahasis...