Part 17: Sudah Cinta?

1.4K 167 6
                                    

Kalau ada typo kasih tau ya...
.
.
.
.

Cuaca malam ini tidak bersahabat. Hujan deras turun, angin berhembus kencang dan suara petir sesekali terdengar.

Airin termenung menatap langit-langit kamar. Ia tengah memikirkan kondisi Adel, malam tadi, saat Airin kembali ke rumah sakit setelah mandi dan berganti pakaian, ia sudah tidak menemukan keberadaan Adel. Tanpa diduga, Zoya membawa Adel pulang ke rumah dan memutuskan untuk merawat Adel di rumah. Sekarang, ia tidak bisa menemui Adel, karena belum ingin bertemu bunda dan keluarganya. Airin memilih menghindar untuk sementara.

Cup

"Eh?" Mata Airin membulat saat Reyhan tiba-tiba mengecup singkat bibirnya.

"Kenapa? Kek banyak pikiran," ucap Reyhan.

"Lagi," pinta Airin tanpa sadar.

Cup

Reyhan kembali mencium bibir Airin. Airin mengalungkan tangannya di leher suaminya, menatap wajah tampan pria itu.

"Lagi ..."

Reyhan langsung mencium singkat bibir Airin lagi. "Lagi?" Reyhan tersenyum menaikkan sebelah alisnya.

"Enggak!" Airin menggelengkan kepalanya dengan wajah yang memerah tersipu. "Kalau aku minta lagi, aku yakin kita akan berakhir tanpa pakaian." Reyhan tertawa mendengarnya.

Reyhan berbaring di samping Airin, lalu memiringkan badannya menatap wajah cantik istrinya. "Kalau ada masalah cerita aja, aku selalu siap jadi pendengar. Jangan suka memendamnya sendiri, kadang ada kalanya kita perlu cerita, agar merasa lega." Reyhan mengusap pipi putih mulus Airin.

Hati Airin seketika menghangat, ada perasaan aneh yang meledak-ledak di dalam dadanya. Perasaan yang ia artikan sebagai cinta. Benar apa kata orang, cinta akan tumbuh karena terbiasa. Airin sudah lama mulai membuka hatinya untuk sang suami. Karena bagaimana pun juga ia berharap pernikahannya ini bisa langgeng sampai ajal menjemput. Dan sekarang, suaminya itu semakin hari semakin sweet, ia mengakuinya. Hal itu tentu saja membuatnya bahagia.

"Iya, Mas ..."

"Kenapa sih? Pasti ada apa-apa. Seharian ini aku lihat kamu murung, keliatan banget kalau lagi tidak baik-baik saja. Aku gak maksa kamu cerita kok."

Airin menghela napasnya, lalu mulai menceritakan tentang apa yang terjadi. Ia juga menceritakan tentang kakak ketiganya yang sedang sakit. Tanpa Airin sadari, perlahan wanita itu sudah mulai terbuka dan suka berbagi cerita dengan sang suami. Reyhan senang istrinya mau bercerita padanya.

"Aku gak tau kalau kamu punya kakak lagi. Jujur, kaget dengernya," ucap Reyhan setelah Airin selesai bercerita.

"Karena semenjak kak Amel pergi, namanya seperti menghilang. Itu pembahasan yang cukup sensitif, kalau bunda dengar nama kak Amel, pasti sedih, kadang nangis. Aku menyembunyikannya karena tidak ingin membuat mereka sedih. Cukup aku saja menanggung semuanya, cukup aku saja yang merasa sedih, mereka jangan. Aku tau aku salah, tapi ya ... semua sudah terjadi juga."

"Aku salut banget sama kamu. Merawat Adel, memenuhi kebutuhannya dari bayi, terus harus selalu memantau kondisi kakak kamu lagi."

"Waktu pertama ketemu kak Amel setelah kabur, aku sempat ingin ngajak dia pulang, tapi dia menolak dan tidak ingin kembali ke sana. Dengan berat hati aku merawat dia di rumah sakit jiwa dibantu oleh papi, papinya Tasya yang berprofesi sebagai dokter di sana. Alhamdulillahnya, Allah memudahkan segalanya. Soal Adel, aku juga dibantu oleh ibu mas Haris, beliau baik banget dan mau bersedia merawat dan menjaga Adel. Tapi beliau aku gaji, itupun tidak cukup membalas kebaikan yang ibu lakukan. Aku bersyukur banget Allah hadirkan orang-orang baik disekitar ku," ucap Airin. "Aku rindu Adel ..." lirihnya.

Pernikahan Singkat? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang