23.

1K 103 7
                                    

•••

Khao membanting kan tubuhnya di tempat tidur setelah First mengantarkannya pulang. Dia membuang napasnya kesal. Bukan karena First tidak mampir ke rumahnya, tapi karena dia selalu dianggap sebagai seorang adik tidak lebih. Selalu itu.

"Apa aku akan bisa mendapatkanmu, Kak?" Dia menatap langit-langit kamarnya kemudian memejamkan matanya. "Siapa sangka kau itu idolaku?" Kembali ia menghela napasnya.

"Seorang idola dan seorang penggemar tidak akan pernah bisa menjadi pasangan jika bukan dalam imajinasi."

"AKU MENCINTAIMU, KAK!"

"Aku juga mencintaimu."

Khao terkejut dan segera membuka matanya. Dia kemudian bangkit dari tempat tidurnya. "Kak Bay."

"Adikku sudah besar," seperti biasa, Bright membawa susu hangat untuk Khao. Ia tak sengaja mendengar Khao berteriak tadi, itu sebabnya ia menyahut.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Khao.

"Bagaimana rasanya menghabiskan waktu dengan First?" Di letakkannya susu itu di meja dan dia duduk mendekati Khao yang wajahnya sudah memerah karena malu.

"Biasa saja."

Bukan kakak namanya jika dia tidak peka pada perasaan adiknya. Bright merangkul pundak Khao, "Tidak ada yang tahu kapan itu terjadi, kau juga tidak tahu kapan kau mulai mencintainya, apa aku benar?"

Itu memang sangat benar. Tapi Khao lagi lagi tidak menjawab, ia masih belum bersuara setelah mengatakan kalimat terakhirnya tadi.

Bright terkekeh melihatnya. "Itu terjadi padaku juga," dia tersenyum menatap Khao. "Entah aku bisa lagi bertemu dengannya atau tidak, yang pasti itu terjadi secara tiba-tiba."

Khao melirik Bright sekilas. "Senior ku?"

"Kita hanya bertemu satu kali, itupun tidak lama. Tapi aku mencintainya lebih dari itu. Jabatan tangan itu tak akan pernah aku lupakan sampai aku bertemu dengannya lagi." Kalimatnya terjeda, dia masih menyesali dirinya yang tidak bisa membuka hati pada siapapun selain senior dari adiknya itu. "Aku mengenal First sudah lama. Aku akan menceritakan ini padamu, belum pernah ada yang mengetahui ceritaku ini."

Keadaan menjadi serius. Khao sangat penasaran cerita apa yang tidak ia ketahui dari kakaknya. "Apa?" Tanyanya dengan antusias.

"Aku pernah menyukainya sebelum aku bertemu dengan seniormu itu. Aku tidak berani mengungkapkan perasaan ku padanya."

"Mengapa?" Khao benar benar sangat penasaran.

Sebelum melanjutkannya, Bright tersenyum kemudian menghela napasnya. "Dua tahun yang lalu, dia baru saja kehilangan kekasihnya. Apa aku harus masuk kedalam hidupnya secepat itu? Dan apa aku bisa menjadi pengganti kekasihnya itu?"

"Lalu kak Gawin?"

"Aku terlalu pengecut untuk mengutarakan isi hatiku padanya. Setahun setelah kepergian Rey, aku mengenalkan Gawin padanya dan berharap dia bisa melupakan Rey." Bright mencoba mengingat kejadian satu tahun silam itu. "Intinya dia menyukai Gawin bukan aku."

"Apa kau menyesal?"

Bright menggeleng. "Awalnya iya, tapi setelah aku bertemu dengan seniormu penyesalanku hilang begitu saja."

Siapa sangka selain dirinya ternyata kedua kakaknya pernah terlibat dalam kisah cinta pemilik kafe itu. Khao tidak pernah bertanya dan mencari tahu tentang kisah percintaan kedua kakaknya, dia berpikir masih terlalu kecil untuk mengetahui hal itu.

"Aku ingin sekali mengenalkanmu padanya, tapi aku takut menyakitinya dan membuka kembali lukanya," Bright kembali bersuara.

"Karena aku mirip degan Rey?"

MILKSHAKE |FKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang