Bab 9 - jawaban mimpi 1

30.5K 1.5K 12
                                    

Warning : typo bertebaran!

Sepi banget nih. Udah pada bosen ya. Ya udah deh gak papa. Memang aku cuma penulis abal - abal. Cerita yang aku bikin juga gak bagus.

Makasih yang masih setia nunggu dan selalu vote.

Mungkin cerita ini tinggal beberapa bab lagi bakal end. Dan berlanjut ke 'Before for After' cerita tentang Salsa.
Tetep stay ya.

*enjoy

***

Anthony Company

Salsa menghapus keringat yang mengalir di dahinya. Semejak dia hamil ia mudah lelah dan akan berkeringat meskipun ia berada diruangan berAc. Memandang layar komputer dengan waktu yang lama membuat dia agak mengantuk. Tetapi ia berusaha menghilangkan rasa kantuk itu demi hidupnya dan anaknya. Uang yang diberikan papanya setiap bulan memang masih bisa memenuhi kebutuhannya. Tetapi ia harus tetap mencari uang tambahan untuk masa depan anaknya. Untuk biaya pendidikan dan kesehatan anaknya.

"Sal istirahat dulu. Kasihan babynya kalau mommynya capek" temannya Ayu mengingatkannya. Memang selama 3 bulan ini ia bekerja terlalu keras sampai biasanya ia pulang agak malam.

"Iya Yu bentar tinggal dikit lagi. Nanggung"

"Ya udah aku ke kantin duluan ya. Udah laper" ucap Ayu sambil mengusap - usap perutnya.

"Iya"

Ketika ruangan kerjanya sudah sepi ia mengambil makan siangnya di dalam tas. Setiap hari ia pasti akan membawa makan dari rumah. Karena lebih sehat jika membawa dari rumah.

Makan siangnya telah selesai. Salsa memasukkan kembali tepak makannya kedalam tas. Lalu ia mencari obat yang selalu ia minum agar ia tidak lemas dan mudah lelah. Ia terus mencari obatnya itu. Tetapi nihil. Ia lupa membawa obatnya. Salsa melihat jam waktu istirahatnya masih tersisa 30 menit. Lebih baik ia pulang dari pada ia akan lelah dan pekerjaannya tidak beres. Untung saja rumahnya dekat dengan tempat ia bekerja.

***

Salsa melihat di depan rumahnya ada mobil sport yang dikenalnya.

"Ini mobil bang Deva. Ada apa ya?"

Salsa dengan senang memasuki pekarangan rumahnya yang kecil. Ingin menyapa abangnya dengan manja tapi ia melihat ada orang lain bersama abangnya. Salsa berjalan semakin mendekat.

"Kalian" teriaknya terkejut melihat sahabatnya datang kerumahnya bersama abang satu - satunya.

"Salsa...." Nisfa berlari lalu memeluk sahabatnya. Tanpa memikirkan kandungannya.

"Aku kangen kamu. Kamu gak papa kan?" Tanya Nisfa sambil melihat kondisi tubuh Salsa dan sesekali memutarnya. Pandangannya berhenti ketika melihat perut Salsa yang sama buncitnya dengan perutnya tetapi punyanya lebih besar.

"Sal---" ucapan Nisfa terpotong.

"Ya Rum, aku hamil" Nisfa terkejut mendengar keadaan sahabatnya. Ia masih diam ketika sahabatnya menyapanya.

"Hai udah lama gak ketemu ya. Baby mu sehat?"

"Ah,.. i...i..iya sehat - sehat"

"Yuk masuk bang, Rum. Maaf ya rumahnya kecil" ucap Salsa setelah membuka pintu. Mempersilahkan abang dan sahabatnya masuk ke dalam rumah mungilnya.

Mereka berbincang - bincang cukup lama dan akhirnya Deva memilih pulang. Sedangkan Nisfa masih ingin tetap bersama Salsa. Ingin meminta kejelasan.

"Ya udah abang pamit ya. Oh ya Dek kamu ini udah pulang beneran?" Tanya Deva. Karena biasanya kalau Deva berkunjung di rumahnya waktu istirahat siang pasti berakhir ia mengantarkan adiknya kembali kerja.

"Udah bang. Tadi aku udah sms Ayu. Aku suruh izinin aku pulang"

"Ya udah. Abang pulang ya. Dah Arum, dah Dek" Nisfa dan Salsa membalas lambaian tangan. Mobil sport itu sudah menghilang dari penglihatan. Mereka masuk kembali ke rumah mungil Salsa.

"Sal aku mau tanya sesuatu boleh?"

"Iya boleh" Salsa menjawab dengan tersenyum.

"Anak yang kamu kandung itu anak siapa?" Tanya Nisfa hati - hati takut menyakiti hati sahabatnya. Salsa yang mendengar pertanyaan Nisfa pun tersenyum ia sudah memprediksikan kalau Nisfa pasti akan bertanya. Karena Nisfa memiliki sifat yang kepoan.

"Anak Hans" dan meluncurlah rahasia tentang anak yang dikandung. Tentang pertama bertemu, kejadian dikamar hotel, kehamilannya dan penolakkan Hans untuk bertanggung jawab.

Nisfa terlihat menanggis. Ternyata masih ada orang yang lebih menderita darinya. Ia masih bersyukur Dendy mau bertanggung jawab dan ditambah lagi Dendy mencintainya dan juga anaknya.

"Udah Rum kamu gak usah nanggis. Mungkin ini karmaku karena dulu aku melarang Dendy buat tanggung jawab ke kamu" ucap Salsa lagi - lagi senyum yang ia tunjukkan tidak ada air mata yang mengalir. Setetes pun. Air matanya sudah kering menanggisi nasibnya.

Setelah menghapus air mata yang mengalir dengan tangannya Nisfa mendekati sahabatnya dan memeluk Salsa dengan erat.

***

Kamar bernuansa merah muda dan ungu itu berisikan dua insan yang sedang berpelukan.

Nisfa sedang bercerita kepada Dendy tentang pertemuannya dengan Salsa sampai cerita kehidupan Salsa ketika dirinya di Australia selama 3 bulan.

Dendy yang mendengar itu sama terkejutnya dengan Nisfa. Tidak menyangka sahabatnya akan bernasib seperti itu.

"Yang, aku udah urus acara pernikahan kita" ucap Dendy menghilangkan keheningan setelah Nisfa bercerita tentang Salsa.

Nisfa yang mendengar itu mengerucutkan bibirnya. Melepas tangan Dendy yang ada dipingangnya. "Kenapa kok gak tunggu aku sih. Aku kan juga pengen ikut"

Dendy hanya bisa tersenyum. Ia sudah mulai terbiasa dengan sifat Nisfa yang selalu ngambek, merengek, dan tiba - tiba marah.
"Aku gak mau kamu capek, lagi pula tadi kamu di rumah Salsa lama banget mau jemput aku gak tau alamatnya. Jadinya tunggu kamu sms minta jemput. Kamu membuat aku tersiksa"

"Tersiksa? Tersiksa kenapa?"

"Tersiksa karena kangen sama kamu. Pengen peluk kamu" gombal Dendy. Lalu memeluk Nisfa dan mengelus perut buncit Nisfa. Sesekali mencium kepala Nisfa dan membungkuk mencium anaknya.

"Makasih Tuhan sudah memberiku kesempatan kedua. Kesempatan ini akan ku gunakan sebisa mungkin untuk membahagiakan Arum dan anak - anak kami kelak"

=Accidental=

Updated: 9 Juli 2015

Next? Vote dan comment ya.

Makasih.

The Struggle of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang