Epilog 2 - Tunggulah aku

27.7K 1.1K 13
                                    

Warning: typo bertebaran!

Hai... balik lagi. Hari udah 3 kali updated. Sorry kalau gak maksiml atau kurang puas.

Bab epilog sampai ektra part spesial tetang perjuangan cinta aku harap kalian suka.

*enjoy

***

"Aku mau main sama kamu. Main PS yuk"ajak Aira. Membuat Faden bingung dengan sikap Aira.

"Kamu kenapa? Kok aneh" tanya Faden.

"Ehm... mana ya PS nya" Aira mengalihkan pertanyaan Faden. Dengan tingkahnya yang bodoh. Padahal PS itu terletak tepat di depannya.

"Faden bantuin dong" ucap Aira yang masih berlagak mencari PS Faden.

Faden mendengus sebal dengan tingkah laku Aira. Sikapnya aneh membuat Faden penasaran. Faden pun mengambil PS nya.

"Ah.. kamu dapet" Aira pun mengambil alih PS dari tanga Faden lalu merakitnya.

"Kalau gak bisa itu bilang jangan ribut sendiri" ucap Faden sambil mengambil alih PS nya dari tangan Aira.

Tiba - tiba Aira memeluk Faden dari belakang. Merasakan hangat tubuh Faden.

Faden terkejut dengan kelakuan Aira. Ia pun berusaha melepas tautan tangan Aira tetapi Aira kembali menautkan tangannya bahkan lebih erat.

"Biarkan seperti ini" ucap Aira yang masih menikmati kehangatan tubuh Faden.

"Tapi--"

"Ku mohon" Faden pun diam menunggu sampai Aira melepas pelukannya.

Sudah satu jam mereka berpelukan. Tautan tangan Aira pun melemah Faden menengok ke belakang melihat Aira. Suara dengkuran pun terdengar di telingahnya. Ternyata Aira tertidur.

Faden pun beranjak meminta bantuan Ayahnya untuk memindahkan Aira ke kasur.

***

"Ayah bunda" panggilnya sambil mengetuk pintu kamar kedua orang tuanya.

Pintu itu pun terbuka tampak ayahnya yang acak - acakan. Ia sudah tau mengapa ayahnya acak - acakan. Pasti ayah dan bundanya habis melakukan itu.

"Ada apa son?"

"Ayah bantuin aku angkat Ai"

"Ai memangnya kenapa?" Tanya Dendy bingung.

"Dia ketiduran ayah"

"Ya sudah tunggu sebentar" Dendy pun masuk tak lama ia keluar dengan menggunakan kaos. Mereka berjalan menuju kamar Faden.

Terlihat Aira yang tertidur di karpet. Dendy pun dengan segera mengangkat Aira meletakkannya di kasur Faden. Setelah itu ia meninggalkan kamar anaknya. Dengan senyum bahagia.

***

Aira menggerjapkan matanya mencoba mengenali kamar yang ia tempati. Ia baru sadar kalau berada di kamar Faden.

Pintu kamar mandi terbuka terlihat Faden yang sedang mengusap rambut basahnya.

"Tutup mulutmu Ai dan juga matamu" suara Faden menyadarkan Aira dari lamunan yang memikirkan Faden. Dengan cepat Aira memejamkan matanya.

Tak lama bahunya terasa ada yang menjawil. Ia pun membuka matanya terlihat Faden yang sudah mengganti kaosnya.

"Sebenarnya kamu kesini mau ngapain?" Tanya Faden ketika ia mengingat kata yang tadi ingin dilontarkannya.

"Apa kamu akan pergi ke Amerika?" Tanya Aira yang membuat Faden menoleh ke arahnya.

"Emang kenapa?" Ucap Faden sambil menundukkan kepalanya.

"Gak papa. Pergilah. Capailah cita - citamu. Dengan belajar disana" Faden pun mendongakkan kepalanya. Apa maksud Aira? Bagaimana bisa ia pergi jika selalu memikirkan Aira?

