Bab 20 - Cemburu? - End

36.1K 1.2K 12
                                    

Warning : typo bertebaran!

Sorry kalau kurang puas dan lain - lain deh. yang kurang menurut kalian.

Sorry mungkin kalau semakin lama - semakin gak karuan.

Bab epilog sama ektra part udh jadi. Kalau mau next hari ini vote dan comment yang banyak ya.

Sorry kalau Endingnya kurang memuaskan.

*enjoy

***

Sudah 6 hari Salsa dirawat dan Nisfa juga sudah bolak - balik dari rumah menuju rumah sakit sampai Deva datang ke rumah sakit. Nisfa melakukan itu demi sahabatnya, tidak ada rasa apapun kecuali ia ingin melindungi sahabatnya dan membahagiakan sahabatnya. Karena yang dipunya sahabatnya hanya dirinya,Dendy dan abangnya Deva dan tak lupa si kecil Faden dan Aira.

***

7 tahun kemudian...

"Bun... bunda..." sosok anak laki - laki menggunakan seragam sekolahnya. Yang sedari tadi memanggil bundanya tetapi tidak dihiraukan oleh Bundanya sama sekali.

"Bun... bunda... ayah!!!" Teriaknya. Tetapi kedua orang tuanya masih tidak ada yang menghiraukan panggilannya. Ia mendengus kesal. Setiap pulang sekolah ia melihat adegan yang seharusnya tak dilihatnya.

"Bunda, ayah aku Sudah bosan melihat kalian seperti ini setiap hari" ucap anak itu dengan lantang.

Nisfa yang mendengar ucapan anaknya pun beranjak dari sofa membetulkan pakaian dan tatanan rambutnya.

"Hai sayang udah pulang?" Pertanyaan yang mungkin jawabannya sudah ada jawaban tepat didepannya terlontarkan.

"Isshhh... bunda ayah kalau kalian melakukan itu dikamar jangan diruang tamu. Bagaimana jika sikembar lihat bunda dan ayah seperti ini?" Ucap anak itu. Membuat Nisfa kelagapan, meremas tangannya. Sedangkan Dendy menundukkan kepalanya. Anaknya ini seakan - akan sudah dewasa saja.

"Ah.. sudahlah Faden kekamar dulu" Faden pun meninggalkan ruang tamu. Kedua orang tuanya masih terdiam matung.

***

"Bang tadi aku lihat kak Ai sama anak baru disekolah" ucap anak perempuan berambut panjang yang dikuncir dua.

"Iya bang aku tadi lihat" ucap anak laki - laki yang berada disebelah kanan Faden.

Faden membanting sendok dan garpunya membuat suara riuh di meja makan.

"Kalian tahu dari mana?"

"Ah... bodoh lho Faden. Masa lho tanya pertanyaan itu. Jelas adik lho tau di akan tukang gosip terutama si silla. Kalau Dika mungkin dia juga tapi gak seberapa"

"Ya abang kudet banget sih. Berita anak baru itu satu sekolah udah tau bang. Soalnya dia kan ganteng, murah senyum lagi. Gak kayak abang kaku banget" ejek Silla. Memang Faden memiliki sifat kaku. Tapi dibalik sifat kakunya ia memiliki sifat pencemburu akut. Meski ia masih kecil.

Nisfa dan Dendy yang mendengar celotehan anak - anaknya hanya tertawa. Tawa yang dikeluarkan hanya tawa bahagia tidak ada tawa penuh kesedihan. Malaikat kecil mereka adalah anugerah yang membuat keluarga mereka mengeluarkan tawa bahagia.

"Terima kasih, Engkau telah memberi kesempatan kedua untuk menikmati ini, ya Tuhan"

"Sungguh aku tidak pernah membayangkan kebahagiaan ini. Terima kasih Kau memberi kebahagiaan yang lebih, ya Tuhan"

***

Seperti pagi - pagi seperti biasanya Nisfa selalu bangun terlebih dahulu menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Suara derap kaki terdengar tajam ditelingahnya. Ia melihat jam, benar saja jika ada seseorang yang sudah bangun selain dirinya, sekarang sudah pukul 05.45. Terlihat Faden yang sedang menggendong tas ranselnya dipunggungnya sambil membetulkan dasinya.

"Pagi sayang, duduklah duluan" sapa Nisfa dengan riang menyambut kedatangan anaknya.

Beberapa menit kemudian si kembar dan ayah mereka datang. Menghampiri Faden yang sedang duduk di meja makan. Menunggu bundanya menyajikan makanannya.

"Pagi sayang" Dendy menghampiri Nisfa terlebih dahulu sebelum menuju meja makan. Mencium kening Nisfa. Sudah menjadi kebiasaannya selama 8 tahun ini.

"Pagi. Duduklah dulu ini aku sudah selesai"

"Aku bantu" Dendy mengambil alih sayur sop buatan Nisfa menyajikan didepan para anak - anak mereka.

Mata binar terpancar di mata anak - anak mereka.

"Yeah ayo saatnya kita makan" ucap Silla girang. Sifat Silla sama seperti Nisfa. Sangat cerewet dan periang. Sedangkan Dika dan Faden memiliki sifat sama seperti Dendy. Cool, dan kaku. Tapi mereka jika sudah menyangkut adik kecilnya Silla sifat mereka berubah menjadi melunak. Meski kadang - kadang menjengkelkan.

"Silla doa dulu sayang" tegur Nisfa. Silla hanya nyengir.

"Ah sudah yuk kita doa habis itu makan" ucap Dendy menegahi.

Acara sarapan pun telah selesai. Faden beranjak dari kursi. Dan diikuti si kembar dan ayah mereka.

Tok... tok... tok...

"Siapa pagi - pagi kesini ya?" Nisfa pun membuka pintu. Tampak gadis kecil berambut panjang dan diurai. Nisfa menyambut kedatangan gadis itu dengan senyum manisnya.

"Pagi sayang, ada apa? Kamu kok belum berangkat?"

"Pagi tante, Ai mau bareng Faden. Tadi Ai bangun kesiangan jadi ditinggal sama uncle Deva" jelas gadis kecil itu. Faden yang mendengar gadis kecil itu akan berangkat bersamanya merasa gugup. Keringat dingin bercucuran.

"Hahaha... bang Faden keringetan" ejek Silla yang melihat abangnya gugup.

* End *

=The struggle of Love (Accidental 1)=

Updated : 22 Juli 2015

Next? Vote dan comment ya.

Aku sangat membutuhkan itu dari kalian.

The Struggle of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang