Part 6: Rumah Mertua

1.4K 187 14
                                    

Makan siang kali ini Airin bersama Reyhan. Mereka memilih makan di kafe yang tidak jauh dari kantor. Ini pertama kalinya mereka makan berdua di luar, sebelumnya tidak pernah.

"Kamu mau jadi sekretaris ku?" tawar Reyhan.

"Gak mau ah! Walaupun aku bisa saja menjadi sekretaris kamu, tapi aku gak mau. Belum dapat juga?"

"Tidak ada yang cocok sesuai keinginanku. Yang melamar sudah  bersuami, nanti kalau hamil terus cuti melahirkan, susah jadinya. Kalau bisa yang belum punya suami, biar enak—"

"Diajak selingkuh?" potong Airin.

Reyhan menyentil dahi Airin. "Ngadi-ngadi, bukan lah!"

"Hahaha ... kirain." Airin membalas menyentil dahi Reyhan. "Satu sama," ucapnya.

"Ah, sakit!" Reyhan mengusap jidatnya.

"Gitu aja sakit."

"Kamu kuat banget nyetilnya," balas Reyhan. "Nanti malam kita ke rumah mama. Mama ngajak makan malam."

"Hem, oke deh."

"Maaf ganggu waktu istirahatnya, Pak," ucap Friska tiba-tiba menghampiri mereka.

"Iya, gapapa. Silakan duduk," ucap Reyhan.

Friska melirik Airin. "Saya gak ganggu kan, Airin?" tanyanya.

"Oh, gak kok, Bu. Ngobrol aja, anggap saya gak ada hehe," jawab Airin sambil tersenyum.

"Jadi, gini Pak. Perusahaan mereka menolak hasilnya, maunya bagi lima puluh persen lima puluh persen. Tadi saya beberapa kali dihubungi oleh pihak sana, bagaimana menurut Bapak dan apakah Bapak setuju?"

Airin terus memakan makanannya, tanpa menghiraukan obrolan dua orang di depannya. Sesekali ia memainkan ponselnya, membalas chat masuk.

Saat mengunyah makanannya, tanpa diduga Reyhan mengusap sudut bibirnya, membuat Airin menegang  seketika, terkejut dengan tindakan pria itu. Tidak hanya Airin yang terkejut, Friska yang tadi asik berbicara menjelaskan tentang pekerjaan mereka langsung berhenti bicara menatap Airin.

"Ada nasi di sudut bibir kamu," ucap Reyhan.

"Bikin kaget aja ih! Bilang dong kalau ada nasi, gak usah diusapin juga!"

"Biar romantis."

Airin berdecak mendengar jawaban pria itu. "Romantis apaan? Romantis tai kucing."

"Jangan bawa-bawa tai kucing di sini."

Friska mengulum bibirnya, ia tidak tahu hubungan Airin dan Reyhan. Memang di kantor tidak ada yang tahu tentang mereka kecuali Ardian, itupun karena Ardian bukan orang lain.

"Ehem." Keduanya menoleh kearah Friska yang berdeham.

"Ish! Mana ada Bu Friska lagi yang liat. Malu ..." gumam Airin menundukkan kepalanya.

"Malu kenapa? Aku gak apa-apain kamu."

"Sudah, fokus sama pembahasan Mas!" Airin menyesap minumannya.

"Ah iya. Setujui saja permintaan mereka, tapi sebelum itu jangan terikat kontrak, kita lihat bagaimana perkembangannya jika memuaskan baru saya tanda tangani kontrak dengan mereka."

"Baiklah, Pak. Saya akan sampaikan keinginan Bapak. Itu saja, saya pamit dulu," ucap Friska.

"Ibu gak makan siang?" tanya Airin.

"Saya sudah makan tadi. Ke sini cuma membicarakan ini," jawabnya sambil tersenyum. "Maaf ya gangguan waktu istirahat kalian."

"Santai saja, Bu. Gak ganggu kok."

Pernikahan Singkat? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang