Part 16: Mereka Kecewa

1.4K 184 16
                                    

Kalau ada typo kasih tau ya ....
.
.
.
.
.

Waktu istirahat Airin gunakan untuk melihat kondisi Amelia. Syukurnya Amelia sudah tidak demam lagi, tapi kondisi tubuhnya tidak seperti dulu. Biasanya jika tidak sakit, kakaknya akan keluar ruangan, berada di taman rumah sakit duduk santai di sana.

"Makan yang banyak! Kakak kehilangan berat badan banyak banget. Mungkin sekarang berat badan kakak cuma tiga puluh kiloan," ucap Airin.

"Anak ... Anak ..." ucap Amelia tiba-tiba sambil meraba perutnya.

Airin membulatkan matanya, melotot tidak percaya. "Kak Amel ingat anak Kakak?! Anak Kakak sekarang sudah menjadi gadis cantik yang ceria."

"Anak ... Anak ... Anakku mana?!"

"Kak Amel tenang ... Ya ampun."

"Anakku mana?! Bayiku ... bayiku hiks ... bayiku."

Airin mengambil suntikan yang ada di atas nakas, suntikan itu memang disediakan untuk menenangkan Amelia jika seperti sekarang. Tanpa takut, Airin menyuntik tangan Amelia. Beberapa detik kemudian Amelia mulai tenang, ia sudah tidak berteriak lagi.

Airin mengambil ponselnya, menghubungi Haris, memintanya untuk membawa Adel ke rumah sakit. "Kenapa baru sekarang Kakak nyari anak Kakak? Hais ... kenapa gak dulu saja. Baru ingat sekarang ya?" tanya Airin. "Hallo, Mas. Bisa ajak Adel ke rumah sakit gak? Ruangannya masih sama kok. Kak Amel nyari nih. Aku tunggu." Setelah menghubungi Haris, Airin memasukan kembali ponselnya ke dalam tas.

"Kak Amel ... anak Kakak sekarang sudah besar. Aku pernah ngajak Adel ke sini loh, tapi Kakak mengabaikannya, gak peduli kehadiran Adel." Airin mengusap lembut tangan sang kakak. "Aku ingin mengenalkan Adel ke bunda sama papa, tapi aku takut, Kak. Aku takut mereka tidak mau menerima Adel. Kakak harus cepat sembuh dan kembali ke rumah."

Amelia hanya diam sambil menatap ke atas tanpa merespon ucapan Airin. Seperti itulah kakaknya, kadang jika kondisinya membaik ia bisa merespon namun, itu sangat-sangat jarang. Kakaknya sering diam, jika pikirannya kacau akan mengamuk atau menangis.

Beberapa menit kemudian, Haris datang bersama Adel. Airin tersenyum melihat kedatangan mereka.

"Adel sayang, sini ..." panggil Airin. Dengan ragu-ragu Adel mendekati Airin.

"Mama npa, Bu?" tanya Adel menatap sayu ke arah sang mama. Ya, gadis itu tahu bahwa Amelia adalah mamanya. Airin menceritakannya dan beberapa kali sudah ia bertemu sang mama meski mamanya hanya diam.

"Mama cariin Adel loh tadi." Airin memangku Adel. "Kak, nih anak Kakak, Adel," ucapnya menepuk pipi Amelia.

Amelia menoleh ke samping dan menatap Adel yang merasa sedikit ketakutan.

"Adel, sapa Mama."

"Mama ... ni Del," ucap Adel pelan.

Airin mengarahkan tangan kakaknya ke wajah Adel. "Ini Adel! Anak Kakak! Sekarang umurnya sudah dua tahun, sebentar lagi tiga tahun."

Tiba-tiba Amelia menangis sambil terus menatap Adel. Membuat Airin tersenyum bahagia, kakaknya mau menatap Adel.

"Hiks ... anakku?" lirih Amelia. Airin ikut menangis, ia sangat-sangat bersyukur kakaknya mau melihat Adel.

"Mama ngan ngis ... hiks ... Del ngis u ... ga nih."

"Kakak harus sembuh demi Adel, Adel membutuhkan Kakak. Sudah lama Kakak mengabaikan Adel. Kakak harus sembuh ..." ucap Airin. Ia bahagia, sangat bahagia kakaknya mau merespon kehadiran Adel. Sungguh, ia sangat berharap kondisi kakaknya segera membaik.

Pernikahan Singkat? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang