Bab 11 - lega

27K 1.3K 11
                                    

Warning : typo bertebaran!

Halo!!!! Aku balik lagi. Akhirnya bab ini selesai juga. Sorry kalau kemarin aku gak updated, dan updated yang bab ini kurang bagus, kurang menarik dan lain - lain deh.

Soalnya tanganku lagi cidera gak kuat buat ngetik lama - lama. Tapi aku bakal usahain. Kalau udah gak seberapa sakit lagi aku akan updated lagi.

Jangan lupa Vote dan comment ya.

*enjoy

***

Wanita cantik, tinggi, anggun itu berjalan dengan anggunnya dengan membawa semua undangan berwarna biru yang sangat elegan. Kakinya berhenti tepat di ruangan bagian keuangan.

"Permisi, Apa Salsa ada?" Tanya wanita itu.

Orang yang bernama Salsa itu langsung berdiri.

"Ya, Saya. Ada apa?" Tanya Salsa bingung. Sebenarnya ia sudah mengenal wanita itu. Bahkan mereka berteman baik. Karena sekarang ia berada di kantor. Dia akan bersikap seperti atasan dan bawahan.

"Saya disuruh memberikan undangan ini kepada anda" jelasnya. Membuat para karyawan di bagian keuangan itu melongoh lebar. Melihat Salsa dengan tatapan meminta penjelasan. Sedangkan Salsa dengan senyum senangnya ia menghampiri sekretaris bosnya yang merangkap sebagai sahabatnya.

Setelah Salsa menerima undangan itu, sekretaris Dendy meninggalkan ruangan bagian keuangan. Salsa melihat undangan elegan itu. Tercantum nama sahabatnya.

Dendy Rama Anthony
&
Nisfa Arum Nabila

Hanya melihat nama mereka saja sudah membuat hati Salsa senang. Merasa bangga dengan perjuangan Dendy. Dia tidak sia - sia mengejar cinta sejatinya sejauh mungkin. Tidak seperti dirinya yang mudah menyerah dan penyesalanlah yang menemaninya.

"Sal, lho kok bisa diundang sama pak Dendy?" Tanya Ayu penasaran.

Salsa yang mendengar itu hanya tersenyum sebagai jawabannya. Tidak ada niatan untuk membongkar bahwa dirinya ini adalah sahabat dari bosnya itu.

***

"Yang, gaunnya gak ada yang muat sama tubuhku"

Sedari tadi Nisfa selalu merengek kalau gaun pernikahannya kekecilan. Bagaimana tidak gaun yang digunakannya hanya cukup untuk orang yang tidak hamil, lah sedangkan dia sedang hamil bagaimana bisa cukup.

Sedari tadi Dendy juga berusaha untuk sabar. Memilih gaun yang lain dan juga besar. Dan selalu saja jawaban dari calon istrinya itu kekecilan. Ia sudah capek melangkah kesana kemari untuk mencarikan gaun yang muat. Orang yang melayani mereka juga terlihat letih. Membantu Nisfa menari resleting dan selalu sama. Resleting itu tidak bisa ditutup.

"Yang" Nisfa merengek lagi karena tidak ada jawaban sama sekali dari Dendy.

"Iya. Ini aki juga berusaha cari. Kamu sih makin montok aja. Tapi aku tetep cinta kok malah aku pengen hari pernikahan kita besok. Jadi kalau aku nerkam kamu kita udah halal" ucap Dendy lirih dengan nada menggodanya. Pipi Nisfa pun merah merona selalu saja seperti itu. Padahal bukan hanya sekali Dendy menggodanya. Rasa kesal akan gaun yang kekecilan itu pun pudar tergantikan dengan rasa malu.

"Nih kamu coba lagi. Muga - mugaan muat. Aku udah capet milih" ucap Dendy pasrah.

"Ya salah kamu juga. Aku mau pilih sendiri tapi kamu larang"

"Lah kan aku pingin Calon istriku nanti pake gaun pilihanku"

"Ya deh terserah. Aku mau coba dulu" Nisfa meninggalkan Dendy memasuki fitting room. Di dalam Nisfa juga berdoa agar gaun ini adalah yang terakhir dan muat ditubuh gendutnya itu.

Sedangkan di luar. Dendy berjalan mondar - mandir sambil berdoa gaun pilihannya yang terakhir ini cukup dengan tubuh Nisfa yang gendut dan montok itu.

"Yang" suara panggilan Nisfa menghentikam aksi mondar - mandirnya. Ia tersenyum lega akhirnya doanya terkabulkan. Gaun itu cukup. Pas dengan kulit putih Nisfa. Meski gaun itu tidak seramai gaun yang sebelum - sebelumnya tetapi bagi Dendy, Nisfa tetap cantik menggunakan gaun itu. Bahkan bukan hanya gaun semua baju, dress pasti cocok dengan tubuhnya.

Nisfa lagi - lagi merasa malu melihat Dendy yang melihatnya tak henti - henti dan sama sekali tidak berkedip.

"Yang, jangan gitu aku malu" ucap Nisfa dengan malu. Menundukkan kepalanya satu - satunya jalan menghindari tatapan Dendy yang membuatnya merona.

"Kamu cantik meskipun gendut" tanpa sadar Dendy mengucapkan kalimat itu. Bukannya Nisfa senang dengan pujian 'kamu cantik' malah kesal dengan kalimat akhirnya 'meskipun gendut' memang ia gendut tapi seharusnya gak jujur kayak gitu.

Dendy yang akhirnya sadar dengan kalimat akhirnya dengan segera merayu Nisfa agar tidak marah kepadanya. Karena sifat sensitif ibu hamil, Nisfa tidak mau memaafkan Dendy. Kata - kata gombalnya juga sudah tidak mempan. Hanya satu cara lagi membuat hati Nisfa luluh.

"Arum sayang, aku belikan es krim. Mau?" Cara terakhirpun Dendy gunakan. Nisfa terlihat tergoda dengan penawaran Dendy itu. Tapi karena gengsi ia menyembunyikan tatapan keinginan menerima tawaran itu.

Dendy tidak bodoh. Dendy tau kalau Nisfa sudah luluh dengan tawarannya. Dengan segera setelah membayar gaun untuk resepsi itu ia menarik tangan Nisfa membawanya masuk kedalam mobilnya dan melajukan ke kedai es krim langganannya.

=The Struggle of Love (Accidental 1)=

Updated: 12 Juli 2015

Next? Vote dan comment ya.

Aku sangat membutuhkan itu.

The Struggle of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang