Bab 1 - kehadirannya

80.5K 3.3K 26
                                    

Berdirilah gadis mungil yang cantik sedang memegang alat yang sungguh tidak diinginkannya. Test pack. Alat itu menunjukkan 2 garis merah tanda ia positif hamil. mengandung anak kekasihnya.

"apa yang sedang kau lakukan Arum?" tanya sosok lelaki yang ada dibelakangnya. dengan beraninya ia masuk ke dalam toilet perempuan.

Nisfa memberikan test pack itu. Dendy melihatnya betapa terkejutnya ia mengetahui kekasihnya sedang hamil. mengandung anaknya.

"aku ingin kamu bertanggung jawab"

"belum tentu juga itu anakku" jawab Dendy dengan ketus.

"aku tidak pernah melakukan itu dengan yang lain hanya denganmu aku melakukan itu"

"lalu bagaimana dengan Salsa tidak mungkin aku meninggalkannya. dia wanita yang baik. dia juga yang dijodohkan denganku"

ucapan Dendy sungguh menusuk hati Nisfa. ia mengaku memang ia adalah wanita simpanan Dendy karena Dendy sebenarnya sudah bosan dengan Salsa. tetapi sebagai wanita simpanan ia juga memiliki hari dan juga haknya. apakah ini adalah karma karena dengan mudahnya ia menerima Dendy?

kalau memang ini adalah karma ia hanya bisa menerima kenyataan bahwa ia tidak bisa bersama Dendy. tetapi sekarang keadaannya berbeda ia sedang mengandung buah hati Dendy. bagaimana bisa ia menyerah, anaknya membutuhkan ayahnya dan juga identitasnya. ia tidak tega kelak anaknya diejek teman - temannya karena ia tidak memiliki ayah.

"lalu apakah kamu tidak memikirkan anakmu ini?" tanya Nisfa dengan menunjuk perutnya yang datar.

Dendy hanya bisa diam. ia bingung kalimat apa yang bisa digunakannya untuk menjawab pertanyaan Nisfa.

"aku tidak tau Arum" jawabnya. hanya kalimat itu saja yang keluar dari mulutnya.

"baiklah aku tidak bisa berbuat apa - apa lagi. hanya cara ini yang bisa aku lakukan" ucap Nisfa lalu meninggalkan Dendy yang sedari tadi diam.

***

Nisfa POV

Aku berjalan meniggalkan Dendy yang masih ada didalam toilet. aku tidak bisa berfikir karena didalam kepalaku hanya anak ini. buah cintaku dengan Dendy.

sungguh tega Dendy dengan kami apa yang ada difikirannya sampai ia tidak mau bersama kami. apa karena itu menyangkut harta warisan. aku dulu memang pernah dengar pembicaraannya melalui telfon entah itu siapa tapi itu menyangkut tentang perjodohannya dengan Salsa, sahabatku.

aku mengakui memang aku ini jahat dengan teganya aku merebut Dendy darinya yang berstatus kekasih Salsa. tetapi bagaimana lagi cinta telah membutakanku.

aku pun menghentikan kaki ku di taman belakang sekolah. pemandangan disini sangat indah bisa membuat hatiku kembali tenang dan menyernihkan kepalaku.

angin berhembus disekitarku. sepi yang menemaniku saat ini. hanya diriku sendiri yang berada disini meskipun sekarang adalah jam istirahat jarang sekali ada Siswa dan Siswi yang datang kesini. oh aku melupakan anakku aku sekarang disini tidak sendiri aku berdua. diriku dan anakku.

"sayang apa yang harus mommy-mu lakukan daddy-mu menolakmu" ucapku dengan sedih.

"apa sebaiknya kita hidup berdua saja?" ucapku lagi yang tanpa ku sadari aku telah menanggis.

"kalau itu adalah jalan yang tepat baiklah ayo kita hidup berdua tidak ada yang menganggu kita lagi. itu pasti menyenangkan" ucapku lagi dan lagi dengan air mata yang keluar dengan deras.

ku elus perutku yang masih rata. aku sangat menyayangi anakku ini. aku sama sekali tidak membencinya. meskipun dia adalah aib tapi bagiku dia adalah anugrah yang harus ku lindungi bukan untuk menghilangkannya.

bel masuk pun berbunyi. aku segera bergegas masuk ke dalam kelas. meskipun enggan untuk melihat Dendy tetapi tetap saja aku tidak mau membolos jam pelajaran, apalagi ini adalah jam pelajaran yang ku sukai.

sesampai dikelas aku melihat Salsa dan Dendy sedang asik bergurau. aku hanya tersenyum kecut, aku yang sedari tadi sedih memikirkan jalan keluar dia dengan asiknya bergurau dibalik kesusahanku.

