════════════════
"Ignorance leads to farewell, hence to never let anything slides away in front of you."
════════════════
DERAP langkah tak serirama berjalan tak saling mendahului ataupun saling membiarkannya tertinggal, melainkan salah satunya mengejar pasang langkah di depan yang tak ingin dijangkau.Sambil mengunyah roti isi ham yang dibelinya di minimarket, Joe masih bersungut-sungut kesal atas kejadian menjengkelkan tadi pagi. Bisa-bisanya kamar mandi di motel berbau bangkai, lantas wanita bersurai hitam pendek itu langsung hilang minat untuk mandi. Apa karena bau bangkai itu, makanya sang ia mencegah Joe memakai kamar mandi tersebut?
Yah, entahlah. Meskipun agak gengsi, karena omongan Jeffrain ada benarnya, si insan bergegas merapikan barang-barang bawaannya dan berniat untuk check-out dari kamar motel di distrik Thier itu. Pikirnya, sekalian saja pulang dan menumpang mandi di motel dekat rumah. Kini Jeffrain mengekori Joe seperti anak ayam yang mengikuti induknya ke mana-mana.
Pria, yang berkaos hitam, ini hampir pasrah dengan si insan. Ia sama sekali tidak tahu bagaimana caranya agar wanita itu berpaling kepadanya lagi. Walaupun, Jeffrain sadar ia dan si insan bukan sepasang kekasih, tetapi dicampakkan seperti ini membuatnya jengkel. Namun, ia lebih kesal karena tidak tahu harus berbuat apa.
Jeffrain membuat praduga, untuk membiarkan Joe bertingkah semau wanita itu inginkan untuk sementara. Biarkan Joe mendinginkan emosinya yang saat ini sedang panas-panasnya. Lalu, dia akan kembali dengan sendirinya kepada sang ia. Jeffrain sudah hapal betul tabiat Joe. Kendatipun, kali ini sedikit agak ekstrim.
Ketika langkah mereka sampai di kaki tanjakan menuju gedung kontrakan, Joe berbelok ke gang berjarak satu depa. Wanita itu tiada meminta izin Jeffrain atau menoleh ke arah sang ia. Sikapnya benar-benar acuh, seakan-akan pria berkaos hitam itu tidak sedang bersamanya. Padahal Joe yang biasanya akan selalu menempel bagai prangko dengan sang ia.
Jeffrain memperhatikan punggung si insan yang semakin menjauh darinya. Ingin sekali ia mengejar dan menggenggam pergelangan Joe dalam tangannya. Memohon bahkan bersimpuh di bawah kaki Joe agar wanita itu kembali menoleh ke arahnya. Karena Jeffrain lebih tahu dari siapapun, kalau semua perilakunya selama ini terlalu jahat bahkan amat kurang ajar terhadap si insan.
Tapi sekali lagi, hanya dengan cara itulah Jeffrain dapat bertahan hidup dan karena pria itu mengemban orakel yang diserahkan padanya untuk menjaga si insan selama sisa hidupnya. Maka sebelum tugasnya rampung, ia tak boleh meninggalkan Joe, bahkan bila si insan sendiri yang meninggalkannya. Tidak bisa.
'Diin! Diin!'
Jeffrain sedikit terperanjat akan suara klakson mobil yang memekakkan telinga itu. Seonggok mobil kodok berwarna putih tulang, yang catnya agak mengelupas di sisi-sisi dekat bemper, terparkir tepat di belakang sang ia.
"Oi!" sapa seseorang pemuda berkacamata di balik kemudi. Karena Jeffrain tak merasa dipanggil oleh suara itu, setelah ia merasa puas menatap punggung Joe, yang semakin lama semakin hilang dari jarak pandang; Jeffrain melanjutkan langkah dengan menyusuri tanjakan di depan mata.
"Oi! Kamu! Teman-nya Jordyana, kamu!" seru si empunya suara yang telah keluar dari mobilnya dan berlari kecil menghampiri Jeffrain. Maka sang ia semakin mempercepat langkahnya. Bukannya Jeffrain tak ingin berurusan dengan orang asing tak dikenal, masalahnya Jeffrain telah sadar sepenuhnya siapa pria yang menghampirinya ini. Dia adalah satu dari tiga ras yang harus Jeffrain jauhi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐀𝐆𝐄 || 𝐉𝐚𝐞𝐡𝐲𝐮𝐧
FanfictionA Jung Jaehyun's Original Fiction | On Going "𝐼'𝑙𝑙 𝑔𝑜 𝑎𝑛𝑦𝑤ℎ𝑒𝑟𝑒 𝑤𝑖𝑡ℎ 𝑦𝑜𝑢 ... ." "𝐴𝑛𝑦𝑤ℎ𝑒𝑟𝑒, 𝑏𝑢𝑡 ℎ𝑜𝑚𝑒 ." Joe, 21, 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣 memiliki lika-liku kehidupan yang rumit dan merepotkan sejak menjadi mahasis...