"Aku tidak akan pergi"

"Ku mohon pergilah. Capailah cita - citamu. Lalu bahagiakan aku" tak ada cara lain lagi yang bisa Aira lakukan kecuali memaksa Faden.

Faden diam memikirkan perkataan Aira.

"Baiklah aku akan pergi tetapi itu demi kamu"

***

Keluarga Anthony berangkat menuju bandara dengan ditemani sopir dan Aira. Faden menyuruh Aira ikut mengantarnya. Ia ingin Aira ada di dekatnya ketika ia akan pergi.
Di dalam perjalanan tangan Faden mengenggam erat tangan Aira. Tak ingin melepaskannya. Silla dan Dika yang melihat itu pun memiliki rencana jail.

"Ada yang lagi romantisan nih" Silla membuka suaranya tanda memulai rencana jailnya.

"Iya nih" Dika pun menyahut. Terlintas rencana jail yang lainnya di dalam kepala Dika.

"Kak aku boleh gak pengang tangan kak Ai yang kiri" pintah Dika sambil memberi Aira tanda agar mengiyakan.

"Iya boleh"

"Gak boleh"

Suara Faden dan Aira terdengar bersamaan. Dika pun tak tinggal diam ia masih tetap melakukan rencana jailnya.

"Kak Ai bilang boleh kok" Dika pun mengenggam tangan Aira. Membuat Faden geram menahan emosinya. Ia pun memukul tangn Dika yang mengenggam tangan Aira.

"Aw... aw bang Sakit" ringis Dika.

"Salah sendiri anak kecil kok suka jailin orang"

"Aku udah 11 tahun bang"

"Tetep aja masih kecil"

"Abang juga. Abangkan masih 13 tahun" ucap Dika yang tak mau kalah.

"Udah - udah kita udah sampai" ucap Nisfa menengahi perdebatan anak - anaknya.

***

Faden mengeret koper besarnya dengan posisi yang masih sama mengenggam erat tangan Aira tanpa ingin melepaskannya.

Suara pemberitahuan bahwa pesawat yang ditumpangi keluarga Anthony akan berangkat pun Terdengar.

Faden beranjak dari duduknya merogoh saku jaketnya. Setelah mendapatkanya ia memasangkan di leher Aira.

"Jaga ya kalungnya. Tunggu aku. Aku merindukanmu dan juga menyayangimu"

Cup.

Faden mengecup pipi Aira membuat pipi Aira merah merona menahan malu. Faden memeluk Aira dengan erat. Setelah itu melepaskannya.

"Tunggulah aku. Tolong jagalah hatimu. Begitupun denganku. Aku akan segera kembali. Dan kamu adalah orang yang pertama yang akan ku temui"

- Faden Rama Anthony

"Aku akan selalu mendoakanmu semoga kamu sukses dan bisa membahagiakan aku. Aku akan selalu menunggumu sampai kapanpun"

- Almira Alisyha Putri

"Aku selalu berdoa semoga kalian berjodoh dan selalu bersama dalam keadaan apapun"

- Nisfa Arum Nabila Anthony

"Aku berharap kalian bersama selalu. Menghadapi masalah sebesar dan sekecil apapun bersama tanpa memandang kelemahan"

- Dendy Rama Anthony

"Aku yakin cinta kalian akan kekal seperti Habibi dan Ainun , dan aku juga yakin cinta kalia tidak akan berakhir tragis seperti Romeo dan Juliet dalam menghadapi masalah apapun"

- Silla Arum Anthony

"Aku akan selalu melindunginya demi kamu bang dengan sekuat tenagaku"

- Andika Rama Anthony

=The struggle of Love (Accidental 1)=

Updated: 22 Juli 2015

Next? Vote dan comment ya.

Aku sangat membutuhkan itu dari kalian.

Makasih.

The Struggle of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang