04.

1.3K 151 2
                                    

•••

"Aih, mengapa kau mengambil camilanku? Berjalanlah ke kantin dan beli sendiri!" Protes Khao karena salah satu camilannya di ambil tanpa permisi oleh temannya.

Chimon–temannya itu kemudian duduk di sebelahnya. "Berbagi dengan teman itu harus," katanya.

"Setidaknya kau bilang dulu padaku, jangan asal ambil seperti ini," kata Khao.

"Baiklah, baiklah." Chimon meletakkan kembali camilan itu ke tempat asalnya. "Khao temanku yang paling aku cintai, bolehkah aku meminta salah satu makananmu?" Pintanya dengan manis.

Khao mengangguk. "Ambilah yang tadi kau ambil."

Chimon kembali mengambil camilan yang ia letakkan tadi kemudian mulai memakannya. "Oh iya, sepulang dari rumahmu kemarin, Racha mendadak sakit."

Khao yang sedang mengunyah menghentikan kunyahannya seraya menatap temannya terkejut. "Benarkah? Hari ini dia tidak masuk?"

Chimon mengangguk. "Kau khawatir?"

"Jelas, dia itu temanku."

"Teman, baiklah itu ke khawatiran seorang teman." Bukan hanya Bright, Chimon juga suka sekali menggoda.

"Tutup mulutmu dan makan, pulang nanti kita akan menjenguknya."

Chimon tertawa melihat respon Khao yang sedikit malu-malu. "Aku dengar dari ibunya, dia belum bisa di jenguk oleh siapapun, penyakitnya menular. Sekarang saja dia sedang isolasi mandiri," jelasnya.

"Benarkah?"

"Kau tak perlu khawatir berlebihan seperti itu. Tenang saja ada orangtuanya, pacarmu eh maksudku temanmu itu akan baik baik saja," ejek Chimon lagi.

"Diamlah! Semoga dia lekas sembuh."

Mereka kembali menghabiskan camilannya sebelum bel masuk berbunyi.

•••
Seluruh siswa telah berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing setelah bel pulang sekolah berbunyi dengan kencang.

"Ikut pulang bersamaku?" Tanya Chimon.

Khao menggeleng. "Tidak terimakasih."

"Menunggu kakakmu?"

Lagi lagi Khao menggeleng. "Aku akan pergi ke kafe some day yang berada di ujung jalan sana, kau mau ikut?"

"Tentu, tunggu disini, mobilku parkir sangat jauh di sana." Chimon setuju.

"Cepatlah, cuaca hari ini sangat terik, kulitku bisa terbakar."

•••
Kafe itu ramai seperti biasanya, hampir tak ada meja kosong untuk kedua siswa ini tempati. Kebanyakan pelanggan di sana memang para siswa yang baru pulang sekolah.

Perth yang tengah sibuk menyajikan pesanan dari meja ke meja tiba tiba teralihkan pandangan ke arah lain, ia melihat kedua siswa berseragam berdiri di depan pintu kafe.

Karena Perth mengenal salah satu siswa itu, akhirnya ia memutuskan untuk menghampirinya.

"Biar aku tebak, kalian tidak mendapatkan tempat duduk bukan?" Tanya Perth.

"Kak Perth, kau benar, ramai sekali tempat ini." Khao masih memperhatikan setiap sudutnya.

Kak? Bukankah Perth dan Khao seumuran? Tidak, Khao lebih muda satu tahun dari Perth, jika dengan First, Khao lebih muda dua tahun darinya.

"Ada satu meja kosong di sana." Perth menunjuk meja kosong yang letaknya paling ujung. "Hanya saja letaknya di ujung dan hanya ada satu kursi," lanjutnya.

MILKSHAKE |FKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang