Jam empat lewat tiga puluh menit Airin sampai di rumah, pulang dari kantor. Airin mematikan mesin motornya lalu mengambil plastik berisi makanan yang tadi sempat ia beli di jalan.
"Tumben Papa nyiram tanaman. Istri Papa mana?" tanya Airin menatap sang papa yang sedang menyiram tanaman.
"Papa kena hukum, lupa belikan kanjeng ratu cilok." Seketika Airin tertawa mendengar jawaban pria paruh baya itu.
"Syukur hukumannya cuma nyiram tanaman, coba kalau hukumannya gak dikasih jatah?"
"Ya jajan diluar."
"Oh gitu? Berani ya jajan diluar?" Seorang wanita paruh baya keluar dari rumah, dia adalah Zoya, bunda Airin.
"E-enggak, papa cuma bercanda, Bun. Mana mungkin papa berani." Ibrahim menaruh selang air lalu menghampiri istri tercintanya.
"Asik berantem, aku suka keributan," ucap Airin girang melihat ekspresi sang bunda sudah tidak bersahabat. "Marahin aja Bun suaminya! Mau jajan diluar katanya kalau gak dikasih jatah. Hajar Bun! sikat, jangan beri ampun!"
"Airin! Kamu jangan buat Bunda kamu semakin marah ya! Nanti gak papa kasih uang jajan lagi!" ancam Ibrahim.
"Aku sudah gak butuh uang Papa, kan sudah punya kerjaan. Jangan kasih kendor, Bun! Marahin aja Papa tuh." Airin beranjak pergi meninggalkan pasangan suami istri itu.
Sampai di dalam, Airin duduk di sofa ruang tengah. Pekerjaannya di hari pertama tidak membuatnya lelah, karena masih awal-awal. Airin membuka plastik yang berisi telur gulung dan seblak tadi ia bawa.
"Harum banget ... apa itu, Nak?" tanya Zoya menghampiri anak bungsunya.
"Yah, kok sudah berantemnya?" ucap Airin. "Aku beli seblak sama telur gulung, Bun. Nih kalau mau."
Zoya mengambil satu tusuk telur gulung, lalu duduk di sofa berbeda. "Gimana hari pertama kerja?"
"Alhamdulillah lancar, cuma pagi tadi telat hehe ... syukur gak suruh pulang."
"Ya ampun, kamu ini. Kebiasaan ya bangun telat! Pasti begadang nonton drakor nih? Nak, jangan gitu lagi ih! hilangkan kebiasaan buruk kamu yang bangun suka telat. Biasakan bangun sebelum adzan subuh kalau bisa."
"Aku lagi gak shalat, Bun." Airin mulai memakan seblaknya.
"Pantes saja, bunda hafal kebiasaan kamu kalau lagi gak shalat. Tapi Nak, kamu sudah gak bisa seperti dulu lagi dong."
"Iya, Bunda ... Aku usahin deh. Ah iya, aku satu kantor sama Bang Ardian loh, Bun. Gak nyangka ternyata itu perusahaan keluarga mereka. Kalau tau dari awal gak mau melamar di sana."
"Sebelumnya kamu gak tau Ardian kerja dimana?"
Airin menggelengkan kepalanya. "Cuma tau dia kerja kantoran sama jabatannya hehe ..."
"Dasar."
"Onty Ay ..." Seorang gadis kecil berlari menghampiri Airin.
"Eh, ada keponakan onty yang paling cantik."
"Aku titip Rara ya, Bun," ucap seorang wanita cantik berambut panjang, dia adalah Eliza, kakak keduanya.
"Memangnya kamu mau kemana?" tanya Zoya.
"Rara mau telur gulung?" tawar Airin.
Rara menggelengkan kepalanya, gadis kecil itu sudah duduk di pangkuan Airin.
"Mau ikut mas Liam ke kota sebelah, ada acara. Nanti malam pulang kok," jawab Eliza. "Dek, minta dong."
Airin langsung menyodorkan sendok ke mulut sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Singkat? (END)
Genç Kurgu16+ Tidak pernah Airin bayangkan sebelumnya menikah dengan pria yang tidak ia cintai. Karena satu kesalahan yang membuat orang tuanya kecewa, Airin dipaksa menikah dengan pria pilihan sang bunda. Airin dipaksa ikhlas menerima takdirnya yang harus m...