Kalau ada typo kasih tau ya🙏🙏
.
.
.
.Acara sudah berakhir, Airin dan Reyhan sudah berada di kamar hotel. Malam ini mereka dan seluruh keluarga akan menginap di hotel berbintang lima itu. Hotel yang sebenarnya milik keluarga Atmaja.
Airin sedang duduk di kursi sembari mengeringkan rambutnya yang basah, ia baru selesai mandi dan sekarang masih memakai bathrobe putih. Sedangkan Reyhan masih berada di kamar mandi, mereka mandi secara bergantian.
Ting ... Tong ...
Bel kamarnya berbunyi, Airin beranjak dari kursi membukakan pintu.
"Ciye yang rambutnya basah. Sudah di unboxing nih, Mbak?" tanya Nadine mencolek dagu Airin sambil menggodanya.
"Unboxing dari Hongkong?! Lo ngapain sih ke sini? Sana tidur!" ucap Airin. Memang kedua sahabatnya juga ikut menginap di hotel, padahal jarak rumah mereka cukup dekat.
"Tuh, mbak sama mas-mas mau nganterin kado-kado pernikahan kalian. Taruh di kamar kalian kan?"
Airin melongo melihat banyaknya kado yang mereka bawa menggunakan troli. Ada lima troli yang membawa kado-kadonya.
"Ini belum seberapa, masih banyak kado di ballroom," ucap Nadine.
"Banyak banget! Silakan masuk, Mas, Mbak." Airin membuka lebar-lebar pintu kamarnya. Nadine lebih dulu masuk ke kamar Airin. "Taruh di situ saja." Tunjuk Airin di dekat sofa. Kamar yang mereka tempati seperti apartemen, ada ruang tamu dan dapur di dalamnya.
"Gini ternyata kamar pengantin. Ada taburan mawarnya lagi." Nadine memperhatikan kasur pengantin baru itu. "Eh tunggu, kenapa kasurnya masih keliatan rapi? Lo lakuinnya dimana? Kok kasur masih rapi? Oh di sofa ya?"
Airin menyentil kening Nadine. "Otak dan pikiran lo harus dicuci dulu supaya gak mikir yang kotor mulu. Kami belum ngapain-ngapain!" Airin berdecak kesal. "Keluar dari sini! Ngapain sih."
"Gue cuma pengen liat kamar pengantin. Suami lo mana?"
"Lagi mandi. Keluar, Nadine! Istirahat, lo gak capek apa?"
"Gue capek sih. Iya-iya gue keluar! Gue request ponakan yang lucu dan cantiknya seperti diriku ini."
"Buat sendiri sana, kalau mau cantiknya seperti lo. Ada-ada saja permintaan lo."
"Selagi nunggu mbak sama masnya nganterin kado. Sini, gue keringan rambut lo. Masih basah." Nadine menarik tangan Airin lalu menyuruhnya duduk di kursi, setelah itu ia mengeringkan rambut Airin dengan hair dryer.
"Lo harus bahagia ya, Rin."
"Please, jangan buat gue nangis lagi." Airin menatap Nadine dari cermin.
"Ahaha ... masa gitu aja nangis."
"Lo gak biasanya ngomong gituan, gue terharu. Pakai acara terima kasih segala lah," ucap Airin. "Lo juga harus bahagia! Stop main-main dengan perasaan. Cari pria yang benar-benar serius sama lo." Ekspresi wajah Airin berubah menjadi serius.
Nadine terdiam sambil menatap Airin di pantulan cerita. "Serius amat wajah lo. Sumpah, gak cocok tau!" ucapnya matikan hair dryer. "Gue belum mau nikah."
"Gue kira, lo yang akan duluan nikah diantara kita—"
"Dan siapa sangka malah lo," potong Nadine, ia memeluk leher Airin dari belakang. "Lo kan sudah nikah, gue harap hubungan kita tidak akan berubah. Gue tau, sekarang lo sudah punya suami, gak bisa bebas seperti dulu, nginap di rumah gue atau nginap di rumah Tasya, begadang ngabisin waktu ngegosip, bercanda, nonton bareng. Gue minta, sisain sedikit waktu lo buat kami, kami juga gitu."
![](https://img.wattpad.com/cover/334715924-288-k593408.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Singkat? (END)
Teen Fiction16+ Tidak pernah Airin bayangkan sebelumnya menikah dengan pria yang tidak ia cintai. Karena satu kesalahan yang membuat orang tuanya kecewa, Airin dipaksa menikah dengan pria pilihan sang bunda. Airin dipaksa ikhlas menerima takdirnya yang harus m...