"Arum" aku melihat ke arah Salsa yang memanggilku.

"kesini!" suruhnya untuk duduk di sebelahnya yang lebih tepatnya tempatku. ya memang aku sebangku dengannya.

aku berjalan kearah bangku ku. aku tidak mau ia curiga. aku melihat Dendy yang sedari tadi melihatku. aku segera mengacuhkannya. sangat enggan melihatnya.

"iya, ada apa?" tanyaku ketika sudah sampai ditempatku.

"tidak ada apa - apa. oh ya dari mana saja kamu?"

"oh. aku dari taman belakang melihat bunga - bunga yang sedang bermekaran"

"oh untunglah kamu tidak apa - apa. karena aku memiliki perasaan yang tidak enak sedari tadi. apa kamu sudah belajar?"

ya pemikiran burukmu terkabul. memang ada sesuatu yang buruk menimpahku.

"apakah kamu sudah belajar Arum?" tanyanya lagi.

"oh sudah"

"ya sudah. jangan lupa seminggu lagi kita akan ujian kelulusan"

"iya"

***

seminggu sudah aku menjauh dari kehidupannya. aku pun juga menjauh dari Salsa. aku tidak mau di bilang PHO karena kondisi ku sekarang. dirumah kedua orang tuaku dan kakakku juga tidak ada yang curiga.

untung saja setiap pagi aku tidak mengalami 'morning sickness' mungkin anakku tau kalau mommy-nya dalam masalah.

setiap disekolah juga Dendy selalu mengejarku aku pun menjauhinya. seperti kataku. pernah ia mengatakan bahwa ia ingin mengelus perutku yang agak membuncit ini. katanya ia ingin tau anaknya. tetapi aku mengelakkan permintaannya dengan pergi darinya. bukannya aku tidak mau janinku ini tau daddy-nya tetapi percuma saja kalau Dendy tidak mau bertanggung jawab.

Hari ini juga hari ujian kelulusan. hatiku terasa lega karena akhirnya aku bisa pergi jauh darinya setelah lulus nanti. aku sudah menetapkan keinginanku untuk hanya hidup berdua tanpa keluargaku.

aku sedang asik mengerjakan soal - soal yang cukup terbilang mudah bagiku. karena aku selalu belajar dan tidak lupa aku juga menjaga kandunganku dengan belajar tidak terlalu berat. setiap ada waktu aku meminun susu ibu hamil untuk asupan gizi janinku.

ku putar kepalaku ke kanan aku melihat Salsa yang sepertinya sedang kebingungan. Salsa yang merasa ku lihat pun menoleh ke arahku.

"bantuin aku dong" ucapnya berbisik.

"no berapa?"

"no 12" jawabnya sambil memberikan soalnya kepadaku.

"jawabannya A"

Salsa yang telah mendapatkan jawaban pun segera menulis di lembar jawaban. tiba - tiba saja perutku terasa sakit. aku merasa tidak kuat pun langsung mengumpulkan lembar jawabanku dan izin ke toilet. untung saja aku sudah selesai mengerjakan soal - soal itu.

***

Dendy POV

aku mengikuti Arum ke toilet. ketika aku masuk ia menyerahkan test pack. ku lihat 2 garis menandakan positif. aku bingung akan menjawab apa. ia memintaku untuk bertanggung jawab.

betapa bodohnya aku sempat berfikir bahwa itu bukan anakku. sungguh aku sangat menyesal. jelas itu anakku aku tau Arum tidak mungkin melakukan itu kecuali denganku itu pun hanya sekali karena keadaan ku yang sedang mabuk berat.

selama seminggu aku mengejarnya. aku tau kalau ia marah kepadaku karena ucapanku seminggu yang lalu. pernah sekali aku berhasil mencegatnya. aku meminta permohonan.

"Arum maafkan aku"

dia tetap diam tidak mau membuka mulutnya sama sekali.

"apakah aku boleh mengelus perutmu. aku ingin tau keadaan anakku"

"tidak. bayi ini bukan anakmu!"

ucapannya yang membuat hatiku sakit apa sebesar itukah ia marah padaku?

===Accidental===

Updated:  24 Mei 2015

[revisi: 14 Juni 2015]

The Struggle of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang